12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

TIGA BAHASA HINDU BALI | 1.107 tahun pemakaian Sanskerta, 1.019 tahun pemakaian Jawa Kuno di Bali

Sugi LanusbySugi Lanus
December 24, 2020
inEsai
Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

ILustrasi tatkala.co / Nana Partha

— Catatan Harian Sugi Lanus, 24 Desember 2020


1. Warisan teks tertulis dan praktek ritual Hindu di Bali menggunakan 3 bahasa, yang secara historis sangat penting dalam proses beragama dan penurunan ajaran, yaitu: Bahasa Sanskerta, Bahasa Kawi (Jawa Kuno) dan Bahasa Bali.


2. Bahasa Sanskerta pemakaiannya masih dalam keseharian di Bali, yang paling umum adalah Puja Tri Sandhya yang menjadi bait-bait doa yang direkomendasikan diucapkan atau dilaksanakan 3 hari sehari — pagi-siang-sore — dan bentuk lain dari praktik harian pemakaian Sanserkerta adalah Puja Suryasewana yang diuncarkan dan praktekkan oleh kaum sulinggih yang telah memasuki diksa kepanditaan tertinggi.

i. Sejarahnya, seperti temuan prasasti di berbagai belahan kepulauan Nusantara, pemakaian bahasa Sansekerta telah dipakai setidaknya semenjak dikeluarkannya prasasti-prasasti Hindu di wilayah Kutai, Kalimantan bagian timur.

Batu Yupa dari Kutai, dengan prasasti dalam tulisan Pallawa, menggunakan bahasa Sansekerta, menjadi semacam tonggak pemakaian bahasa Sansekerta di Nusantara.

ii. Pemakaian Sanskerta tertua yang ditemukan di Bali sekitar tahun  914 M, dalam Prasasti Blanjong. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sanskerta India dan bahasa Bali Kuno, menggunakan dua aksara, aksara Nagari dan aksara Kawi atau dikenal juga sebagai aksara Jawa Kuno yang diturunkan dari aksara Pallawa. Menariknya bahasa Bali Kuno ditulis dalam aksara pra-Nagari berada di satu sisi pilar, sedangkan bahasa Sanskerta ditulis dalam aksara Jawa Kuno yang diturunkan dari Pallawa (disebut juga aksara Kawi). Pilar ini bertanggal menurut era Śaka, pada hari ketujuh dari setengah waxing (‘saptāmyāṁ sita’) dari bulan Phalguna tahun Śaka 835, yang bertepatan dengan 4 Februari 914 M— sebagaimana dihitung oleh Louis-Charles Damais.

Jika mengikuti perhitungan pakar prasasti, ahli Sanskerta dan pakar perhitungan kalender kuno almarhum Louis-Charles Damais, maka 4 Februari 2021 yang akan datang adalah 1107 tahun pemakaian bahasa Sanskerta di Bali. Tahun 2025 akan menjadi tonggak 1111 tahun pemakaian Sanskerta di Bali.

Semenjak 1000 tahun lampau itu masyarakat Bali telah mengetahui dan akrab dengan pemakaian Sansekerta di Bali. Dan yang paling menarik dari keberadaan atau tonggak aksara Bali, dari prasasti Blanjong kita melihat bahwa yang dipakai dalam penulisan bahasa Bali Kuno adalah aksara Pre Nagari, yang tidak lain adalah induk atau lebih tua dibandingkan dengan Devagari yang dipakai di India sekarang.

Aksara Nāgarī yang dipakai dalam penulisan Bahasa Bali Kuno adalah nenek moyang dari aksara Devanagari, Nandinagari dan varian lainnya. Biasanya digunakan untuk menulis bahasa Prakrit dan Sanskerta, tetapi dalam prasasti Blanjong dipakai menulis bahasa Bali Kuno. Aksara Nāgarī menjadi populer selama milenium pertama. Ini bukti bahwa Bali dalam konteks persebaran budaya Asia bersentuhan langsung dengan perkembangan pengetahuan milenium pertama.

