5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tai dan Spiritual

IGA Darma PutrabyIGA Darma Putra
July 28, 2020
inEsai
Atat Yang Bijaksana #1

ILustari tatkala.co | Nana Partha

Saya tidak bermaksud untuk memasangkan kedua kata itu sebagai kawan, atau pun mempertentangkannya sebagai lawan. Keduanya berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan sangat halus. Yang satunya mewakili kekotoran, kejijikan, ketidaksucian. Sedangkan yang satunya, mewakili hal-hal sebaliknya: kebersihan, kesucian, kekaguman. Keduanya seperti magnit. Dua sisi berbeda yang saling tarik-menarik dan melekat jika bertemu atau dipertemukan.

Ada banyak warisan cerita yang isinya berkisar seputar tai. Dalam cerita-cerita itu, tai tidak hanya berarti kekotoran, tapi sekaligus mewakili kecerdasan, ketulusan, keberuntungan, dan tentu saja magis!

Salah satu cerita I Belog adalah warisan yang menunjukkan tai sebagai cermin ketulusan. Karena ketulusanlah, ia mengiringi seorang pendeta kemana-mana. Membawakan barang-barang, dan dilarang menginjak bayangan Pendeta. Jika Pendeta sakit perut dan membuang isi perutnya, I Belog juga tidak mau ketinggalan. Dengan tulus ia mengiringi tai Pendeta dengan tai miliknya. Di sungai, kedua tai itu hanyut saling mendahului tanpa bisa kita kenali lagi, tai yang mana milik siapa. Pokoknya, ketulusan diterjemahkan oleh I Belog sebagai pengabdian. Pengabdian sampai ke titik paling kecil dalam hidupnya.

Tai sebagai bentuk kecerdasan, ditunjukkan oleh cerita Pan Balak Tamak. Dengan apik ia menyusun rencana agar seluruh warga Banjar, melihat jaja iwel di sudut Bale Banjar. Jaja iwel itu dibentuk agar semirip-miripnya dengan tai anjing. Sontak jika Pan Balak Tamak menantang warga untuk memakannya, tidak akan ada satu pun yang cukup cerdas untuk memeriksa jaja iwel-tai anjing itu. Tidak akan ada yang curiga, tai jadi-jadian itu adalah bentuk kecerdasan Pan Balak Tamak. Pada akhirnya, sekumpulan warga Banjar yang sudah barang tentu adalah kumpulan orang-orang yang mengira dirinya terpelajar, dikalahkan dengan ‘tai anjing’.

Tidakkah kedua cerita berisi tai tadi cukup mencengangkan? Tapi kedua tai tadi, pastilah tidak lebih mencengangkan dari pada tai magis. Tai dalam pandangan mistik, diterjemahkan sebagai keberuntungan. Karena ini tai keberuntungan, tentu saja dikeluarkan oleh makhluk spesial. Setidaknya, makhluk ini haruslah suci. Yang namanya kesucian, hanya bisa dikeluarkan oleh yang suci-suci. Tidak akan ada yang meragukan kesucian Cicak. Saking sucinya, ia kita sebut simbol Dewata. Tidak main-main, ia diangkat setinggi-tingginya sebagai simbol kecerdasan. Kecerdasanlah yang konon membedakan manusia dari makhluk lain di muka bumi di bawah kolong langit. Dengan kecerdasan pembeda itu, kita bangga jika tiba-tiba cicak berak dan tainya jatuh di ubun-ubun tempat kediaman Shiwa.

Cicak yang suci pun bisa kita bunuh dengan tidak sengaja saat membuka atau menutup pintu. Atau entah bagaimana caranya, cicak lambang Dewi Kecerdasan, bisa tiba-tiba melupakan kecerdasan yang dimiliki dan masuk ke dalam alat-alat elektronik dan mati kesetrum di dalamnya. Yang jelas, mau tidak mau, ingin tidak ingin, terima tidak terima, kita ini adalah pembunuh kecerdasan. Alasan dasar pembunuhan itu, tidak lain ialah ketidaktahuan. Tidak tahu artinya bodoh. Karena kebodohan, kita membunuh kecerdasan!

