10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Warung Masjid dan 12.000 Porsi Makan Gratis | Catatan dari Kampung di Singaraja

Agus Noval RivaldibyAgus Noval Rivaldi
February 23, 2021
inKhas
Warung Masjid dan 12.000 Porsi Makan Gratis | Catatan dari Kampung di Singaraja

Anak-anak menikamti makanan gratis dari Warung MJ dalam masjid di Singaraja

Mungkin saat ini membicarakan soal tempat ibadah memang terlihat sangat menyeramkan. Lebih-lebih membicarakan soal masjid. Masjid sebagai tempat ibadah umat Islam yang menjadi agama mayoritas di Indonesia. Tapi bagaimana di Bali? Bagaimana masjid hari ini? Benarkah bahwa perkembangan serta penggunaan masjid itu sudah tercapai fungsinya? Atau malah fungsinya sudah berubah karena kondisi sosial hari ini.

Masjid di Indonesia berada ribuan jumlahnya, tapi dengan banyaknya masjid bertebaran di tiap pelosok wilayah nusantara bagaimana kemudian kita menyikapi masjid tersebut. Sebagai orang awam yang mulai menaruh kesadaran akan kondisi masjid saat ini, menarik rasanya jika kemudian kita pertanyakan ulang keberadaan dan fungsi masjid.

Mungkin langkah pertamanya adalah mempertanyakan ulang benarkah bahwa masjid hanya seolah tempat ibadah yang notabene ruang yang diciptakan begitu ketat dan menyeramkan. Seolah kegiatan di luar ibadah menjadi tidak penting. Masyarakat sekitar masjid menjadi memiliki pemikiran bahwa masjid adalah tempat yang ekslusif. Tempat yang tidak sembarang kegiatan bisa dilakukan di dalamnya. Pada konteks ini mungkin dapat disetujui.

Tetapi bagaimana kemudian masjid jika difungsikan sebagai pusat membangun masyarakat sekitar? Sepertinya pertanyaan saya begitu berat untuk kisara, umur anak muda seperti saya, hehee. Tapi, jujur saja bahwa pertanyaan ini juga menjadi keresahan saya pribadi. Apa sih fungsi masjid sebenarnya dalam bermasyarakat?

Sebab jika dicari kemungkinan pada lapisan yang lain jujur saja saya mengatakan, bahwasanya masjid memiliki potensi yang besar dalam membangun organisasi masyarakat. Bagaimana masjid menjadi jembatan pertemuan antar masyarakat tanpa direncakan. Masjid menjadi tempat yang begitu cair oleh pertemuan. Masjid menjadi tempat tukar kabar sebab pertemuan. Yang artinya masjid sangat memiliki potensi yang sangat besar untuk menyatukan lintas disiplin tiap masyarakat dan membentuk ruang kolektif bersama.

Sebagai salah satu contoh adanya ta’mir masjid di tiap-tiap masjid. Ta’mir merupakan pengurus atau yang menjadi bagian organ tubuh dari masjid itu sendiri. Mengurus keuangan, perayaan hari besar, acara keagamaan bahkan sampai mengatur masjid dari segi penampilan. Ta’mir memiliki peran penting atas perkembangan masjid di daerah tersebut. Dengan visi misi yang dengan jelas dibangun oleh tiap anggota dalam lingkup ta’mir.

Membicarakan agenda demi agenda ke depannya untuk masjid kemudian diaplikasikan ke masyarakat. Dalam ruang-ruang yang kedap suara, ta’mir pasti ada berbicara perihal agenda atau kegiatan apa yang sekiranya bisa dilakukan untuk menarik masyarakat berdatangan ke masjid. Katakanlah menjadikan masjid sebagai tempat yang menarik di mata masyarakat adalah tugas dan tanggung jawab di tiap masjid manapun. Untuk mengambil contoh yang saya katakana tadi, saya akan memakai masjid di dekat rumah saya untuk dibicarakan.

Masjid Agung Jami’, Singaraja, Bali. Saya yakin masjid tersebut sudah tidak bakal asing bagi kaum muslim khususnya di Singaraja. Dia memiliki daya tarik tersendiri yang sampai sekarang saya tidak tahu daya tariknya di mana. Apakah dari segi kemegahannya? Atau dari sisi sejarahnya yang sangat panjang dan sangat berpengaruh dalam masuknya Islam ke Bali khususnya Singaraja. Masjid ini memiliki ta’mir yang kini bertugas membangun masjid untuk masyarakat. Yang artinya tiap anggota ta’mir memiliki tugas untuk membicarakan hal apa yang sekiranya membangun masyarakat agar memiliki inisiatif tinggi datang ke masjid.

