Di era modern seperti sekarang, televisi tak lagi menjadi idola. Saya masih ingat betul ketika nenek saya bercerita soal bagaimana di jamannya dulu, pertama kali televisi ada di lingkungan tempatnya tinggal, orang-orang berbondong untuk menonton di salah satu rumah warga yang pada saat itu paling kaya sekampung. Tentu saja, si empunya televisi tidak pelit, bahkan tidak meminta bayaran untuk siapa saja yang ingin menyaksikan acara televisi kala itu.
Dibandingkan dengan hari ini, mungkin semua orang punya televisi. Seiring berjalannya teknologi, beberapa orang memiliki tv kabel, tv kabel ini membuat kita bisa menyaksikan acara-acara televisi dari channel luar negeri dengan cara berlangganan setiap bulannya. Saat ini bahkan ada televisi ‘pintar’, dimana fungsinya selain bisa menonton acara dari channel dalam negeri, juga bisa disambungkan langsung dengan aplikasi seperti yang ada pada smartphone. Tentunya, untuk menikmati program seperti Youtube, ataumendengarkan musik lewat Spotify, diperlukan koneksi internet, bisa dari wifi atau berbagi koneksi dari handphone kita.
“Youtube lebih dari tivi” kutipan lirik lagu Young-Lex, memang benar adanya. Orang-orang lebih memilih youtube, dibandingkan menikmati tontonan acara televisi dalam negeri. Lalu mengapa? Apa yang kurang dari ragam acara televisi di Indonesia? Saya sejak lama mengikuti perkembangan acara-acara di televisi, bisa dibilang hingga sekarang saya masih menonton acara televisi dan juga saya penikmat youtube. Acara televisi, tidak lepas dari berita, tayangan film Hollywood atau Bollywood, Talk Show dan lainnya, tapi yang menjadi sorotan publik adalah Sinetron atau FTV, Reality Show, terkadang juga komedi dan acara yang menyadur konten youtube.
Sinetron atau FTV, saya yakin masih banyak yang menggemari ini, kalau tidak, tidak mungkin dibuat terus menerus dan bisa mencapai rating tinggi kalau tidak ada penonton setianya. Yang menjadi kritikan adalah jarang sinetron atau FTV yang tidak menggunakan unsur kekerasan, percintaan yang terkesan lebay untuk anak remaja, kisah dalam rumah tangga yang bisa dibilang jalan ceritanya itu-itu saja, seperti lelaki kaya raya punya istri baik hati kemudian tergoda dengan wanita lain, dan si istri tersakiti kemudian theme song andalan diputar menemani tangis dari sang istri di tengah jalan raya dan kehujanan. Atau sinetron stripping yang ceritanya ‘menjelimet’ gak ada akhirnya, karakter yang meninggal tiba-tiba ada kembarannya. Atau tidak, anak ABG rebutan laki-laki di sekolah, tidak ada adegan belajar, malah naik motor gede ber-gang. Well, rata-rata seperti itu. Bosan? Ya, terutama kaum millenial.
Reality Show, di luar negeri banyak memang acara seperti ini. Penontonnya banyak, acara yang ditampilkan pun beragam. Bahkan kita yang di Indonesia juga mengikuti program Reality Show buatan luar. Nah, mungkin inilah yang menjadi acuan Tim Kreatif pertelevisian untuk membuat acara semacam itu di sini. Beragam juga macamnya, yang positif seperti acara pencarian bakat, membantu warga di jalanan, renovasi rumah tidak akan jadi suatu bahan kritikan orang. Akan tetapi, acara seperti meliput keseharian Selebritis kaya? Yes, mungkin inspirasinya datang dari acara luar bernama “Keeping Up with The Kardashian”. Dan saya rasa Selebritis seperti mereka juga mengunggahnya di akun youtube mereka mengenai keseharian mereka. Ini bisa juga termasuk acara yang disadur dari youtube.
Untuk acara komedi di Indonesia, entah mengapa komedi yang disuguhkan dalam suatu acara hanya 40% sisanya mem-bully fisik, dan apakah memperoleh tawa dari merendahkan fisik dan mengumbar aib itu lucu? Bahkan tertawanya saja palsu, sebagian penonton bayaran.
Ketika tim kreatif tidak lagi kreatif, program yang dibuat berdasarkan konten yang sudah ditayangkan di youtube. Sah-sah saja apabila sebuah acara membahas suatu tema dan menayangkan beberapa tayangan video atau informasi dari youtube, karena bahan akan diperoleh berdasarkan research. Tapi, ketika suatu program, hanya menayangkan tontonan yang keseluruhannya disadur dari konten-konten youtube atau aplikasi hiburan lain sejenisnya. Parahnya ketika menyadurnya, tanpa ijin dari pemilik konten. Bukan menarik pentonton, malah dapat hujatan, karena pastinya orang-orang sudah menonton duluan acara tersebut lewat situs youtube langsung.
Dewasa ini, tayangan youtube lebih digemari oleh segala kalangan dengan ide-ide kreatif dari sang Content Creator. Itu pula yang mungkin membuat para tim kreatif mengambil ‘jalan pintas’ untuk menayangkannya di televisi.
Tayangan bagus dan berfaedah masih mungkin untuk dipikirkan, buktinya masih ada acara-acara fresh dengan joke yang lucu, tidak ada setting-an, informasi yang akurat dan acara menghibur yang masih tayang hingga kini. Oh para tim kreatif, kemanakah ide-ide original kalian? [T]