Catatan Harian Sugi Lanus, 3 Pebruari 2021
Gempa bumi Seririt, Buleleng, Bali, terjadi pada tanggal 14 Juli 1976. Gempa bumi ini berkekuatan 6.2 Skala Richter dengan episentrum di daratan. Berdasar catatan sejarah yang dikutip dari Daryono, BMKG, gempa bumi Seririt menelan korban tewas sebanyak 559 orang, luka berat 850 orang dan luka ringan 3.200 orang.
SERUAN TAT TWAM ASI
Pada saat terjadi gempa bumi Seririt, Provinsi Bali saat itu dipimpin Gubernur Soekarmen. Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Soekarmen lahir di Blitar, Jawa Timur, 30 Mei 1925 – meninggal di Malang, Jawa Timur, 10 September 1988 pada umur 63 tahun) adalah Gubernur Bali yang pernah memimpin selama dua periode masa jabatan, yaitu antara tahun 1967-1971 dan 1971-1978.
Soekarmen adalah satu-satunya gubernur yang beragama non Hindu (beragama Islam) dan bukan dari etnis Bali, yang pernah memimpin di provinsi dengan mayoritas pemeluk agama Hindu tersebut.
Usai gempa bumi Seririt, Gubernur Soekarmen mengeluarkan “seruan”, mungkin pada zaman sekarang bisa disebut himbauan, atau Surat Edaran.
- Catatan : Foto selebaran oleh Sugi Lanus. Selebaran ini kemungkinan bagian lampiran dari terbitan Warta Hindu Dharma karena ditemukan di tumpukan Warta Hindu Dharma dan buku-buku tua lainnya.
_______
TAT TWAN ASI
Kiranya anda telah mendengar bahwa pulau Bali Bagian Barat tanggal 14 Juli 1976 ditimpa bencana alam gempa bumi yang mengakibatkan korban jiwa, serta benda yang amat besar.
Kita mengenal Tat Twam Asi yang berarti Itu Adalah Kamu.
Maksudnya ialah Kau adalah Aku, Aku adalah Engkau. Maka dengan demikian, malapetaka yang diderita oleh sebagian saudara-saudara kita yang ditimpa bencana alam itupun berarti pula penderitaan kita, yang patut kita tanggulangi bersama secara moril maupun materiil.
Untuk itu sepatutnyalah kita dengan tulus ikhlas memberikan bantuan menurut kemampuan kita masing-masing dan sesuai dengan seruan Bapak Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali yang kami kutipkan bersama ini.
Semoga anda segera ikut mengirimkan bantuannya kepada alamat yang ditunjuk itu.
_____________________
DEPARTEMEN DALAM NEGERI
PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI
S E R U A N
No. Kesra. I/c/97/76.
Pada tanggal 14 Juli 1976 telah terjadi Bencana Alam Gempa Bumi, yang mengakibatkan korban yang cukup banyak di Kabupaten Buleleng, Jembrana dan Tabanan.
Sebagai rakyat yang mengutamakan kemanu- siaan dan keadilan sebagai Sila-sila dari Pancasila, kami ingin mengajak sejenak untuk merenung, mengingat-ingat dan mencoba turut merasakan penderitaan dari sesama kita. Penderitaan lahir batin sebagai akibat dari Bencana Alam tersebut telah menimpa sebagian dari penduduk pulau Bali yang kita cintai. Wajarlah kita turut meringankan penderitaan mereka dan karena itu kami ajak segenap lapisan masyarakat untuk memberikan sumbangan.
Pemberian sumbangan tersebut kami atur sebagai berikut :
1. Sumbangan dalam bentuk uang dan pakaian.
2. Segenap kegiatan pengumpulan yang telah dan akan dilakukan baik oleh dompet2 dalam harian maupun oleh organisasi2, hasilnya agar disampaikan kepada Team Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Alam Daerah Tingkat I Bali d/a. PALANG MERAH INDONESIA DAERAH BALI dengan alamat.
“Kantor P.M.I. Daerah Bali Jalan Tanjung Bungkak Denpasar Telpun : Nomor 6465”.
3. Team Koordinator Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Alam Daerah Tingkat I Bali secara bertahap mengirimkan hasil pengumpulan sumbangan tersebut kepada Bupati Kepala Daerah yang Wilayahnya terkena Bencana Alam.
Demikianlah.
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali/
Ketua Team Koordinasi Pelaksanaan Penangulangan Bencana Alam Dati I Bali
t. t. d.
(SUKARMEN).
***
MOMENTUM
Seruan ini, bisa dikatakan, menjadi momentum dikenal luasnya ungkapan TAT TWAM ASI secara luas di Bali. Menyumbang dan membantu sesama adalah wujud bentuk pengejawantahan nilai-nilai TAT TWAM ASI. Dalam kebencanaan Gempa Seririt nilai-nilai TAT TWAM ASI bersemi dan kebencanaan kemudian menjadi salah satu momentum memahami nilai-nilai kemanusiaan yang terdalam.
***
SERUAN TENTANG UPAYA KEAGAMAAN HADAPI GEMPA
Selain seruan tentang Tat Twam Asi dari Gubernur Bali Soekarmen, seruan juga datang dari Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Bali yang berkaitan dengan upcra keagamaan. Seruan Kepada Bimas Hindu Buddha di Bali I Gusti Ktut Kaler — yang juga disebut-sebut sebagai tokoh yang mempopulerkan konsep Tri Hita Karana.
Om Swastyastu!
Bertali dengan terjadinya gempa yang dibeberapa tempat menimbulkan bencana dipulau Bali ini, dengan ini kami menyerukan kepada Saudara2 pemeluk Hindu Dharma, hal2 sbb. :
1. Kami tahu bahwa dimata hati umat Hindu kejadian tersebut tidak saja bernilai selaku kejadian alam, melainkan pula merupakan ka durmanggalan/bernilai niskala.
2. Karena kebencanaan, mungkin banyak diantara saudara2 sedharma yang menjadi panik, bingung, ragu2 dsb.nya.
3. Supaya kepanikan itu tidak menimbulkan ekses lebih jauh, misalnya ditunggangi oleh ”Pedukunan” yang tidak bertanggung jawab, dengan ini kami serukan :
a. bahwa sesuatu tindakan keagamaan (nunas ica, guru piduka dsb.) seyogianya dilakukan dengan hati yang tenang dan mantap. Bukan dengan hati panik dan bingung.
b. Lebih2 pustaka agama memang memberi jangka waktu 42 (empat puluh dua) hari untuk mengadakan aci keagamaan bagi suatu “kadurmanggalan”.
c. Sebab itu sementara ini, kami harap ketenangan segenap saudara2 sedharma/tidak mengambil upaya2 aci besar dalam hubungan itu, kecuali yang kecil2/bersifat ”penunas ican” se-mata2.
d. Tentang aci yang segogianya diadakan di dalam hubungan durmanggala itu, kami akan memberikan siaran2nya, setelah dapat mengkonsultasikannya dengan Parisada Hindu Dharma Pusat dan petunjuk dari para Sulinnggih.
e. Kepada para pamong Desa Adat diharap memberikan tuntunan kepada krama Desanya supaya tetap bersikap selaras dengan isi seruan ini.
4. Demikian untuk mendapat perhatian dari segenap warga umat, serta bantuan dari segala pihak sangat diperlukan, demi keresahan masyarakat segera dapat ditenangkan kembali.
Denpasar, 15 Juli 1976.
Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Bali
u.b.
Kepala Bidang Bimas Hindu dan Buddha,
Cap t.t.d.
(I GUSTI KTUT KALER ).
NIP : 150000157.