Ini menjadi menarik dipikirkan kemudian ketika ada dua suasana yang secara tidak langsung bersebrangan. Meski dapat dicari jalan keluarnya, dengan melakukan pendekatan yang tidak akan jauh dari konteks masjid sebagai fungsi dasarnya.

Misalnya begini, “ibadah” hari ini masih menjadi hal yang sangat seram jika didengar oleh orang terlebih anak muda. “Senang-senang” adalah kegiatan yang begitu lebih menggiurkan untuk dilakukan oleh anak muda. Realitas dan kenyataan itu tidak bisa dipungkiri. Tapi kemudian tiap ta’mir masjid selalu menginginkan masjidnya ramai didatangi oleh masyarakat sekitarnya. Apalagi anak muda, jujur saja bahwa di manapun dan kapanpun “anak muda” selalu menjadi target utama dalam membangun apapun.

Potensi anak muda sangat diperlukan untuk membangun atmosfer kegairahan pembaruan pikiran-pikiran dan ide dalam menjalankan apapun. Karena anak muda menjadi langkah pembacaan awal dalam melihat realitas hari ini, makanya anak muda menjadi bagian terpenting dalam hal apapun. Tidak bisa dipungkiri, toh? Tapi, ini juga yang sering luput disadari oleh tiap organisasi masyarakat manapun. Tak terkecuali ta’mir. Saya yakin ta’mir selalu memiliki ambisi untuk segera membangun masjidnya agar cepat ramai dikunjungi masyarakat. Itu bisa saja dilakukan dengan cepat, tapi efeknya juga cepat hilang.

Misalnya, bisa saja ta’mir membuat sebuah festival besar entah itu perayaan apapun, itu akan mendatangkan masyarakat yang begitu banyak. Tapi membludaknya masyarakat yang berdatangan juga akan redup begitu cepat. Hal semacam ini yang mungkin harus dibaca ulang, ada kesalahan apa dalam membangun pola pikir tentang masjid pada tiap masyarakatnya. Kemudian akan timbul penyederhanaan pikiran. Membuat agenda-agenda kecil yang sekiranya dapat memberikan dampak yang berkelanjutan kepada masyarakat. Berusaha menanamkan pola pikir pada tiap masyarakatnya lewat kegiatan-kegiatan kecil.

Seperti yang dilakukan oleh ta’mir Masjid Agung Jami’. Ada sebuah agenda intens yang dilakukan oleh ta’mirnya setiap ba’da sholat dzuhur. Namanya adalah, “Warung Makan MJ”. Warung Makan MJ, adalah sebuah warung makan yang dikonsep secara sederhana untuk masyarakat sekitar Masjid Agung Jami’. Dan yang menikmati tidak menuntut bagaimanapun latar belakangnya dan dari mana dia berasal.

Intinya setiap kali ba’da sholat dzuhur, ta’mir Masjid Agung Jami akan menyiapkan sekitar 100 porsi makan gratis untuk masyarakat yang datang untuk melakukan sholat berjamaah di masjid. Agenda ini sudah berjalan sekitar 3-4 bulan lalu. Artinya sudah ada 12.000 porsi makan gratis dari warung MJ selama 4 bulan ini.

Dan saya berdoa agar agenda ini intens dijalankan. Karena jika dibaca ulang agenda ini sangat memliki potensi untuk membuat masyarakat sekitarnya penasaran. Apalagi yang makan di warung makan tersebut siapapun boleh, baik orang musafir yang sedang dalam perjalanan jauh, anak-anak dan warga sekitar dari kalangan usia berapapun.

Kegiatan atau agenda ini dilakukan di tengah kondisi sosial yang sedang sulit. Masyrakat tengah dihadapkan oleh masalah pandemi. Yang tentunya sangat memberatkan siapapun. Pada konteks ini masjid menjadi penting keberadaannya di tengah-tengah masyarakat yang sedang mengalami kekalutan. Begitupun untuk investor yang dibuka luas untuk menjadi bagian di warung tersebut.

Kesadaran kolektif antar masyarakat perlahan akan terbangun juga pada ruang-ruang tersebut. Meskipun kesadaran tersebut terbilang akan terbentuk lama, tapi dampak dan rasa memiliki masyarakat terhadap masjid akan lebih besar terbangun dalam pikiran masyarakat. Terlebih, agenda tersebut dikerjakan begitu transparan dan terbuka.