Nāgarī berakar dari keluarga aksara Brahmi kuno dan digunakan secara teratur pada abad ke-7 M, dan secara umum telah sepenuhnya berkembang menjadi aksara Devanagari (aksara yang dipakai di India atau dalam kebanyakan kitab Weda) di sekitar akhir milenium pertama era umum.

Pulau Bali betul-betul menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan tradisi penulisan dan keberaksaraan yang penulisan tradisi Vedic era milenium pertama..

iii. Berbagai temuan lontar Puja, Stawa, dan pedoman pemujaan berbahasa Sansekerta di Bali disebut dalam klasifkasi Weda — jika kita merujuk pembagian dan klasifikasi Perpustakaan Lontar Kirtya Singaraja —  menjadi pokok penentu kehidupan beragama di Bali yang menjadi pedoman khusus kalangan pendeta.

Berbagai Arga Patra pedoman pemujaan sulinggih kita temukan di Kirtya dengan kandungan pemujaan berbahasa Sanskerta, hanya pengantar atau petunjuk bagaimana sikap memuja yang berbahasa Jawa Kuno, selebihnya mantra 100% Sanskerta. Di antaranya:  Lontar 6604 / Ib Arga Puja Parikrama, Lontar 6759 / Ic Arggha Patra, Lontar 7067/1b Arggha Patra, Lontar 2461 / Ib Arghapatra Resi Puja, Lontar 1778 / Ic Asta Prenawa, Lontar 74/8.Ib Astaka Mantra, Lontar 1843 / Ib Astawa Mantra, dstnya.

Lontar berbahasa Sanskerta yang menjadi pedoman etika atau susila yang terwariskan menjadi pedoman etik dan dharma diantara: Slokantara, Sarasamuscaya, dan berbagai pedoman pengajaran kutipan Ramayana yang menjadi pedoman pengajaran Sanskerta di Nusantara.

Teks keagamaan yang bernuasa ajaran Kesiwaan yang bertajuk atau dalam payung Jnana Siddhanta dengan berbagai variasinya meninggalkan jejak kuat mengakarnya pemakaian Sansekerta di kalangan para cendikiawan dan pendeta di masa silam di Bali.


3. Bahasa kedua setelah Sansekrta adalah Jawa Kuno atau Kawi, menjadi salah satu dari 3 pilar bahasa dalam Hinduisme di Bali.

Berbagai temuan prasasti di Bali memberikan gambaran kapan mulainya pemakaian bahasa Jawa Kuno di Bali. Tahun 804 Śaka (882 Masehi) sampai dengan pemerintahan Raja Anak Wungsu tahun 994 Śaka (1072 Masehi) bahasa Bali Kuno masih dipakai dalam prasasti Bali, setelah itu peran Bali Kuno sebagai bahasa prasasti digantikan oleh bahasa Jawa Kuno. Terlihat semenjak itulah pemakaian bahasa Jawa Kuno menjadi suatu kebiasaan penulisan prasasti di Bali menggunakan bahasa Jawa Kuno.

Setidaknya telah sekitar 950 tahun lalu dipakai Jawa Kuno di Bali. Ditengarai setelah Udayana menikah dengan Mahendradatta Bahasa Jawa Kuno masuk kerajaan Bali. Ada indikasi tahun 1001 Masehi ketika datang Mpu Kuturan, bahasa Jawa Kuno mulai berpengaruh dalam pemakaian keagamaan dan pedoman puja. Lontar pedoman kepemangkuan Kusumadewa dan Sangkulputih disebut sebagai peninggalan dari Mpu Kuturan. Jika ini benar adanya, maka telah 1019 tahun pemakaian Jawa Kuno di Bali.

i. Pedoman pemangku di Bali yang dikenal sebagai Kusuma Dewa dan Sangkuputih berbahasa Jawa Kuno dengan berbagai stawa berbahasa Sanskerta. Kusuma Dewa dan Sangkulputih sangat jelas “komposisi puja dan stawa” yang memang telah dibumikan atau berbasis kepentingan pemujaan di candi, pura atau parahyangan yang berkembang dalam tradisi Jawa Kuno atau Nusantara, yang diwarisi sampai hari ini menjadi pedoman pemujaan terpenting di kalangan pemangku. Kebahasaannya jelas Kawi dan bercampur bahasa Bali halus yang kelihatan sangat tua.

