Kalimat di atas saya ambil dari judul novel karya Nanoq da Kansas, “Plitik”. Bukan karena saya ingin mengupas arti dan maknanya, tapi entah kenapa ketika membaca kalimat itu saya luar biasa tertawa terbahak-bahak dan bahagia. Begitulah bagaimana kelucuan bisa tiba-tiba mengubah mood dan emosi kita.
Kali ini saya ingin menulis soal humor dan kaitannya dengan kesehatan mental. Sejak dulu kala, semua orang paham bahwa dengan kita melucu dan tertawa bersama bisa mengubah keadaan kesehatan mental seseorang. Sejak dulu kala juga orang berkumpul melakukan yoga tertawa atau yoga gembira semata-mata sebagai usaha untuk memperbaiki mood dan emosi kita.
Sama seperti apa yang saya tonton di film favorit saya dulu Patch Adams kisah tentang bagaimana Hunter Adam, seorang dokter yan memiliki minat pada isu kesehatan mental membuat sebuah gerakan dengan menghadirkan badut-badut di rumah sakit terutama di bagian penanganan kanker anak. Ia tidak hanya menjadi dokter tapi juga menjadi badut dalam arti sebenarnya, menghibur anak-anak di bangsal perawatan kanker. Hal itu menarik, bagaimana kegembiraan bisa menjadi sebuah obat.
Sense of humor atau perasaan dan sensitivitas kita terhadap suatu hal yang lucu bisa menandakan taraf kesehatan mental seseorang. Ketika seseorang bisa dengan sensitif memahami sebuah kelucuan dari suatu peristiwa biasanya mempunyai kepribadian yang lebih terbuka dan lebih mampu untuk menghadapi stres yang datang pada dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika seseorang kehilangan sense of humour misalnya yang terjadi pada orang-orang yang mengalami depresi, menjadi kehilangan minat dan kegembiraan. Sesuatu yang sebelumnya bisa kita anggap lucu dan membuat kita tertawa terbahak-bahak bersama, ketika kita mengalami depresi entah kemana sense of humour itu pergi.
Tentu Anda sudah cukup sering mendengar bahwa dengan tertawa bisa meningkatkan endorfin kita dan membantu mengoptimalisasikan fungsi serotonin dalam otak dan juga oksitosin kita. Tertawa terbahak-bahak juga membuat kita bernapas lebih dalam dan itu sangat baik untuk peredaran oksigenisasi di dalam otak kita.
Saya tidak membahas lebih banyak soal itu. Saya ingin melihatnya dari sudut psikologi. Banyak yang tidak tahu bahwa sebetulnya humor adalah salah satu dari enam mekanisme pertahanan diri kita yang tergolong mature atau matang. Ketika kita menghadapi masalah atau stres sebenarnya tingkat kesehatan mental kita tidak hanya dipengaruhi dari besar stres yang kita hadapi tetapi tergantung dari respon kita menghadapi stres tersebut.
Seringkali ketika menghadapi stress kita menyalahkan orang lain. Itu dinamakan proyeksi. Seringkali juga kita tidak mengakui bahwa hal itu adalah sebuah masalah, atau dinamakan denial. Itulah contoh-contoh mekanisme atau respon diri yang kurang baik dan bisa membawa kita mengalami gangguan jiwa. Dan, humor menjadi salah satu dari enam mekanisme pertahanan diri yang matang.
Namun, perlu diketahui humor disini maksudnya adalah kemampuan kita secara sadar untuk mentertawai kesulitan-kesulitan kehidupan yang kita alami. Ada sebuah penelitian yang membandingkan tipe humor yang berseberangan. Yang pertama adalah Affiliative Humor atau humor yang kita bagi bersama tentang keadaan diri, menertawakan kesulitan yang ada dalam diri kita. Yang kedua adalah Aggressive Humor atau menertawakan kehidupan dan kesulitan orang lain, mencerca kehidupan orang lain sehingga menjadi lucu.
Ternyata yang berefek baik dan membantu pemulihan gangguan depresi selain dengan obat, artinya melengkapi pengobatan dan psikoterapi adalah Affiliative Humor atau menertewakan kehidupan diri kita sendiri. Kelihatannya tidak masuk akal, tetapi cobalah, seringkali kita juga pernah menggunakan hal ini. Saya teringat ketika suatu waktu berjalan dengan pasangan di saat hujan dan di jalan terdapat kubangan. Lalu sebuah mobil ngebut melintas, mencipratkan air kubangan itu ke badan kami. Bisa saja kami marah, tapi orangnya sudah pergi. Atau kami mengamuk tapi dia tidak bisa mendengar. Kami akhirnya tertawa, menertawai diri masing-masing, betapa lucu dan romantisnya hal-hal semacam itu.
Kita ingat ada komik kartun yang ada ketika saya kecil dan menjadi favorit, yakni Donald Duck. Tokoh kartun itu sebenarnya mengajarkan kita bagaimana menertawai kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam hidup. Donald Duck digambarkan sebagai orang yang paling sial dan itu menghibur banyak orang. Sebenarnya bakat-bakat itu sudah ada dalam diri kita. Jadi penting sekali mengembangkan kemampuan untuk bisa menertawai diri kita, melihat momen-momen buruk dalam diri kita menjadi sebuah hal yang lucu dan itu masuk akal untuk dilakukan.
Saya mempunyai pengalaman ketika berkumpul bersama teman-teman yang mengalami gangguan panik ataupun psikosomatis. Saat itu saya membimbing delapan hingga sembilan orang yang mengalami gangguan panik dalam sebuah grup terapi. Kami mengadakan challenge, menuliskan berapa kali jumlah masing-masing orang pernah datang ke Unit Gawat Darurat (UGD) karena “alarm palsu”, merasa takut mati atau takut sakit berat oleh karena serangan panik. Masing-masing peserta menuliskan hal itu. Ada yang 4 kali, ada yang 6 kali, dan terakhir ada menuliskan selama 17 kali dan kami tertawa bersama-sama saat mengetahui hal tersebut.
Termasuk orang yang membagi pengalaman bahwa dirinya pernah 17 kali datang ke UGD bahkan memaksa untuk dirawat di Intensive Care Unit (ICU), padahal tidak mengalami gangguan fisik apapun. Apa yang dialaminya bukanlah pura-pura, itu terjadi secara nyata karena serangan panik.
Momen yang saat itu sangat menyedihkan dan menegangkan bagi dirinya namun ia bisa membagi cerita itu dengan tertawa. Peserta lain ikut merasakan kelucuan dan kebahagiaannya. Hal tersebut sangat membantu pemulihan, melengkapi pengobatan dan psikoterapi mereka.
Pesan saya, marilah kita berlatih melihat setiap sisi kelucuan dari kehidupan dengan tertawa. Kita berhak untuk tertawa, tetapi saya tidak mengakhiri artikel ini dengan ikon Warkop DKI “Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang” tapi dengan kalimat “Sebaiknya kita mulai belajar tertawa sebelum nanti kita tertawa-tawa sendiri”. Semoga kita semua selalu dalam keadaan mantap jiwa dan raga menghadapi semua kesulitan hidup dengan sesekali menertawainya. Salam mantap jiwa.