4 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Makian dan Keterancaman Muka

I Ketut Suar AdnyanabyI Ketut Suar Adnyana
January 31, 2021
inEsai
Makian dan Keterancaman Muka

Makian atau umpatan tampaknya bukan merupakan sesuatu yang tabu lagi. Banyak tokoh politik atau pemuka agama yang melanggar kesantunan dalam berbahasa. Figur publik tersebut secara terbuka menyampaikan makian terhadap orang yang dianggap tidak sejalan pikirannya dengan nya. Mereka memaki seolah-olah tidak bersalah tetapi sebenarnya makian yang ditujukan kepada pihak yang dianggap lawan sungguh menyakitkan. Makian itu diumbar lewat media sosial. Tampaknya kesantunan yang merupakan ciri masyarakat ketimuran mungkin mulai memudar.

Dalam peristiwa komunikasi, peserta komunikasi berharap agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik. Akan tetapi, peristiwa komunikasi terkadang berjalan tidak baik. Hal tersebut bisa disebabkan oleh ketidaksepahaman antara peserta komunikasi. Dalam situasi seperti itu, peserta komunikasi dapat mengekspresikan segala bentuk ketidaksenangannya, ketidakpuasannya dengan makian. Makian merupakan kata keji yang diucapkan karena marah dan sebagainya (KBBI, 2005:702). Kata makian dapat menunjuk pada benda, binatang, kekerabatan, makhluk halus, organ tubuh, aktivitas, pekerjaan, jenis keadaan dan usia. (Wijana dan Rohmadi, 2010: 111-124). Makian digunakan tidak hanya untuk mengekspesikan kemarahan, tetapi makian juga dapat digunakan untuk mengekspresikan kebahagiaan, kesedihan, dan bercanda. (Wijana dan Rohmadi, 2010:10).

Ketika orang merasa gembira dapat diekspresikan dengan makian. Makian ini tidak dirasakan sebagai bentuk kekerasan verbal karena orang yang mendengar atau lawan bicara mengetahui bahwa makian tersebut untuk menyatakan kebahagiaan. Begitu pula, makian kerap digunakan dalam berkomunikasi untuk menandakan keakraban antara petutur dan penutur. Makian yang dipergunakan pada sistuasi seperti itu tidak menyebabkan lawan tutur tersinggung.

Makian dapat mengancam muka lawan tutur apabila makian itu digunakan untuk mempermalukan seseorang. Dalam pertengkaran makian sering digunakan untuk menghina orang yang diajak bertengkar. Hinaan yang diujarkan tentu membuat orang yang dihina merasa tersinggung. Saat ini makian dipergunakan secara vulgar tidak saja digunakan oleh masyarakat kalangan menengah dan bawah tetapi juga digunakan kalangan atas yang nota bene merupakan elit politik atau publik figur. Makian yang digunakan cenderung untuk menyerang secara verbal seseorang yang tidak sehaluan dengan dirinya.

Ketika kontestasi pemilihan presiden muncul makian cebong dan kampret. Cebong untuk pendukung Jokowi dan kampret mengacu pada pendukung Prabowo. Istilah cebong digunakan untuk pendukung Jokowi karena Jokowi suka memelihara kodok. Anak kodok yang berupa cebong dipergunakan untuk menamai pendukung jokowi. Asal muasal istilah kampret adalah plesetan dari Koalisi Merah Putih (KMP) yang merupakan partai pendukung Prabowo -Hatta Rajasa pada pemilihan presiden 2014. Partai pendukung tersebut Gerindra, PAN, PPP, PKS, PBB, dan Partai Golkar. KMP diplesetkan menjadi kampret.

Makian yang dipergunakan dalam media sosial tidak berhenti ketika pilpres selesai. Pengkotakan tampaknya masih dirasakan sampai saat ini. Tokoh-tokoh atau publik figur yang berseberangan dengan pemerintah kerap menggunakan makian begitu juga sebaliknya pendukung Jokowi kerap menyerang dengan menggunakan makian. Penggunaan makian di media sosial tentu melanggar etika dalam berkomunikasi apalagi dilakukan oleh elit politik dan publik figur. Tampaknya makian bukan lagi merupakan sesuatu yang tabu. Pengamat politik dengan garangnya mengatakan presiden dungu. Ini tentu merupakan bentuk penghinaan terhadap simbol negara. Simbol negara semestinya dihormati.