ii. Jika pemujaan dengan stawa berbahasa Sansekerta disebut dengan “maweda”, maka pemujaan dengan bahasa Jawa Kuno atau Kawi ini kadang disebut “masaa” atau “puja-saha”. Menggunakan bentukan ata frase Kawi kadang diselang-selingin dengan bahasa Bali singgih.

iii. Jika Suryasewana berbasis pemujaan di rumah masing-masing pendeta Siwa-Buddha-Rsi dengan murni Sansekerta, pemakaian buku manual pemujaan dengan bahasa Kawi ini menjadi praktek pelaksanaan upakara di odalan atau karya di parahyangan dan pura-pura. Pemujaan ke alam dewa yang komunikatif di pura dilakukan dengan Kawi oleh pemangku yang berpedoman Sangkulputih dan Kusumadewa.


4. Bahasa Bali Singgih dipakai dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali ketika memuja untuk “wilayah privat”; maksudnya sembahyang di rumah bersama keluarga dan bukan ketika memimpin upakara sebagaimana doa sulinggih atau pemangku untuk publik.

Dalam prosesi 3 bulanan, sebagai contoh, maka doa diucapkan dalam bahasa Bali. Keluarga berdoa bersama dalam bahasa Bali. Demikian juga ketika otonan. Persembahyangan ketika Tumpek Kandang, Bubuh, dll, dilakukan dalam bahasa Bali yang umum dipahami. Komunikasi pun seolah sedang berbicara atau berdialog dengan “yang tidak tampak”.

Pemujaan dengan bahasa Bali umum ini kadang disebut “sesontengan”. Umum pula dipakai memuja ketika “mayah sesangi” (bayar kaul) atau kesempatan yang sifatnya “privat’, bukan dalam konteks prosesi keagamaan publik seperti doa-doa mantra pendeta tinggi di depan publik yang diuncarkan dalam bahasa Sansekerta atau Jawa Kuno (Kawi).

Sesontengan atau doa dengan bahasa yang lumrah kita dengar dalam keseharian ini memang terasa paling akrab menjadi “bahasa agama Hindu Bali”. Karena bahasa keseharian inilah yang memang menjadi “ranah umat umum”. Bahasa Sanskerta, kecuali dalam Tri Sandhya dan Panca Krama, memang lebih merupakan bahasa pendeta tinggi. Bahasa Kawi dalam pemujaan lebih menjadi “bahasa Pemangku” dalam praktek persembahyangan di Bali.


5. Sekedar gambaran perbedaan bahasa Sanskerta, Kawi, dan bahasa Bali, maka berikut akan diberikan contoh mantra Sanskerta (i), puja Kawi (ii), dan piuning dalam bahasa Bali (iii).

(i) // 0 // iti āpaḥ stawa/ ma / oṃ gaṅgāpuruṣo mūrttiṇam/ brahmamaṇḍala waiṣṇawam/ gaṇgā ratnākara dewaṃ brahmāmūrtti trilokanam// jalanidhi mūrtti dewaṃ/ bhūmimatsyamahārodram/ bruṇadewa mahāliṅgam/ lembuharo indrātmakam// nāgendra krūramūrttiṇaṃ/ gajendra matsyawaktraṇam bruṇadewa maśarīram/ sarwwa jagat śuddhātmakam// jalanidhi mahāwiryyam/ brahmā wiṣṇu ṃaheśwaram sarwwa jagat prakīrttiṇaṃ/ sarwwa wighnawināśanam// indra parwwatamaṇḍalam/ jalanidhi mūrttiwīryyam/ rudra agni jwalitejo/ sarwwawighnawināśanam//

Ini adalah gambaran Sanskrit dalam lontar Bali, yang kadang sebut olah para ahli sebagai Sanskerta Nusantara atau Sanskerta yang dipakai atau berkembang di Nusantara.

