3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

I Segnol dan I Dangin dari Kalianget

Dewa Purwita SukahetbyDewa Purwita Sukahet
June 3, 2020
inEsai
I Segnol dan I Dangin dari Kalianget

Seorang petani mencari rumput di Pura Desa Kalianget, Buleleng, Bali

122
SHARES

Desa Kalianget di Buleleng, Bali, bukan hanya cerita tentang Jayaprana dan Layonsari, bahwa Kalianget juga memiliki cerita tentang I Segnol dan I Dangin, seniman mumpuni yang tercatat dalam diary seorang W.O.J Nieuwenkamp sekiranya pada tahun 1906-1937.

Informasi ini saya dapatkan dari seorang sahabat, fotografer yang suka ngulik-ngulik dokumen-dokumen lawas, Bli Nengah Januarta. Ia menanyakan saya apakah pernah mendengar nama I Segnol dan I Dangin dari Desa Kalianget, Buleleng?. Tentu saja saya jawab tidak, ya karena memang tidak pernah mendengar, padahal baru beberapa waktu lalu saya dan kawan-kawan sempat mengunjungi Pura Desa Kalianget yang diantarkan oleh Bli Ame Yasa, seorang penyuluh Bahasa Bali yang juga dari Desa Kalianget.

Dalam catatan Nieuwenkamp, dituliskan bahwa waktu itu  ia sedang berada di Desa Bubunan, mencari sebuah pemandian, mungkin saja pemandian dengan ukiran yang bagus, akan tetapi ia tidak menemukannya dan mulai berfikir bahwa ia telah salah tempat. Kemudian ia menanyakan kepada penduduk asli di sekitar Bubunan yang bekerja di sawah dan ia mendapatkan informasi bahwa pemandian itu telah hancur karena gempa bumi, dan para penduduk telah membersihkan puing-puingnya.

Kemudian dia mendeskripsikan bahwa banyak pura/tempat ibadah di daerah ini (Bubunan) telah hancur total dan sampai pada ceritanya tentang Desa Kalianget, tempat Nieuwenkamp pernah hidup bersama I Segnol, dalam terjemahan bahasa Indonesianya dikatakan bahwa I Segnol adalah salah satu pematung paling cantik dari seluruh dunia. Ya sangat berasalan, Nieuwenkamp sendiri saya rasa sangat selektif dengan pemilihan seniman-seniman yang pernah dijadikan teman maupun gurunya.

Dalam buku yang ditulis Bruce W. Carpenter dengan judul Nieuwenkamp The First European Artist in Bali, bahwa di tahun 1917 sebelum meninggalkan Bali ia menyatakan bahwa “…instead Balinese artists now often work for an increasing stream of tourists. Tourists, unfortunately, are not defenders of the arts.”  Kemudian dia menjual peralatan kamera kepada Lok Kon San yang memiliki toko fotografi di Denpasar dan juga memesan sebuah lukisan tradisi kepada I Wayan Dasta dari Singaraja.

Kekecewaan Nieuwenkamp karena kehadiran para turis justru akan merusak perkembangan alamiah dari seniman Bali, sebagaimana dalam tulisan Carpenter di buku yang sama pada hal.40 bahwa “unlike those who would came after him he sought to learn from the Balinese Artist and artisans, not teach them.” Nieuwenkamp ke Bali mengunjungi kotaraja-kotaraja maupun desa-desa justru untuk berjumpa dan belajar langsung dengan seniman maupun pembantu seniman, tidak seperti ekspatriat sesudahnya yang justru berbalik mengajari para seniman Bali. Dari pernyataan itu maka dapat disimpulkan bahwa Nieuwenkamp tidak sembarangan dalam memilih guru untuk belajar seni di Bali, sebagaimana di Banyuning ia pernah belajar dengan Jero Dalang Banyuning, kemudian dengan I Ketut Gede Singaraja yang sudah tua sekaligus belajar dengan anak dari I Ketut Gede Singaraja, dan di Desa Kalianget dengan I Segnol dan I Dangin.

