28 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ada Sampah Plastik, Ada Kepedulian, Terciptalah Kaki Palsu dari Sampah Plastik

JaswantobyJaswanto
February 2, 2021
inKhas
Ada Sampah Plastik, Ada Kepedulian, Terciptalah Kaki Palsu dari Sampah Plastik

Made Sumanasa belajar berjalan menggunakan kaki palsu dari bahan sampah plastik

Kita mulai cerita ini dari Made Sumanasa (50), warga Kubutambahan, Buleleng, Bali. Oleh sebab yang tak diinginkannya, ia terpaksa menggunakan kaki palsu. Dan kaki palsu yang digunakannya bisa disebut sesuatu yang mengagumkan. Sesuatu yang bagi sebagian orang mungkin jauh lebih mengagumkan daripada kaki Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi saat mencetak gol. Sesuatu yang lebih spektakuler daripada kaki iblisnya (diable jamble) Sanji dalam serial manga One Piece karya Eiichiro Oda.

Kaki palsu mungkin masih terdengar biasa. Tapi kaki palsu yang dikenakannya terbuat dari sampah plastik, bukan terbuat dari resin, fiber, atau katalis. Kaki palsu ini ia dapatkan dari Yayasan Kaki Kita Sukasada (YKKS).

Nah, proses panjang penciptaan kaki palsu ini — mulai dari niat baik untuk menciptakan hingga produksi berkualitas tinggi yang dihasilkannya – memang mengagumkan.

Untuk membuat satu kaki palsu, YKKS membutuhkan dua kilogram sampah palstik yang sudah dicacah. Sampah plastik yang dipakai pun tak sembarangan karena hanya botol plastik saja yang bisa digunakan.

YKKS merancang kaki palsu dari botol plastik itu disebabkan karena selama ini kaki palsu memiliki kisaran harga yang cukup mahal, sementara kebutuhan terhadap kaki palsu terbilang banyak. Di sisi lain, banyak penyandang disabilitas di Buleleng masih dalam usia produktif.

“Kami melihat di mana penyandang disabilitas kencing manis (diabetes) di Buleleng sebagian besar dengan ekonomi menengah. Sehingga hati kami terdorong untuk membantu mereka,” tutur I Made Aditiasthana, pendiri Yayasan Kaki Kita Sukasada.

Tentang kaki palsu yang digunakan Made Sumanasa punya riwayat yang cukup panjang. Lelaki itu awalnya menderita luka pada kaki karena diabetes. Aditiasthana-lah yang merawat Sumanasa sejak awal. Ketika masuk, dokter menyarankan amputasi. Sumanasa menolak dan stress. Tapi Aditiasthana berhasil membuat lelaki itu tenang dan paham.

Sumanasa pun bersedia kakinya dipotong. Dan Aditiasthana memberinya kaki palsu secara gratis. Kaki itu dipakai hingga sekarang, dan lelaki dari Kubutambahan itu pun bisa berjalan ke mana-mana seperti manusia lain.

I Made Aditiasthana, foto paling kanan

Bermula dari Kepedulian

Yayasan yang sudah berdiri sejak 2019 ini membandrol kaki palsu dari sampah plastik ini seharga 1 hingga 1,5 juta rupiah per buahnya. Harga ini masih lebih murah dibandingkan kaki palsu fiber-resin yang mencapai 6 juta rupiah bahkan lebih. Namun, khusus penyandang disabilitas yang tak mampu membelinya, yayasan akan memberikannya secara cuma-cuma⸺atau gratis, tanpa biaya sepeser pun.

“Pembuatan alat sekitar satu bulan, setelah itu kami akan masuk pada proses eksperimen karena produk ini sudah pernah ada yang buat di NTB, tapi tidak booming,” imbuhnya.

Penggunaan metode daur ulang limbah plastik untuk kaki palsu ini sebenarnya sudah mulai sejak 2004. Tetapi baru menemukan  momentumnya pada 2019 saat Yayasan Kaki Kita Sukasada resmi didirikan⸺dan berbadan hukum.

Seperti yang sudah disinggung di atas bahwa, pengolahan sampah plastik untuk kaki palsu ini berawal dari rasa kepedulian Adit terhadap penderita diabetes yang kakinya sampai diamputasi. Berdasarkan data dari Seksi Pelayanan Kesehatan Primer Kabupaten Buleleng, pada tahun 2018 penderita diabetes militus di Buleleng mencapai 4.493. Sedangkan pada tahun 2019 mengalami kenaikan hingga 15.399 penderita diabetes militus. Hal ini menjadikan penyakit tidak menular ini berada di urutan ketiga setelah hipertensi primer di urutan pertama dan ISPA di urutan kedua dari sepuluh besar Penyakit Kabupaten Buleleng.