(ii) Iki malih puja nira mangku Kulputih, Ma, Ong Bhatara Pasupati, pukulun manüsa nirä, angaturana padukä bhatara ngaturana paduka bhatara, angundang bhatara pukulun, pada tdun kayangan agung nuhut kukusang mnyan majagawu candana manngen, sami mapupul ring pasamuan kabeh, ta burat wangi mrik sumurit, siddhi rastu nama siwaya. Ong Ang Mang Ung. Iki rajah payuk wadah toya, pabrésihan. Rajah sékar, Ong Mang Ung Sah, ésat mrettha ya namah, Ong Mang Iswara ne namah, putih. Ong Ung Wisnu ne namah, ireng. Ong Brahma ne namah barak, Ong Hrang Hring Sah Paramasiwaditia ya namah.

Kita bisa melihat bagaimana pedoman pemujaan berbahasa Kawi atau Jawa Kuno dipakai sampai hari ini di Bali oleh pemangku yang berpedoman pada teks kepemangkuan Sangkulputih dan atau Kusuma Dewa.

 (iii) Inggih Ratu Paduka Betara, titiang pedek tangkil ring wengine mangkin, ngaturang pejati kukus harus, nunas ica, mangda titiang molihang merta, manda pemargin titiange setata galang. Dumumadak Ratu lédan mapaica karahayuan ring pianak titiang sami, mangda sami rahayu kelanturan…

Pemakaian bahasa Bali dalam doa harian persembahyangan pribadi ini sangat bersifat personal, kadang juga ditentukan oleh dialek dan ragam bahasa Bali yang berbeda antara masyarakat Bali pesisir dan Bali pegunungan yang punya dialek berbeda, demikian juga sor singgih, atau anggah-ungguh yang pola atau aturannya cukup berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.


6. Tidak beralasan mengatakan bahwa satu satu dari tiga bahasa tersebut, Sanskerta-Kawi-Bali, paling unggul atau utama. Dalam praktek doa harian, dalam tradisi pewarisan ajaran teks tertulis, dan dalam berbagai kegiataan keagamaan Hindu di Bali ketiganya menduduki posisi sama pentingnya dan saling mengisi, saling melengkapi.

Tiga pilar bahasa yang dipakai dalam Hindu Bali ini yang menjadikan Hindu Bali punya ciri kebahasaan yang tidak mudah dimasuki teks tertulisnya yang berbahasa Kawi dan Sansekrta. Masyarakat Bali atau luar Bali yang mau memasuki ajaran tertulis Hindu Bali, mau tidak mau, harus memahami Jawa Kuno dan Sanskerta jika ingin paham mendalam Hindu di Bali. Jika hanya paham bahasa Bali umum cukup untuk memahami praktek hariannya, tapi tidak cukup untuk memasuki teks pedoman kependetaan yang ditulis dalam aksara Bali, berbahasa Kawi dan Sanskerta.


7. Tiga bahasa tersebut, dan melek aksara Bali, menjadi keharusan bagi siapapun yang ingin memasuki ke dalaman teks lisan dan tertulis yang menjadi pedoman Hindu di Bali. Tanpa pemahaman baik dan mendalam dari 3 bahasa ini, akan sangat diragukan kedalaman pemahaman teks yang dimiliki.

Namun, sekalipun demikian, sekalipun punya kepasihan berbahasa ketiga bahasa yang dipakai dalam masyarakat Hindu di Bali, juga tidak ada jaminan seseorang yang paham ajaran bisa sejajar pengetahuan dharmanya dengan tindakan hariannya dalam menjalankan dharma. [T]

——CATATAN: Jika dipakai rujukan adalah bentuk huruf sezaman dengan meterai tanah liat yang memuat mantra Budha, yang disebut “yete mantra” yang ditemukan di Bali, diduga berasal dari tahun 778 Masehi, maka telah 1242 tahun usia penggunaan Sansekerta di Bali.

Previous Post

Hari Ibu di Masjid dan Hal yang Kemudian Kita Renungkan || Catatan dari Kampung di Singaraja

Next Post

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi. IG @sugi.lanus

Next Post
Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co