Ikang wwang tan wruh ring subhasita mapunggung manraseng sadrasa
“Orang yang tak tahu bahasa yang baik, maka ia tak tahu enam rasa kehidupan”
Milenial sekarang, serasa kurang lengkap dalam kesehariannya tanpa ditemani musik. musik merupakan alunan suara yang membentuk nada kian membangkitkan gairah atau pun semangat seseorang dalam melakukan aktifitas. Di Bali sendiri banyak sekali terdapat aransemen musik dari klasik hinggga modern yang sudah barang tentu memiliki jam terbang tersendiri. Seperti; lagu Pop Bali, Bali Rock Alternatif, Dangdut Bali, dan lain sebagaianya. Popularitas lagu Bali kian menyentuh di berbagai lapisan masyarakat.
Dengan tergerusnya jaman, keberadaan lagu Bali begitu melonjak di pasaran. Dengan berbagai motif lagu, gaya dari pencipta maupun dari si penyanyi yang memiliki khas tersendiri dalam membawakan karya. Perkembangannya pun sudah semakin menjadi-jadi mulai dari kalangan peminat, penikmat musik, dan lain sebagainya. Lagu Bali yang dulunya kita kenal kaya akan makna filosofi kehidupan. Tanpa disadari di dalamnya banyak sekali terdapat pesan tersirat yang bisa dijadikan sebagai pedoman hidup. Dilihat dari liriknya juga sangatlah hati-hati dalam menggunakan bahasa, begitu damainya pencipta menciptakan sebuah karya supaya bahasa Bali “bahasa ibu” kita tidak “terkontaminasi” dengan bahasa-bahasa lainnya.
Tetapi keadaan sekarang serasa jauh dari apa yang diharapkan. Anggah ungguhin Basa Bali kian kali dihiraukan. Masihkah bahasa Bali akan tetap lestari dengan adanya campur kode dalam lirik lagu Bali, masih banggakah kita mengakui itu sebagai kekayaan karya seni dengan bumbu lokal genius tatanan karya bahasa Bali, atau mungkin masyarakat lebih senang dan nyaman ketika menyanyikan sebuah karya dengan berbahasa ganda.
Disini bukan bermaksud untuk membandingkan sebuah karya yang dulu dengan yang sekarang. Tetapi alangkah baiknya memilah sebelum memilih sesuatu untuk dijadikan sebuah karya. berkaca dari pembelajaran bahasa Inggris. ketika belajar bahasa Inggris sering kali guru menghadapkan kita dengan lagu berbahasa Inggris pula, hal ini tentu saja memiliki tujuan semakin sering mendengarkan lagu berbahasa Inggris semakin banyak pula kosa kata yang akan diterima. benar seperti itu, dan memang masuk akal.
Tetapi entah kenapa guru bahasa Bali ketika mengajar tidak pernah mengintruksikan muridnya untuk mencari lagu berbahasa Bali supaya kaya akan kosa kata. Guru padahal sudah mengetahui keterbatasan muridnya dengan minim kosa kata. Apakah sang guru berpikir dan takut muridnya tersesat dalam bahasa yang kurang baik. Malah guru lebih cendrung mengarahkan muridnya melirik “Gatra Bali” dan Orti Bali” Semua itu rasanya sudah mewakili peryataan sang guru. Tidak perlu untuk dogmatis terhadap ketahanan bahasa. Hal ini tidak terlepas dari arusnya jaman yang membuat lalai sebagian orang.
Keberadaan bahasa Bali memang tidak bisa dipungkiri telah mengalami pergeseran karena diakibatkan karakteristik orang Bali kian tergerus dengan jaman serta ego yang ingin terlihat Go International. Bahasa yang merupakan bagian dari kebudayaan memang tidak bisa untuk dipaksakan agar tetap terlihat statis, sebab budaya sendiri layaknya organisme kehidupan yang akan selalu bergerak secara dinamis seiring dengan keadaan. namun perlu sekiranya untuk dipertahankan serta dilestarikan adanya nilai-nilai kekhasan dari elemen kebudayaan tersebut.
Lagu Bali merupakan kebudayaan Bali yang harus dijaga. Musisi Bali perlu melakukan inovasi demi mengikuti derasnya arus jaman tanpa meninggalkan kaidah bahasa. Pemilihan diksi dalam lirik pun memiliki maksud tersendiri, termasuk khas dari musisi. Sesuai Pergub Provinsi Bali No. 80 Tahun 2018 perlu melakukan perlindungan bahasa. Internal power sebagai salah satu pondasi mempertahankan bahasa Bali.