Masyarakat penderita diabetes jika terluka pada bagian kaki, biasanya akan berujung pada amputasi. Mau tidak mau, bagi mereka yang kakinya diamputasi pasti memerlukan kaki palsu. Sedangkan harga kaki palsu di Tokopedia, misalnya, tak ada yang di bawah 2 juta. Seorang dokter spesialis fisik dan rehabilitasi Prof. Dr. dr Angela BM Tulaar, SpKFR(K) juga mengatakan bahwa harga kaki palsu atau prostetik sekitar 2 jutaan (detikhealth, 2019). “Tentu hal ini sangat memberatkan pasien penderita amputasi (khususnya diabet) yang kebanyakan berada di kelas menengah ke bawah,” ujar Adit.

Berawal dari masalah inilah Adit bersama seorang rekannya, Beni Ariadi⸺sang pembuat kaki palsu, sedangkan Adit hanya mengonsep⸺akhirnya fokus pada pembuatan kaki palsu dari sampah botol plastik.

Karena merasa memiliki visi-misi sama, yaitu rasa kepedulian, mereka berdua pada Oktober 2019 mendirikan Yayasan Kaki Kita Sukasada. Tak hanya memiliki program pembuatan kaki palsu saja, yayasan yang berlokasi di Jl. Pratu Mas No 7 ini, juga memiliki program perawatan untuk pasien kencing manis yang tidak mampu dan pemberdayaan penyandang difabel.

Belajar Peduli pada Aditiasthana

Di Pakistan kita mengenal sosok Abdul Sattar Edhi, pekerja sosial yang wafat 8 Juli 2016 lalu., yang  yang memulai kerja-kerja sosialnya dengan membuka toko obat kecil di samping rumahnya, yang meawarkan obat-obatan sederhana, berapa pun bayarannya. Tempat itu kini masih menjadi rumahnya, yang ditinggali juga oleh istri dan empat anaknya. “Saya kira itu kewajiban saya sebagai manusia,” kata Edhi mengenang langkah-langkah awalnya dulu. “Saya dapat pastikan bahwa pemerintah kami tidak akan mengurusi layanan-layanan sosial seperti itu.

Pada 1957, dia mendirikan Yayasan Edhi untuk menerima donasi dalam rangka membangun tenda-tenda rumah sakit bagi korban flu Hong Kong yang mengancam kala itu. Dari seorang pengusaha, dia memperoleh dana untuk membeli mobil ambulan yang dibawanya sendiri untuk menjemput orang-orang sakit. “Itulah pertama kalinya saya memperoleh kepercayaan yang bersar,” katanya.

Pada 1965, Edhi menikahi Bilquis Bano, seorang perawat di satu klinik miliknya. Dinahkodai Biquis, Yayasan Edhi lalu membangun rumah bersalin gratis dan membantu proses adopsi anak-anak yatim atau bayi-bayi “terbengkalai”. Mereka menyiapkan keranjang bayi di banyak tempat untuk siapa saja yang tak menghendaki bayinya. Mereka juga mengumumkan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk tujuan yang sama, tanpa minta keterangan siapa sang ibu atau lainnya. Di samping kantornya ada ayunan bayi dan tulisan: “Jangan Bunuh Anakmu.”

Salah satu periode paling mengerikan bagi Edhi dan Balquis adalah perang 1965 antara India dan Pakistan, ketika Karachi dibom. Selain merawat mereka yang terluka dan sekarat, keduanya harus memandikan 45 mayat (Edhi yang laki-laki, Bilquis perempuan) dan menyiapkan pemakaman mereka. Dalam memoarnya, A Mirror to the Blind (1996), Edhi terang-terangan mengecam mereka yang merasa jijik dan terlalu suci untuk menyentuh tubuh orang-orang mati.

Pemerintah Pakistan wajib malu kepada Edhi dan yayasannya, karena yayasan itu kini merupakan organisasi layanan sosial terbesar di negara itu. Sejak didirikan, yayasan itu telah menampung sekitar 20.000 bayi yang ditelantarkan, merawat sekitar 50.000 anak yatim, dan melatih lebih dari 40.000 perawat. Dan yang paling Edhi kagumi: jumlah armada ambulansnya kini terbesar yang dijalankan organisasi non-pemerintah di dunia. Jika Anda ke Pakistan dan sekarat tanpa sejawat sama sekali, telpon saja Yayasan Edhi!

