28 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Pahlawan Pandemi Datang dari Balik Pagar Rumah Sendiri

PanchoNgaco by PanchoNgaco
July 10, 2020
in Esai
15
SHARES

Saat-saat begini, sudah pasti semua orang ikut bicara soal pandemi. Covid-19 yang mewabah di dunia sejak semester pertama tahun 2020, secara resmi menghampiri Indonesia sejak bulan Maret, melalui kasus 1 dan 2 yang berasal dari kluster di sebuah kafe di wilayah Jakarta Selatan.

Sejak hari itu, kasus positif Covid-19 berkembang pesat dengan Jakarta sebagai episentrum nasional. Dari kasus 1 dan 2, kini kasus positif penyakit yang menyerang organ pernafasan dan pencernaan itu berkembang menjadi ribuan. Sejumlah wilayah di Tanah Air pun akhirnya mulai memberlakukan karantina wilayah dengan nama PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dalam upaya menekan laju penyebaran virus.

***

“Ayo.. yo.. yo ayo..ayo”, suara seorang lelaki terdengar begitu kencang dan bersemangat mendekati rumah saya, tepat pukul setengah 8 pagi. Sekilas terdengar, suara itu seperti seorang komandan peleton yang sedang memimpin pasukannya berolahraga di pagi hari. Begitu si empunya suara lewat di depan pagar rumah saya, ternyata eh ternyata.. beliau adalah seorang penjual sayur gerobakan.

Beliau orang yang sangat rajin karena bisa berkeliling komplek lebih dari tiga kali sehari. Mendengar beliau berteriak “ayo yo ayo ayo” dengan nada berantakan itu rasanya sudah seperti makan obat saja. Padahal toh yang ia jual tidak berubah, pun tidak bertambah. Lucunya lagi, tukang sayur satu ini lebih banyak menjual minuman kemasan sachet daripada sayur. Bukan salah beliau sih, wong beliau tidak pernah berteriak “sayur… sayur”.

Dia yang berteriak “sayur.. sayur!” biasanya datang lebih siang. Tukang sayur gerobakan satu ini lebih kalem dibandingkan tukang sayur rasa komandan tadi. Suaranya timbul tenggelam sehingga saya dan ibu kadang-kadang tidak menyadari saat tukang sayur ini melewati depan pagar rumah saya. 

Tak hanya lebih kalem, tukang sayur yang selalu berkeliling di atas jam 10 pagi ini juga menjual sayur lebih lengkap. Saya dan ibu beberapa kali membeli beberapa bungkus cabai, tahu, kacang panjang, tauge dan bumbu dapur dari tukang sayur yang tidak pernah kami ketahui namanya ini. Sayangnya, kami tidak pernah membeli sayuran hijau dari tukang sayur kalem ini karena selalu saja sudah layu akibat beliau berkeliling terlalu siang.

Selain tukang sayur gerobakan, komplek perumahan saya juga didatangi tukang sayur bersepeda. Tukang sayur ini selalu membawa sayuran hijau seperti sawi manis, kangkung, dan bayam yang amat segar karena beliau mengambilnya langsung dari kebun. Selain sayur hijau, tukang sayur yang usianya masih sangat muda ini juga menjual tahu tempe dan singkong.

Tukang sayur muda ini orangnya lebih santai karena tidak muncul setiap hari. Beliau muncul pertama kali di pekan pandemi Covid-19 bermula. Ketika itu, beliau masih menjajakan sayur dengan memikulnya dari rumah ke rumah. Beberapa minggu setelahnya, beliau tiba-tiba sudah berkeliling membawa sepeda. Katanya, sepeda itu diberikan cuma-cuma oleh seorang Cina kaya yang tinggal di komplek kami.

Tukang sayur yang paling canggih namanya Pak Bowo. Saya pertama kali menemuinya saat sedang membawa anjing saya jalan pagi. Pak Bowo saat itu tengah dikerubungi ibu-ibu dari blok sebelah. Beliau cukup asing karena tidak pernah sekalipun berkeliling di blok kami. Singkat cerita, ternyata Pak Bowo ini tukang sayur ala dokter. Beliau hanya melayani pembelian sayur sesuai perjanjian. Semua sayur yang dibawanya adalah pesanan dari ibu-ibu di komplek yang menghubunginya saban hari melalui sms.

Mengetahui hal itu, saya pun langsung meminta nomor ponsel Pak Bowo di kali pertama kami berjumpa. Setelah saya menginfokan soal Pak Bowo ke ibu saya, beliau langsung menjajal memesan sayur ke Pak Bowo untuk esok hari. Sebuah keputusan yang tidak pernah kami sesali sama sekali karena ternyata sayur yang dibawa Pak Bowo keesokan harinya begitu lengkap sesuai pesanan dan sangat segar. Kerennya lagi, Pak Bowo ini juga melayani pemesanan buah, daging dan bahan boga laut segar. Ibu pun sampai hari ini terus memuji Pak Bowo yang begitu pandai memilih sayur, buah, daging, dan bahan boga laut. Sekalipun tidak pernah mengecewakan.

