13 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menuju Bali Sebagai Pusat Seni Kontemporer Dunia

Wayan Gde YudanebyWayan Gde Yudane
January 25, 2021
inEsai
Menuju Bali Sebagai Pusat Seni Kontemporer Dunia

Wayan Gde Yudane (penulis), tengah. [Foto diambil dari laman facebook Wayan Gde Yudane post tertanggal 14 Mei 2020

— Strategi Pemanggungan Seni Pertunjukan (Gamelan Kontemporer) Kelas Dunia


Catatan Redaksi

  • Tulisan ini pernah disampaikan dalam seminar Festival Bali Jani 2019 di ISI Denpasar. Tema dan judul tulisan yang dibuat ini tentu saja merupakan “pesanan” dari panitia festival saat itu. Dan kini tulisan ini tampaknya masih relevan untuk disiarkan dengan harapan bisa dibaca oleh kalangan yang lebih luas

Mungkin maksudnya MENJADIKAN Bali sebagai pusat seni kontemporer dunia? Kalaupun begitu, untuk menjadi “pusat” kita paling tidak harus menjadi “bagiannya” terlebih dahulu. Apakah kesenian Bali sudah menjadi bagian dari seni kontemporer dunia? Mungkin itu akan terungkap di dalam forum ini.

Tapi, berhubung sudah terlanjur diagendakan pada program, saya akan memakai judul atau tema saresehan ini, sebagai landasan pandangan saya.

Untuk “menuju” ke suatu tempat, kita harus tahu dan memahami jalan, atau jalur yang  akan mengantarkan kita untuk sampai di tempat tujuan. Dalam hubungannya dengan kesenian, ijinkanlah saya memakai analogi ini, yaitu jalan, jalur atau arus. Seperti halnya sungai, ada sungai yang jalurnya menuju lembah, sawah, ladang, sampai airnya lenyap ditelan bumi. Ada juga sungai yang airnya mengalir langsung ke laut, bergabung dengan air sungai-sungai lain untuk menyatu di laut samudra luas.

Kalau boleh saya berandai-andai lagi, saya andaikan seni tradisional itu seperti air sungai yang mengalir ke sawah dan ladang, melewati, jalur dan batasan-batasan yang rapi tertata, sesuai aturan adat dan tradisi, sesuai keperluan memenuhi kesejahteraan kita. Hasilnya pun mudah dan cepat didapat dan diidentifikasi, seperti kesuburan tanah, hasil panen, dan lain- lainnya.

Sedangkan, sungai yang airnya mengalir ke laut, tidak segera menampak faedahnya. Bahkan sering orang berpikir bahwa air tersebut hanya terbuang sia-sia belaka. Lenyap menjadi air laut yang asin, bergabung dengan laut ini dan samudra itu, melintasi benua ini dan itu. Menjadi air global, mendunia.

Bagi saya, memerlukan sedikit waktu dalam perenungan untuk memahami, bahwa, tentu saja, laut dan samudra itu sangat berguna, sebab (menurut para ilmuwan, marine biologists) sebagian besar hidup di bumi ini terbentuk di lautan. Begitu banyaknya keragaman dan bentuk kehidupan yang terjadi di samudra global, sampai saat inipun masih sering ditemukan bentuk kehidupan “baru”, yang artinya belum kita kenali sebelumnya. Dan tentu saja lebih banyak lagi, kemungkinan-kemungkinan “hidup” yang menjalar di kedalaman yang terlalu dalam bagi nalar kita.

Begitu jugalah kiranya kesenian kontemporer yang mendunia itu, menurut hemat saya.

Tapi, meskipun bebas berbaur, berinteraksi dengan aliran-aliran yang beragam, seni kontemporer bukanlah tanpa aturan, atau tanpa ukuran. Yang pasti, rasa air global ini adalah asin, misalnya. “Keasinan” ini dirasakan sama, baik di Samudra Pasifik, Samudra Hindia, Samudra Atlantik, dan di lautan manapun. Meskipun mungkin kadar “keasinannya” yang berbeda. Rasanya sudah mendunia.

Pada seni musik, notasi dan struktur musik, yang dipahami oleh seniman musik di manapun di dunia ini. Pada seni sastra, bahasa yang dimengerti oleh pembaca dunia, meskipun dengan bantuan terjemahan di sana-sini. Sehingga karya itu bisa disebut global, mendunia.

Sedemikian jauh, mudah-mudahan ulasan saya masih sesuai dengan janji saya, menjabarkan pandangan sesuai dengan judul dan tema di atas.

