6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ruang Virtual Bali Jani

Wayan SumahardikabyWayan Sumahardika
October 31, 2020
inEsai
Siasat Kerja Panggung Digital

Wayan Sumahardika [ilustrasi tatkala.co | Nana Partha]

Mari kita sepakati terlebih dahulu, bahwa keberadaan festival di masa pandemi begitu penting artinya, terutama dalam rangka menjaga kewarasan kita sebagai manusia. Di tengah wabah yang senantiasa mengintip di sela keseharian, pembatasan fisik, situasi ekonomi yang sulit, serta kebijakan pemerintah yang berbelit dengan berjibun wacana dan kontrofersi yang berkelindan di dalamnya, membuat segala hal jadi kehilangan akal sehat. Hampir-hampir jadi gila dibuatnya. Maka seni, dalam konteks Festival Bali Jani yang terselenggara pada 31 Oktober-7 November ini, boleh jadi ruang alternatif untuk menjaga kesadaran diri kita khususnya sebagai masyarakat Bali untuk tetap waras.

Bayangkan saja jika hari-hari di masa pandemi dilalui tanpa satupun tergelar tontonan, dimanakah masyarakat Bali mesti menari? Sementara hotel-hotel atau kawasan hiburan wisata yang biasa mengupah tari telah tutup lantaran tak ada tourist yang datang. Kapan para penabuh mesti memainkan gamelan, jika odalan di pura juga diharuskan untuk memberlakukan pembatasan fisik, jaga jarak, dan deretan keamanan protokol kesehatan lainnya? Jika tak ada festival, bagaimana seniman bisa mendulang pemasukan sementara bantuan pemerintah yang jumlahnya tak seberapa itu, tak jua kunjung datang? Maka, festival seni tentu menjadi jawaban atas segala persoalan. Bak menyelam minum air, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Perayaan festival setidaknya mampu memberi  bantuan sekaligus membuka ruang kreativitas bagi seniman, di sisi lain memberi hiburan  untuk masyarakat luas.

Meski banyak juga seniman yang tak menggantungkan diri pada hotel-hotel atau kawasan hiburan pariwisata, meski banyak juga seniman yang meyakini ritual pentas tak hanya dapat dilakukan di pura, meski banyak juga seniman yang tak menjadikan acara seni pemerintah sebagai penopang hidup, keberadaan festival tentu tetap mesti diapresiasi. Dalam konteks Festival Bali Jani yang diadakan secara virtual, setidaknya ada hal-hal yang senantiasa dilontarkan sebagai masukan oleh sejumlah kawan seniman, kini secara ‘tidak sengaja’ telah dilakukan dalam penyelenggaraan festival. Saya katakan ‘tidak sengaja’, lantaran karena memang bukan dimaksudkan demikian. Semua tampak hanya dijalankan dengan motif bagaimana acara agar dapat terlaksana dengan baik. Adapun beberapa hal yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Yang pertama adalah eksplorasi ruang yang tak lagi menjadikan Art Centre pusat situs pertunjukan. Sebagaimana yang umum diketahui, bahwa selama ini Art Centre boleh dikata menjadi satu-satunya tempat tergelarnya pertunjukan. Utamanya acara pertunjukan yang digelar oleh institusi pemerintah. Alih-alih menjadi pusat tempat pertunjukan, dalam format acara yang monoton, yang berulang setiap tahunnya, Art Centre hari ini justru kehilangan daya pukaunya. Di masa pandemi, ketika acara tak bisa lagi dilakukan di Art Centre, ketika tim panitia membuka ruang kreasi seniman sebebas-bebasnya dengan format virtual, penggunaan ruang alternatif tampak menjadi begitu beragam. Beberapa kelompok diantaranya, ada yang menggunakan gunung, laut, sawah, studio, bahkan kawasan pembuatan tembikar sebagai situs pertunjukan.

Hal ini menjadi menarik untuk disaksikan. Pertunjukan tak hanya menyuguhkan komposisi, gerak, bloking sebagaimana yang biasa hadir di panggung prosenium Art Centre. Pentas juga menghadirkan situs-situs unik yang sekiranya luput kita lihat dan sadari selama ini. Sayangnya, melihat beberapa teaser pentas yang sudah diunggah di laman youtube disbud bali, situs-situs ini tampaknya cenderung digunakan hanya sebagai latar. Tak banyak kelompok yang meniatkan diri merajut pentas berdasar pada penggalian teks-teks yang terkandung dalam situs itu sendiri. Alhasil, menonton pertunjukan tak ubahnya seperti menonton film asing atau menyaksikan video prawedding yang hanya menggunakan situs-situs Bali beserta oramen di dalamnya sebagai sebuah latar. Tanpa pretensi untuk menyajikan narasi-narasi yang hadir di balik situs.