Sampai hari ini, kami selalu membeli sayur dari keempat tukang sayur tersebut secara bergantian. Saat ingin membeli sayur, buah, dan daging segar, kami selalu menghubungi Pak Bowo. Saat ingin membeli sayur hijau atau tahu tempe saja, kami akan menunggu tukang sayur bersepeda. Saat ingin membeli sayur dan bumbu dapur yang kelupaan di hari itu, kami tentu akan menantikan tukang sayur gerobakan yang kalem. Sementara ketika sudah tidak ada pilihan lain, tukang sayur ala komandan peletonlah yang kami panggil.

***

Jika dihitung-hitung, saya sudah lebih dari 90 hari mendekam di rumah sendiri. Saya menuruti saran pemerintah untuk diam saja di rumah demi mencegah diri tertular maupun menularkan Covid-19 ke famili sendiri. Walaupun sebenarnya, tanpa saran pemerintah, saya pun sehari-harinya lebih banyak di rumah.

Selama PSBB, banyak sekali aktivitas harian yang berubah. Salah satu yang paling terasa tentu soal belanja kebutuhan rumah tangga. Dulu, sekurang-kurangnya satu seminggu satu kali saya pergi ke pasar bersama ibu. Setiap kali pulang dari pasar, pasti kami membawa berkantung-kantung bahan masakan.

Kebiasaan tersebut saat ini tidak lagi saya lakukan. Bukan tidak bisa, tapi lebih karena saya tidak mau. Saya tidak mau membawa serta ibu saya ke tengah keramaian pasar yang kini menjadi salah satu tempat yang paling berpeluang menyebarkan virus. Saya bukan takut, tapi saya berusaha waspada. Toh orang bijak selalu bilang, mencegah lebih baik daripada mengobati. Iya bukan?

Syukur kepada alam semesta, absennya saya dari pasar tidak serta merta membuat saya tidak bisa masak makanan harian. Sebab, setiap harinya keempat pedagang sayur yang saya ceritakan sebelumnya, masih bisa masuk sampai blok terdalam sekalipun.

Sejak pandemi Covid-19, pedagang sayur keliling adalah pahlawan saya. Mereka adalah pahlawan yang hadir dari balik pagar saya sendiri. Saya tidak perlu repot bepergian untuk bisa menyiapkan pangan saya. Berkat pahlawan ini, komplek hunian saya yang terbilang “elit tidak, eksklusif pun tidak”, terselamatkan dari bahaya kelaparan di tengah pandemi. Untungnya, pedagang sayur seperti ini juga kerap kali berkeliling di gang-gang sempit perkampungan tengah kota. 

Jadi, ketika orang-orang kaya yang tinggal di pemukiman eksklusif harus repot menggunakan APD untuk bisa ke supermarket dan pasar modern, kami yang kelas menengah ke bawah ini malah tinggal jalan kaki keluar pagar untuk bisa membuat dapur terus ngebul.

Terima kasih pahlawanku! [T]

Tags: covid 19Jakarta
PanchoNgaco

PanchoNgaco

Penikmat kopi pahit dan pekerja teks komersial yang masih gemar menikmati sastra dan menulis apa saja untuk tetap waspada. Menetap di Jakarta.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Ilustrasi foto: Pandu Kalam. Foto hanya ilustrasi
Opini

Keresahan Terhadap Penerapan Cara Kuno yang Semestinya Telah Menjadi Bangkai Pada Kalangan Terpelajar

Budaya Orientasi Kehidupan Kampus (OKK) dari tahun ke tahun tidak berubah, sama sekali tidak berubah. Buat tugas, bentak-bentak, jemur di ...

September 9, 2019
Karya-karya I Ketut Sugantika Lekung
Ulasan

Resolusi Berkarya Saat Pandemi I Ketut Sugantika Lekung

Perupa I Ketut Sugantika Lekung merefleksikan karya-karyanya di saat kondisi tidak menentu seperti sekarang. Meski wabah melanda bukan berarti Lekung ...

December 3, 2020
Seorang anak dari Desa Geluntung, Marga, Tabanan. [Dokumen foto Pak Chiek]
Esai

Pada Malam-malam Pandemi, Anak-anak Mewarnai Langit

Malam-malam di masa pandemi ini, adalah malam-malam gemerlap cahaya. Di kejauhan sana, bintang-bintang bertaburan di langit yang pekat. Pada jarak ...

August 28, 2020
Opini

Tahun Baru: Tak Ada Resolusi, Hiduplah Dengan Spontan!

  BULAN Desember sebentar lagi berlalu dan tahun baru segera tiba. Di sebuah grup WA seorang kerabat mengirim tulisan tentang ...

February 2, 2018
Motor replika Ducati. # Foto ilustrasi: Google
Opini

Anak SD dan Motor “Keren”-nya

MOTOR, siapa sih yang tidak tahu apa itu motor? Lah, motor digunakan untuk sarana transportasi untuk mencapai tujuan. Lalu bagaimana ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Moch Satrio Welang dalam sebuah sesi pemotretan
Kilas

31 Seniman Lintas Generasi Baca Puisi dalam Video Garapan Teater Sastra Welang

by tatkala
January 27, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
dr. Putu Arya Nugraha, penulis, yang juga Direktur RSUD Buleleng, divaksin, Rabu 27 Januari 2021
Esai

Berbagai Kekeliruan Tentang Vaksin

by Putu Arya Nugraha
January 27, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1363) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (312) Kiat (19) Kilas (193) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (330)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In