3 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Gus Bass [Foto dokumentasi penulis]

Gus Bass [Foto dokumentasi penulis]

Gus Bass, Bumbu Sate dan Tempe | Catatan Orang Tua tentang Menu untuk Anak

Gus Surya Bharata by Gus Surya Bharata
January 17, 2021
in Esai

Sejak mengenal makanan berupa nasi, Gus Bass tidak mau kalau makan dengan lauk beragam. Cukup satu jenis lauk saja. Satu lauk yang ia suka.

Saat itu sekitar umur 3 tahun tepatnya 3,5 tahun lalu, setiap pagi dan sore, saya harus membelikan anak ketiga ini bubur ayam Bang Boem yang lokasinya di depan Toko Rela, Jalan A Yani Singaraja. Menu bubur ayamnya pun cukup simpel. Cukup bubur dan kuahnya saja. Tidak berisi campuran lain seperti daging ayam suir, kerupuk,  kedele, seledri, kecap apalagi sambel.

Siangnya, Gus Bass hanya mau makan nasi jika dikunyahi dulu oleh ibunya, dengan lauk spesial yakni kacang keplos. Tidak ada yang istimewa.

Begitu kesehariannya hingga Gus Bass mulai mengenal tempe goreng dan sate ayam. Memang awal perkenalan Gus Bass dengan dua makanan ini terjadi secara tidak langsung. Itu terjadi ketika kami sekeluarga sering mengkonsumsi tempe goreng tepung. Kalau sate ayam, sih memang langganan dari dulu dengan dagang sate ayam madura yang mangkal di Taman Lila Singaraja.

Malam-malam ketika anak-anak ingin ngemil, saya selalu diminta membelikan lontong sate. Selain saya, yang paling suka lontong sate juga anak saya yang sulung dan nomor dua. Tidak ketinggalan juga si anak mertua yang sering minta oleh-oleh ini jika saya pulang malam. Alhasil Gus Bass yang saat itu mulai tahu makan makanan selain bubur ikut coba-coba merasakan bumbu sate ayam yang lembut enak dan gurih itu.

Disitu Gus Bass mulai makan dengan bumbu sate ayam Madura. Mas Ari nama dagangnya. Dari pegalamannya maem berlauk bumbu sate, ternyata Gus Bass mulai doyan. Doyan hanya dengan bumbu satenya doang, tidak suka sama satenya. Walau pernah dicoba, langsung menuju tempat sampah untuk memuntahkan. Itu berlangsung sampai sekarang.

Dikarenakan Mas Ari hanya buka malam hari, maka saat Gus Bass mau makan bumbu sate siang hari mulailah saya coba belikan sate ayamnya Mas Djoko. Untuk sore hari ada Sate Ayam 28. Mas Djoko dagang sate legend berjualan di Jalan Yudistira, seberang Selatan IGD RSUD Buleleng. Kalau Mas Heri, Sate Ayam yang gerobak dorongnya bertuliskan angka 28 biasa jualan sore di depan Indomaret ,Jalan Gajah Mada. 

Kedua pedagang itupun kemusian jadi langganan saya untuk menu Gus Bass. Ketika saya mau beli sate, saya cukup bilang, “Mas, biasa” begitu ujar saya ke Mas Djoko dan Mas Heri. Mereka pun mengerti apa yang saya maksud. Kata “Mas, biasa” itu untuk pesan sate ayam sepuluh ribu rupiah, tidak isi pedas dan bawang.

Ya sate ayam, bukan bumbu satenya saja. Jika hanya beli bumbu sate saja Gus Bass tidak mau makan. Harus ada satenya dan itu sate ayam, walau dia tidak makan satenya. Praktis  saat-saat itu tiap hari kami makan sate ayam. Gus Bass hanya ambil bumbunya buat teman si beras matang untuk makan siang ataupun makan malam.

Seiring waktu ternyata Gus Bass tertarik juga dengan tempe goreng. Ini terjadi saat kakak sulungnya, Dayu Radhra menggoreng tempe tepung untuk lauk makan siang, suatu hari. Istri mencoba menawarkan ke Gus Bass ternyata dia mau asal disuapi. Sejak itu sekitar umur 5 tahun, Gus Bass mulai makan tempe goreng isi tepung bumbu instan. Saking lahapnya terkadang sampe minta nambah.

Dari dua menu kesukaan itu, Gus Bass saat makan tidak pernah mau menyantap bumbu sate ayam dan tempe goreng secara bersamaan dalam satu piring. Ya, cukup satu lauk saja setiap kali makan nasi. Terkadang tempe tepung goreng juga buat camilan, yang disantap saat masih hangat. Jika sudah dingin, dipastikan tidak mau dinikmatinya.