Yang kedua, Festival Seni Bali Jani sekiranya telah mampu membuka ruang reuni bagi tubuh para penari Bali menyinggahi ruang primordialnya. Adapun ruang primordial yang dimaksud adalah bentang alam agraris yang sejatinya menjadi cikal bakal estetika seni Bali hidup, tumbuh dan berkembang. Merujuk pada foto-foto masa lalu para seniman Bali tempo dulu, dapat kita lihat bagaimana mereka menari di jaba Pura, beralas tanah serta melakukan ritual adat dimana pohon tumbuh dengan lebatnya, tak ada gedung, tak ada deru mobil kendaraan yang menghiasi. Berbanding terbalik jika melihat potret tubuh penari hari ini yang berloncatan dari panggung ke panggung, dari hotel ke hotel.

Reuni, barangkali menjadi kata paling tepat untuk digunakan. Hampir sama kualitasnya seperti acara reuni sekolahan, dimana kita bersiap sebaik, secantik, seganteng mungkin untuk tampil bertemu kawan masa sekolahnya. Pada video pertunjukan Festival Bali Jani, kita akan kembali menyaksikan para penari yang berusaha mengakrabi ruang primordialnya di tanah tandus, di air laut serta semak belukar. Bedanya, jika para penari dulu tampak hitam, berpeluh, dengan kostum sederhana, kini para penari tampak putih dengan bedak tebal, rias warna warni,  dan  hingar bingar kostum. Entah, bagaimanakah kemudian generasi selanjutnya mengenali para penari ini. Bisakah kemudian dikenali, sebagaimana kita hari ini yang berusaha menelusuri mana rupa I Mario, I Sampih, Ni Pollok dan sebagainya dalam potret Bali tempo dulu?

Yang ketiga adalah penyelenggaraan Festival Bali Jani yang sekiranya mampu menjadi cikal bakal kehadiran bentuk festival alternatif yang lain. Diakui atau tidak, yang dijadikan rujukan festival selama ini hanyalah Pesta Kesenian Bali semata, baik dalam konteks latar belakang, bentuk sampai indikator pencapaian. Festival yang sudah cukup tua usianya ini, yang berhasil menggait ribuan penonton di dalamnya dijadikan satu-satunya rujukan keberhasilan tanpa pernah sekalipun mempertimbangkan hal-hal lain di luar format dan bentuk acara, semisal kepada kalangan manakah sesungguhnya festival diselenggarakan? Apa tujuan festival? Bagaimana kemudian mesti mengkonsepkannya? Mestikah semua festival harus disamakan dengan capaian PKB?

Sebab setiap festival mesti punya visinya masing-masing, yang tak bisa disamakan satu dengan lainnya. Visi yang matang berpengaruh pada bentuk festival, berpengaruh pula pada pemilihan medium penyelenggaraan festival. Dalam konteks ini, platform youtube yang digunakan sebagai media penyelenggaraan Festival Bali Jani misalnya, tentu juga mesti dievaluasi kegunaannya. Sejauh manakah  mampu berhasil membawa agenda festival? Bisakah youtube mengakomodir gagasan modernitas kekinian yang senantiasa dikumandangkan sebagai semangat Bali Jani? Terlebih lagi jika channel youtube dikelola seperti hobi. Diupload jikalau hanya ada waktu dan kuota.

Dalam konteks ini, realitas festival nyata tentu berbeda dengan realitas virtual. Diperlukan berbagai persiapan dan pertimbangan matang dalam pelaksanaannya. Pada ruang virtual yang cenderung menyetarakan segala hal, menempatkan produk kesenian dengan produk kerajinan, gossip, hoaks dalam ruang yang sama, maka kita pun mesti menyiapkan siasat agar produk festival tetap punya nilai penting diantara deretan konten yang hadir dalam ruang virtual. Alih-alih mengusung seni untuk menjaga kewarasan, jangan sampai membuat para seniman jadi lebih frustasi lagi.  

Cih! Sudah buat susah-susah, berdarah-darah, tapi kok tak ada yang menonton pertunjukan kita ya?Males dah! Mending dah tik-tokan aja!

Denpasar, 2020

Previous Post

Perempuan Menikah: Tujuan, Pilihan, atau Nasib?

Next Post

Tidak Ingin Melampaui Apa-Apa

Wayan Sumahardika

Wayan Sumahardika

Sutradara Teater Kalangan (dulu bernama Teater Tebu Tuh). Bergaul dan mengikuti proses menulis di Komunitas Mahima dan kini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Pasca Sarjana Undiksha, Singaraja.

Next Post
Tidak Ingin Melampaui Apa-Apa

Tidak Ingin Melampaui Apa-Apa

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co