Siapapun bebas boleh menyumbang dan siapapun boleh menikmati. Yang arti sebenarnya adalah dari masyarakat untuk masyarakat lewat prantara masjid. Dan ta’mir pun tidak menjadi semacam moderator yang tangkap dan mengoper. Tapi ta’mir juga ikut meramaikan agenda tersebut. Semisal menambahkan beberapa keperluan dan menyiapkan kebutuhan keberlangsungan warung. Seperti menyiapkan piring, mencuci gelas dan lain sebagainya.

Pada ruang-ruang seperti ini pula sekat antar kondisi sosial tiap masyarakat bisa diburamkan perlahan. Bahwa yang igin dibangun adalah sejatinya kesadaran bersama. Ya walaupun tidak menuntut kemungkinan masih ada perasaan malu untuk datang dan menikmati yang disediakan. Tapi saya rasa jika itu intens dilakukan, sekat itu akan hilang. Masyarakat jadi benar-benar saling memiliki akan hal itu. Tanpa malu lagi.

Nah seperti yang saya katakana tadi. Membangun kolektif masyarakat yang begitu banyak latar belakang berbeda-beda sangat berat. Seperti sulitnya Avatar menyatukan semua elemen. Dibayangkan saja sangat berat. Banyak cara yang sekiranya dapat dilakukan. Cuman yang menjadi pertanyaan dan tanggung jawabnya adalah hasil dari produk masyarakatnya nanti. Jika ingin membentuk masyarakat yang antusias sesaat, tidak perlu ribet memang.

Seperti yang saya contohkan, cukup buat fetival yang besar semua masyarakat akan berbondong datang. Tapi jika tujuannya adalah membangun masyarakat dengan tujuan menanamkan pola pikir yang cinta akan masjidnya sendiri, saya rasa agenda kecil yang intens ini jauh lebih berdampak panjang kepada masyarakat.

Saya juga memiliki harapan untuk memperluas serta mengenalkan agenda kecil tentang “Warung Makan MJ”. Jika saat ini masih dikendalikan dan mendapat asupan makanan dari masyarakat sekitar Masjid Agung Jami’.

Dengan tulisan ini pula saya mengenalkan kepada msayarakat sekitar Singaraja untuk mengatahui hal ini. Lagipula ta’mir Masjid Agung Jami’ juga menyusun ini untuk siapapun yang ingin menikmati makan siang dengan konsep yang telah dibentuk. Saya jauh berharap bahwa nantinya yang datang tiap sholat dzuhur bukan hanya orang sekitar kampung. Bahkan orang yang jauh dan penasaran bagaimana rasanya makan siang dengan suasana di masjid. Berbicara soal enaknya makanan sambil duduk di sekitar masjid, atau membicarakan apa saja sambil makan siang di masjid.

Atau bahkan misalnya saya tidak bisa membayangkan yang datang untuk menikmati makan siang gratis di Warung Makan MJ adalah orang non muslim. Tapi pihak ta’mir dan masyarakat sangat terbuka juga menerima hal tersebut. Bisakah kawan-kawan membayangkan masyarakat berbicara soal toleransi di masjid sambil menikmati makan siang? Sepertinya saya begitu naif. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa semua kemungkinan dapat terjadi, bukan?

Suasana-suasana saat makan juga dapat membantu tiap orang bercerita soal apa saja. Saya menunggu dan selalu mengharapkan hal itu. Semoga para pembaca membaca tulisan ini sambil makan siang dengan bahagia dan sambil tersenyum membayangkan apa yang saya bayangkan. Salam. [T]

Tags: baliMasjidSingaraja
Previous Post

Patah hati? Yuk “Move On” dengan Konsep Kimia | tatkalamuda

Next Post

CITRAWILĀPA | Dari Sastra Kawi ke Jajanan Pasar Jawa

Agus Noval Rivaldi

Agus Noval Rivaldi

Adalah penulis yang suka menulis budaya dan musik dari tahun 2018. Tulisannya bisa dibaca di media seperti: Pop Hari Ini, Jurnal Musik, Tatkala dan Sudut Kantin Project. Beberapa tulisannya juga dimuat dalam bentuk zine dan dipublish oleh beberapa kolektif lokal di Bali.

Next Post
Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

CITRAWILĀPA | Dari Sastra Kawi ke Jajanan Pasar Jawa

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co