Selain olahan kedele dan kacang itu, Gus Bass juga doyan makan mie instan. Mie goreng dan mie kuah juga menjadi idaman pelepas rasa laparnya saat mulai bosan dengan tempe dan bumbu sate. Eitt…tetap. mie tanpa ada tambahan apa-apa lagi. Sayur, daging dan telor yang biasa kita tambahkan saat masak mie instan, dipastikan tidak akan mau disentuh apalagi disantapnya.

Ya sebagai anak-anak Gus Bass sampai saat ini memang belum bisa makan selain lauk-lauk itu yang menemani nasi putihnya. Sayur, buah-buahan nyaris belum bisa dinikmatinya. Semangat untuk mengajak dan memberi contoh mencoba untuk sekadar tahu rasa-rasa penganan lain nampak tidak dipedulikan siswa kelas satu SD ini. Sebagai orang tua saya awalnya sedikit khawatir dengan kondisinya ini. Tetapi ada beberapa keluarga seperti adik dan keponakan saya juga tidak suka makan buah dan sayur. Mereka nampak normal dan ada juga yang sudah menikah dan memiliki anak.

Besar harapan saya kalau Gus Bass nanti banyak tahu manfaat dari makanan-makanan bergizi seperti sayur-sayuran, buah-buahan dan daging saat ia berinteraksi di sekolah. Istri dan saya sudah sering mencoba memberikannya, terkadang dengan menyelipkan di makanan saat menyuapi ataupun sedikit memaksa. Tapi ketika dia tahu langsung mengeluarkan dari mulutnya dan tidak mau melanjutkan makanannya.

Semoga melalui pelajaran dan pergaulannya nanti Gus Bass mau mulai berani mencoba makanan-makanan bergizi lainnya. Tidak hanya ingin makan nasi dengan lauk tempe goreng dan bumbu sate ayam. [T]

Gus Surya Bharata

Gus Surya Bharata

Bertugas di Dinas Pendidikan Buleleng

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi diolah dari gambar Google
Cerpen

Bagaimana Surat Pertama Ditulis | Cerpen Rudyard Kipling

by Juli Sastrawan
March 3, 2021
Esai

Jejak Persahabatan Purba – [Tentang Pura Puseh Panjingan di Les-Penuktukan]

Ada berbagai definisi tentang Bali di masa ini tak cukup mampu menggambarkan konsep-konsep peradaban purba. Satu diantaranya konsep tentang Pura ...

August 20, 2020
Transfortasi Wisata Nusa Penida [Wisatanusabali.com]
Opini

Pariwisata Nusa Penida Menggeliat, Bisnis Jasa Transportasi Fast Boat Kian Kompetitif

Kemajuan pariwisata Nusa Penida (NP) menciptakan iklim bisnis yang kian bergairah dan kompetitif. Salah satunya ialah bisnis di bidang jasa ...

February 3, 2020
Dayu Ani
Khas

Pangraksa Jiwa dari Dayu Ani, Mengukuhkan Keragaman Nusantara

Festival Tepi Sawah pada Minggu 7 Juli 2019 di Omah Apik Pejeng, Ubud, Gianyar, seakan diberi nyawa berlebih ketika Ida ...

July 10, 2019
Esai

Kita Semua Pribumi, Cuma Alien yang Non Pribumi

“Kita semua pribumi, cuma alien yang non pribumi” Sebaris kata-kata satire ini tertulis pada kaos yang dibuat toleh tim kreatif ...

February 18, 2020
Ilustrasi diolah dari gambar di https://publicdomainvectors.org/
Esai

I Belog Menjaga Anak Babi dan Belenggu Asumsi Pendidikan

“Kapan anak saya mulai belajar membaca dan berhitung, Bu?” “Kapan anak saya bisa membaca dan berhitung? Sebentar lagi anak saya ...

September 4, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jro Alap Wayan Sidiana memanjat pohon kelapa di Desa Les, Buleleng
Khas

Jro Alap, Kemuliaan Tukang Panjat Kelapa di Desa Les

by Nyoman Nadiana
March 2, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Dr. I. Made Pria Dharsana. SH. M.Hum
Opini

Tergerusnya Demokrasi Indonesia

by I Made Pria Dharsana
March 3, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (157) Dongeng (11) Esai (1419) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (196) Opini (480) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (337)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In