Yang menjadi pertanyaan sekarang, adalah: Dimanakah kita berada? Di jalur manakah kita melangkah, beraktivitas dan berkarya? Apakah kesenian tradisi, di mana kita tumbuh dan menjadi, dengan tatanan, aturan dan parameter adat dan nilai tradisi, bisa dijadikan kesenian dunia? Apakah kedatangan orang-orang dari manca negara, menonton, menikmati, mempelajari bahkan mencintai kesenian kita, adalah bukti bahwa kesenian ini sudah mendunia?

Atau, apakah dengan merubah bentuk dan bagian-bagian atau komponen kesenian tradisi, sudah menjadikannya produk seni kontemporer?

Saya mulai belajar kesenian, seni musik khususnya, dari musik tradisional, gamelan Bali. Setelah menguasai pelajaran atau bahasa gagahnya “repertoar” musik tradisi, saya kemudian ikut “menelusuri” arus musik gamelan kontemporer. Membuat komposisi baru untuk gamelan yang pada mulanya, saya anggap akan membawa saya “mendunia”. Tapi, meskipun telah memenangkan beberapa kali lomba kreasi baru di Bali, saya sama sekali tidak mendunia. Jangankan mendunia, “menasional” pun saya tidak, dengan pencapaian saya tersebut.

Maka saya sadar, bahwa untuk ikut berkiprah dan terjun ke laut, saya harus belajar merasakan rasa asin, belajar berenang, memahami bahasa asing (asing yang artinya tidak saya rasakan atau pahami sebelumnya), bahasa dan ukuran yang berlaku di seluruh dunia. Seperti contoh yang sudah saya sebutkan sebelumnya, yaitu: saya mulai belajar membaca dan menulis notasi musik, membuat komposisi musik yang bisa dipahami dan diterapkan oleh musisi baik di Indonesia, di Australia, Amerika, Eropa, di manapun.

Begitulah usaha pribadi saya untuk bisa berkiprah di musik dunia. Bukan berarti saya meninggalkan tradisi atau pencapaian saya dalam berkesenian sebelumnya, tapi rupanya, paling tidak, pada pengalaman saya, warisan atau kalau boleh dikatakan “ilmu” yang saya dapat dari seni tradisi menjadi bahan yang sangat berguna sebagai landasan karya saya di dalam musik kontemporer dunia.

Dari pengalaman ini juga saya mendapat kesimpulan, bahwa pemahaman, kesadaran dan pendidikan yang lebih utama dalam seni kontemporer, sebelum kita berkarya atau membuat sesuatu yang hanya semata-mata berbeda, yang kita sebut kontemporer. Dan supaya dia mendunia, kita yang harus membawanya ke dunia.

Ada beberapa seniman sastra Indonesia, saya dengar dari festival sastra baru-baru ini, yang sudah sungguh-sungguh mendunia, meskipun tidak dikenal di Indonesia. Salah satunya, penyair muda kelahiran Bali, Cynthia Dewi Oka, yang karya-karyanya mendapat penghargaan dan pengakuan sastra di Amerika, Kanada dan negara-negara lain.

Tapi kalau hanya terkenal di luar negeri, dan tidak dikenal di negeri sendiri, mungkin belum bisa disebut sungguh-sungguh mendunia? Untuk itu, ada penulis (seniman sastra) Laksmi Pamuntjak, yang karyanya dalam sastra Indonesia setara dengan kiprahnya di sastra dunia.

Kesimpulan saya, untuk menjadi pusat seni kontemporer dunia, bahkan hanya untuk memulai kegiatan seni kontemporer di Bali, jalur itu harus jelas dipahami, sehingga usaha dan investasi yang memungkinkan dia untuk menuju kesana, efektif dan tidak sia-sia. [T]

____

Simak beberapa karya Wayan Gde Yudane pada kanal YouTube dengan cara memindai QR Code di bawah ini:

Previous Post

Berkenalan dengan Karya Sastra Kuno Lewat Cara Kekinian | Novel “Jerum” Oka Rusmini

Next Post

Membaca Raja Purana Pura Ulun Danu Batur

Wayan Gde Yudane

Wayan Gde Yudane

Komponis. Mendapat Anugerah Kebudayaan Indonesia 2020 untuk katagori Pencipta Pelopor Pembaru

Next Post
Membaca Raja Purana Pura Ulun Danu Batur

Membaca Raja Purana Pura Ulun Danu Batur

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co