Seseorang begitu mudahnya mengatakan perempuan dengan lonte. Publik figur yang begitu banyak memiliki follower tidak menjaga “lidah” dalam berucap akan membawa dampak negatif berupa perpecahan di masyarakat. Penyebutan lonte untuk perempuan tentu sangat menjatuhkan martabat seorang perempuan yang dihina. Ini merupakan bentuk kearoganan laki-laki tersebut terhadap perempuan. Penggunaan makian-makian seperti itu memberikan efek negatif bagi kalangan remaja. Mereka bisa saja menganggap bahwa memaki bisa dilakukan kepada siapa saja yang menurutnya mereka benci. Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang sangat berbahaya. Etika komunikasi perlahan-lahan akan terkikis dan itu dapat melenyapkan ciri keramahtamahan masyarakat.

Akhir-akhir ini makian yang berbau sara berseliweran di media sosial. Makian yang berbau sara sangat sensitif. Hal ini dapat menjadi penyulut kebencian suku yang merasa di hina. Anehnya walaupun orang-orang yang melakukan memakai kekerasan verbal sudah ditangkap dan diproses secara hukum, tetap saja ada orang yang memaki di melalui media sosial.

Kesantunan dalam berkomunikasi antar petutur dan penutur perlu dijaga. Secara umum kesantunan didefinisikan sebagai kepatutan sosial yaitu tindakan dimana seseorang menunjukkan tingkah laku yang teratur dan menghargai orang lain sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Konsep kesantunan banyak dibicarakan oleh para pakar dalam bidang sosiolinguistik antara lain Lakoff (1975:53) yang menyatakan bahwa bersikap sopan adalah mengatakan sesuatu hal yang berhubungan dengan masyarakat dengan benar. Dengan pendekatan yang lebih umum Fraser dan Nolen (1981:96) berpendapat bahwa untuk menjadi santun seseorang harus mematuhi aturan yang berlaku dalam setiap ikatan sosial. Seorang penutur akan dianggap tidak santun manakala dia melanggar aturan yang berlaku. Konsep kesantunan berkaitan erat dengan unsur benar dan salah sikap seseorang yang diukur dengan alat yang bernama aturan. (Syahrin, tt:3)

Pendekatan tentang kesantunan yang paling berpengaruh adalah teori yang dirumuskan oleh (Brown dan Levinson 1987) yang dikaitkan dengan konsep penyelamatan muka. Para pakar ini mengartikan kesantunan sebagai melakukan tindakan yang mempertimbangkan perasaan orang lain yang didalamnya memperhatikan positif face (muka positif) yaitu keinginan untuk diakui dan negatif face (muka negatif) yaitu keinginan untuk tidak diganggu dan terbebas dari beban. Kebutuhan muka dianggap berlaku dalam seluruh tataran budaya di mana muka dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat hilang, perlu dijaga, atau perlu didukung. Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa muka secara terus-menerus berada dalam kondisi beresiko karena segala bentuk tindakan berbahasa yang disebut face threatening act (FTA) ‘tindakan mengancam muka’ (Syahrin,tt:4) Dalam berkomunikasi, orang yang terlibat dalam berkomunikasi hendaknya saling menyelamatkan muka sehingga proses berkomunikasi dapat dilakukan dengan santun. [T]

Tags: BahasamakianPilpres
Previous Post

HARI AKSARA BALI 4 PEBRUARI || Prasasti Blanjong sebagai Monumen Keberaksaraan Bali

Next Post

Mengapa Kumpulan Cerpen “Nglekadang Meme” Mendapat Hadiah Sastera Rancage 2021?

I Ketut Suar Adnyana

I Ketut Suar Adnyana

Dr. I Ketut Suar Adnyana, M.Hum. adalah Wakil Rektor I Universitas Dwijendra, Denpasar

Next Post
Mengapa Kumpulan Cerpen “Nglekadang Meme” Mendapat Hadiah Sastera Rancage 2021?

Mengapa Kumpulan Cerpen “Nglekadang Meme” Mendapat Hadiah Sastera Rancage 2021?

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Lawan Sastra Ngesti Mulya
Khas

Lawan Sastra Ngesti Mulya

LAWAN Sastra Ngesti Mulya adalah salah satu kearifan warisan Ki Hadjar Dewantara di Perguruan Taman Siswa Yogyakarta. Sesanti itu bermakna...

by I Nyoman Tingkat
June 4, 2025
Senyum Rikha dan Cendol Nangka Pertama: Cerita Manis di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Senyum Rikha dan Cendol Nangka Pertama: Cerita Manis di Ubud Food Festival 2025

LANGIT Ubud pagi itu belum sepenuhnya cerah, tapi semangat Rikha sudah menyala sejak fajar. Di tengah aroma rempah yang menyeruak...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co