seorang petani mencari rumput di Pura Desa Kalianget, Buleleng, Bali

Di dalam perjumpaan pertamanya dengan I Segnol, Nieuwenkamp menceretakan bahwa I Segnol tidak dapat menunjukan banyak karya-karyanya, di rumahnya ia sedang mengerjakan sebuah lukisan yang menggambarkan sebuah rumah dengan merajan/sanggah, pada latar depannya ia menempatkan jejeran pot bungan dan pohon besar pada latar belakang, konon ini menjadi sebuah layar untuk sebuah perusahaan teater, di Singaraja. Di rumahnya juga I Segnol ada beberapa ukiran yang bagus, sebagian besar adalah ukiran burung seperti merpati, gagak.

Kemudian pada kunjungannya kedua ke Bali dan menyempatkan diri untuk bertemu I Segnol, Nieuwenkamp menyatakan bahwa keadaan I Segnol tidak kunjung membaik, istrinya baru saja melahirkan anak kembar tiga sekaligus buncing (seorang laki-laki dan dua perempuan) pada waktu itu sangat memalukan menerima kenyataan bahwa melahirkan anak kembar buncing dianggap tidak baik. Kondisi I Segnol sangat tidak bagus, kehilangan nafsu untuk bekerja.

Dalam kunjungan terakhirnya, Nieuwenkamp yang tinggal di Bubunan kembali ke Kalianget untuk melihat I Segnol, namun sayang ternyata ia telah meninggal. Menurut penuturan muridnya I Segnol yang bernama I Dangin bahwa kematian I Segnol tidak lain karena efek tidak langsung gempa bumi, karena sebelum gempa bumi I Segnol baru saja sembuh dari sakit yang lama dideritanya, kemudian sibuk dengan pekerjaannya, dengan kehancuran mendadak dari begitu banyaknya pura/tempat ibadah di Kalianget, ia harus menghabiskan sisa hidupanya dengan sebuah pengabdian yaitu memperbaiki banyak pura yang telah hancur.

I Dangin menurut Nieuwenkamp adalah seorang pematung, mungkin juga undagi penerus I Segnol karena waktu pertemuan itu, I Dangin membawa Nieuwenkamp ke sebuah Pura Subak yang sedang di bangun, didirikan untuk mengganti pura sebelumnya yang hancur akibat gempa, I Dangin dikatakan sebagi orang yang merancang pura itu, dan waktu itu sedang fokus pada penggarapan gerbang pura.

Patung yang sudah aus di jeroan Pura Desa Kalianget

Setelah saya menerima informasi dan membaca link yang dibagikan oleh Bli Nengah Januarta, sesegera mungkin saya menghubungi Bli Ame Yasa di Kalianget, mengkonfirmasi, seandainya pernah mendengan dua nama ini, atau kemungkinan kecilnya sempat diceritakan oleh tetua desa. Namun, konon tidak ada yang mengetahui tentang dua nama ini di Kalianget, saya berharap masih ada yang menyimpan memori dari dua tokoh Desa Kalianget, jika tidak dalam ingatan orang-orang mungkin di bangunan pura/tempat ibadah di Desa Kalianget.

Sekali lagi, Kalianget tidak hanya tentang roman Jayaprana dan Layonsari, atau garangnya tokoh Patih Ki Saung Galing dalam drama gong. Lebih dari pada itu, bahwa Kalianget pernah melahirkan seniman tangguh seperti I Segnol dan I Dangin.

Pohmanis, Denpasar

Tags: bali utaraceritalukisanSeni RupaW.O.J Nieuwenkamp
Previous Post

DINI DITU KALANGAN || Work for Progress – Teater Kalangan

Next Post

Musim Layangan di Negeri Para Mullah, Afganisthan

Dewa Purwita Sukahet

Dewa Purwita Sukahet

Perupa, suka ngukur jalan, dan CaLis tanpa Tung

Next Post
Si Perantau Tanggung: Asal Tabanan, Lahir di Buleleng, Domisili Negaroa

Musim Layangan di Negeri Para Mullah, Afganisthan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co