Tai selanjutnya, adalah milik Bhatari Uma. Bhatari Uma dalam cerita yang satu ini, tidak mengeluarkannya dengan indria dubur atau payu. Meski istilah dubur ada dalam teks-teks tattwa, tapi saya belum pernah membaca ada yang menulis dubur para dewata. Apalagi menggambarkan dubur Bhatari Uma sebagai salah satu dewata yang berpangkat tinggi. Tentu saja, dalam konteks ini penilaian berperan penting dalam penulisan karya sastra. Nilai itulah yang mengendap-endap dari balik norma yang terpendam di dalam benak pengarangnya. Saya bahkan ragu, pengarangnya mengetahui kejadian ini dari awal. Jangan-jangan nilai itu baru disadarinya setelah cerita rampung dan lahir sebagai anak rohani. Di dalam cerita itulah, tai ini konon keluar dari mulut Bhatari. Tidak secara harfiah, tapi Bhatari mengatakannya lewat kata-kata.

[…] salah wuwusta, tan hana simne sor lawan lewih, yan mangkana, kadyangganing kasturi jbat, den padha keni kalawan tai […]

[ucapanmu salah, tidak ada tinggi rendah? jika demikian, seperti harumnya bunga Kasturi, sama dengan aroma tai!].

Begitu kata Bhatari Uma kepada Prabhu Caya Purusa. Kata-kata itu keluar, karena Caya Purusa menyamakan antara sakala dan niskala. Kedua alam itu saling masuk memasuki satu sama lain. Seperti udara yang masuk ke tubuh menjadi nafas, dan nafas yang keluar menjadi udara. Dialog-dialog selanjutnya berkisar antara pertanyaan dan jawaban tentang kekotoran, kesucian, kebebasan. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu, tidak akan pernah berhenti sampai pada satu titik Si Penanya dan Si Penjawab sama-sama terpuaskan dan kelelahan.

Tidak ada yang aneh jika kata tai keluar dari mulut suci salah satu Dewata. Hal ini membuktikan, ada masanya kesucian melahirkan kekotoran. Sama dengan kasus Pendeta suci yang mengeluarkan kotoran sebagai kebutuhan dasar. Tetapi kita juga tidak boleh lupa, bahwa Pendeta yang benar-benar suci bisa mengeluarkan kekotoran dengan sengaja tanpa diminta oleh tubuhnya. Peristiwa semacam itu, kita dapat dari cerita Sutasoma dan Ida Pedanda Sakti Ender. Keduanya konon bisa mengeluarkan kotoran perut dengan bantuan air mengalir. Air yang mengalir dari pancuran diteguk terus-menerus sampai memenuhi perut lalu mengeluarkannya dengan pasti melalui lubang yang seharusnya. Apakah ini hanya sekadar cerita? Biarpun ini sekadar cerita, dengan cara berpikir tertentu kita bisa memahami masih ada sesuatu yang sengaja disembunyikan di dalamnya.

Beberapa cerita tai tadi, sangatlah dekat dengan spiritual. Kedua kata itu tidak dipertentangkan satu sama lain, tidak juga dipasangkan. Keduanya berada pada jalur masing-masing tanpa bertubrukkan.

Jalur kata tadi tidak berbeda dengan jalur keyakinan yang kini banyak ditempuh. Kita menyebut jalan itu sebagai marga. Ada yang berjalan di jalur ramai disebut Prawreti. Ada di jalur sepi bernama Nirwreti. Meskipun keduanya jalan spiritual, keduanya dipengaruhi modal.

