Di masa pandemi seperti ini banyak orang-orang yang merantau harus kembali ke rumah masing-masing, begitu pula dengan mahasiswa-mahasiwa yang mungkin sedang berkuliah di Bali atau di luar Bali. Sudah 3 bulan ini kampung saya diramaikan oleh orang-orang yang memang belum pernah saya lihat sebelumnya selama di kampung. Begitu pula teman-teman saat sekolah saya dulu. Mereka begitu terlihat berbeda, ada yang menggandeng pacar, istri atau suami. Mereka terlihat berbeda.
Tapi yang paling menarik adalah saat semua orang mengikuti trend di tengah pandemi ini. Mereka melakukan apapun agar tidak bosan di rumah. Mulai dari berdagang, membuat tiktok, olahraga dan juga mancing.
Setelah melakukan riset ke beberapa tempat, hasilnya adalah kegiatan memancing paling banyak digemari saat ini. Kenapa ya? Padahal memancing itu sangat membosankan. Apalagi sambil menunggu yang tidak pasti. Padahal masih banyak kegiatan yang bisa menguras bosan. Olahraga misalnya, walaupun hanya lima jari itu tidak akan membuat bosan. Bahkan malah bikin ketagihan.
Saya sebetulnya penasaran, kenapa orang-orang bisa tahan hanya duduk diam sampai tengah malam. Saat itu saya hanya masih memantau saja. Maklum hanya memikirkan untuk menunggu saja rasanya sudah bosan. Rasanya ingin rebahan di kasur saja dan nonton anime.
Teman-teman virtual semuanya terlihat mengunggah gambar mereka sedang memancing. Mulai dari menunggu, memfoto pancingnya atau memfoto hasil pancingannya. Ya walaupun hasilnya memang tidak sesuai ekspetasi. Orang-orang bilang “Lamun i geden!”.
Setelah dua bulanan lebih saya hanya masih memantau, memantau dan memantau. Rasa ingin selalu menghampiri, ingin mencoba tetapi setelah membayangkan bagaimana rasanya duduk menunggu membuat niat itu pudar. Padahal beberapa teman sudah sering kali mengajak. Toh juga rumah saya dekat dengan sungai. Bahkan hanya berjalan beberapa langkah. Pancing juga sudah ada di rumah. Tinggal pakai. Tapi, niat benar-benar tidak ada.
Tepat, dua minggu yang lalu. Saya sepertinya tidak hanya bisa duduk diam saat teman-teman sedang Mancing Mania Mantap! Apalagi sepertinya mereka mendapat tangkapan-tangkapan yang lumayan saat itu.
Saya lantas bersiap hari itu. Langsung membenahi pancing, memasang kail yang cocok dan juga merapikan senar. Tidak lupa, pancing itu saya taruh di atas lemari kayu agar tidak dilangkahi. Ya, percaya tidaknya kalau pancing dilangkahi niscaya tidak akan mendapatkan ikan sama sekali.
Siangnya saya langsung bergegas menuju ke sungai sebelah rumah. Mencari spot-spot mancing yang teduh dan banyak ikannya. Kemarinnya saya berpikir ketika air laut pasang dan mengarah ke sungai, ikan-ikan pasti akan banyak di sungai.
Umpan sudah tersedia. Cacing laut yang dibawa teman saya katanya akan membuat ikan semakin tertarik dengan umpan. Sudah mendapatkan spot yang bagus dan rindang, saya langsung bergegas memasang umpan. Sepertinya akan banyak ikan yang akan saya bawa pulang. Begitu pikir saya.
Dari pertama saya melempar pancing ke tengah sungai sampai lemparan-lemparan selanjutnya, ikan-ikan sama sekali tidak ada yang menarik umpan. Inilah yang paling membosankan saat mancing, tidak ada tarikan dan umpan yang selalu dicicip saja oleh ikan membuat sangat kesal. Sampai saya harus berpindah tempat sampai ke muara sungai untuk mendapatkan hasil tangkapan yang memuaskan. Ya setidaknya pulang dengan membawa ikan. Agar orang rumah tidak berkata “Taluh gen goreng!”.
Lima jam sudah berselang, waktu memang tak terasa cepat sekali berlalu. Ikan-ikan belum juga memakan umpan saya. Mungkin ikan-ikan di sini sudah tau mereka akan dipancing atau mungkin ikan-ikan itu bingung memilih umpan yang mana karena terlalu banyaknya pemancing.
Memang, yang fana bukanlah hanya waktu tapi ikan juga. Meskipun fana, orang-orang tetap memancing untuk menghibur diri. Mancing itu abadi. [T]