Tetapi ini bukan tentang Edhi. Ini tentang I Made Aditiasthana, sosok di balik terciptanya kaki palsu dari sampah plastik untuk para penderita diabetes yang kakinya sampai diamputasi. Adit (panggilan akrabnya), menyulap sampah plastik menjadi sesuatu yang luar biasa⸺dan tak terduga. Adit memang bukan Abdul Sattar Edhi, tapi apa yang dilakukannya sepertinya sama.. Seperti kata Edhi, “Saya kira itu kewajiban saya sebagai manusia.” Adit memiliki YKKS, Edhi memiliki Yayasan Edhi.

Kepedulian Adit seperti narasi Injil Lukas tentang orang Samaria yang murah hati (Luk. 10: 25-27). Seperti dikisahkan Yesus, orang Samaria memiliki sikap peduli terhadap sesama yang menderita. Sikap keberpihakan yang ditunjukan oleh orang Samaria ini amat berbeda dengan sikap yang ditunjukkan oleh seorang imam dan seorang Lewi. Imam dan Lewi mengabaikan begitu saja orang yang sedang menderita di pinggir jalan. Mereka mengabaikan realitas penderitaan yang ada di hadapan mereka. Mereka lebih mementingkan ego pribadinya dan mengambil jalan untuk menghindar dan membiarkan sang korban yang tergeletak, bergulat dan bergelut dengan penderitaannya sendiri.

Tentu saja, Adit dengan YKKS-nya bukan termasuk orang yang ‘neurosis’ (suatu kondisi di mana orang berusaha melarikan diri dari dirinya sendiri) seperti kata Fritz Perls. Orang neurosis mengorbankan diri mereka sendiri untuk mengembangkan dirinya. Akibatnya, mereka merasa hampa, kering, dan tidak bermakna. Sedangkan YKKS tidak. YKKS berani untuk menjadi diri sendiri⸺karena itulah sumber kebahagiaan.

Seperti halnya Yayasan Edhi di Pakistan, YKKS yang didirikan Adit juga dikenal imparsial, tidak memihak kelompok mana pun. Mereka melayani semua orang tanpa pandang bulu, tanpa mendahulukan yang Hindu maupun yang Muslim, atau agama lainnya. Barangkali, bagi Adit maupun Edhi, agama mereka adalah mengabdi kepada kemanusiaan dan percaya bahwa semua agama di dunia punya dasar-dasar kepercayaan.

Pada diri Adit, kita menyaksikan contoh bagaimana agama yang benar, yang merupakan rahmat bagi siapa pun, dijalankan dengan baik. Dengan sendirinya tanpa pamrih dan kesombongan. Terima kasih, Adit. [T]

Previous Post

Sudah Sampaikah di Tujuan?

Next Post

5 Hal Unik Pagerwesi di Buleleng || Akibat Pandemi, Yang Nomor 4 Berubah

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
5 Hal Unik Pagerwesi di Buleleng || Akibat Pandemi, Yang Nomor 4 Berubah

5 Hal Unik Pagerwesi di Buleleng || Akibat Pandemi, Yang Nomor 4 Berubah

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more

Waktu Terbaik Mengasuh dan Mengasah Kemampuan Anak: Catatan dari Kakawin Nītiśāstra

by Putu Eka Guna Yasa
May 28, 2025
0
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

DI mata orang tua, seorang anak tetaplah anak kecil yang akan disayanginya sepanjang usia. Dalam kondisi apa pun, orang tua...

Read more

Budaya Kolektif dalam Duka

by Kim Al Ghozali AM
May 28, 2025
0
Budaya Kolektif dalam Duka

DI banyak tempat di negeri ini, kematian bukan hanya urusan keluarga. Ia adalah milik kampung, urusan RT, urusan tetangga, urusan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Wahyu Sanjaya dan Cintya Pradnyandewi Terpilih Sebagai Duta Bahasa Provinsi Bali 2025
Gaya

Wahyu Sanjaya dan Cintya Pradnyandewi Terpilih Sebagai Duta Bahasa Provinsi Bali 2025

WAYAN Wahyu Sanjaya dan I Gusti Ayu Cintya Pradnyandewi  terpilih sebagai Duta Bahasa Provinsi Bali 2025 dalam puncak acara pemilihan...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co