Ada orang yang memilih jalan beramai-ramai. Mereka perlu menggunakan alat agar tidak tersesat. Nama alat itu beraneka ragam. Kita kenal betul, salah satu nama alat itu banten. Banten adalah persembahan. Setidaknya begitu konsep awal di dalam pikiran kita yang berjalan. Ada masanya alat ini membuat perjalanan semakin berat, karena kerumitan dan jumlahnya yang makin banyak. Saat itulah peluang tercipta. Terutama bagi yang merelakan dirinya menyelam dalam kerumitan. Jual beli pun terjadi. Persembahan tidak lagi sekadar hubungan pribadi antara pemuja dengan pujaan. Tapi melibatkan hal-hal lainnya. Dan kita tahu, jual beli ini kita terima dengan malu-malu.

Pejalan di jalur tidak ramai bukannya lepas dari kuasa pemegang modal. Pejalan jenis ini, tentu masih manusia dan harus mengurusi perutnya. Maka jangan heran ada jenis makanan yang khusus dibuat untuk perut-perut pejalan ini. Tidak aneh, itu sangat normal. Bukan karena terpaksa, tapi karena memang begitu hukum alam. Agar tubuh bertahan, mau tidak mau harus makan dan minum. Kecuali ada suatu perjanjian tertentu yang sedang berusaha ditepatinya.

Diam-diam pemilik modal menemukan celah halus di dalam benak pejalan sepi. Agar berjalan lebih nyaman, disediakanlah peralatan-peralatan. Alas duduk, pakaian bersih, minyak wangi aroma terapi relaksasi, semuanya tidak jatuh begitu saja dari alam niskala yang dipujan-puja. Jadi jalur sepi pun, tidaklah sesepi ekspektasi.

Modal dan spiritual bukan pasangan yang aneh. Untuk berguru, Airlangga harus membayar Baradah. Gusti Dauh Bale Agung pun demikian kepada Dang Hyang Nirartha. Pembayaran ini bernama Guru Daksina. Entah bagaimana kemudian, segala hal-hal yang berhubungan dengan spiritual seolah diposisikan jauh dari modal. Padahal untuk mengundang seorang juru Topeng Sidakarya, kita sama-sama paham harus ada banten dan kelengkapan lainnya yang dihaturkan. Untuk mendengarkan wejangan seorang penekun spiritual yang mumpuni, kita juga harus merogoh kantung dalam-dalam.

Kedua jalan ini berada pada relnya masing-masing. Sesekali keduanya akan bertemu di persimpangan. Saat itu terjadi, para pejalan dihadapkan pada beberapa pilihan. Memilih saling menabrakkan diri, berhenti dan melihat situasi, kembali, atau pilihan-pilihan lainnya. Pilihan-pilihan itulah yang kita sebut penyikapan. Berbeda cara penyikapan, berbeda pula hasilnya. Perbedaan cara penyikapan, hanya bisa terjadi jika situasi macam itu dilihat dari sudut pandang berbeda pula.

Sekarang setelah kita berjalan semakin menjauhi asal untuk mendapat tujuan spiritual, kita akan dihadapkan pada satu pertanyaan; “Semua jenis makanan untuk jasmani dan ruhani yang kita nikmati, kebanyakan jadi sari atau tai?” [T]

Tags: sastraSpiritual
Previous Post

Usaha Menuju Good Public Governance di Tanah Ubud

Next Post

Bahasa Bali, Cipta Lagu di Antara Pilihan – [Webinar Talksow #4 SAPBB STAHN Mpu Kuturan Singaraja]

IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

Next Post
Bahasa Bali, Cipta Lagu di Antara Pilihan – [Webinar Talksow #4 SAPBB STAHN Mpu Kuturan Singaraja]

Bahasa Bali, Cipta Lagu di Antara Pilihan – [Webinar Talksow #4 SAPBB STAHN Mpu Kuturan Singaraja]

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara
Panggung

Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara

ADA enam flm pendek produksi devisi film Mahima Institute Indonesia (Komunitas Mahima) diputar di Kedai Kopi Dekakiang dengan tema “BERTUMBUH”,...

by Sonhaji Abdullah
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co