Ketika corona virus datang, dunia seakan-akan berhenti berdetak. Aktivitas manusia tiba-tiba saja harus berhenti. Interaksi sosial yang bersifat masal harus dibatasi. Jalanan menjadi sepi. Pusat perbelanjaan bahkan tidak lagi menjadi hiruk pikuk. Tempat-tempat wisata kembali lagi menjadi alam yang tenang, tidak ada mata kamera yang menangkapnya. Pabrik, perkantoran, ataupun sekaloh kini menjadi gedung yang sunyi.
Rumah akhirnya menjadi tempat yang paling aman untuk saat ini. Pembatasan sosial atau social distancing harus dilakukan untuk mengurangi interaksi sosial dan tetap tinggal di dalam rumah. Social distancing merupakan salah satu langkah pencegahan dan pengendalian infeksi virus Corona. Hal itu dilakukan karena cara penularan utama penyakit ini adalah melalui tetesan kecil (droplet) yang dikeluarkan pada saat seseorang batuk atau bersin. Virus Corona sangat mudah menular. Social distancing akan memutus rantai penularan virus Corona.Apakah kita harus menyerah dengan situasi ini? Tentu tidak.
Seorang tokoh imajinatif telah mengajarkan kita tentang aktivitas dan kreatifitas dalam diam. Diam tetapi selau bergerak mencari cara untuk menghindar dari ancaman bahaya. Bukankah bermula dari diam, rencana-rencana selanjutnya bisa kita susun menjadi lebih baik? Siang juga diam pada malam untuk merencanakan esok hari yang lebih indah. Diam tidak selamanya berarti mati atau kalah, justru diam adalah rahim kreatifitas untuk meraih sebuah kemenangan dalam menghadapi ancaman-ancaman hidup.
Lubdaka adalah sosok pemenang dalam diam. Ketika waktu berburu harus berakhir dengan kegagalan, ketika malam lebih cepat datang dari pada binatang buruan yang ditangkap, seorang Lubdaka harus menghentikan kegiatan perburuannya. Aktivitasnya harus berhenti karena malam, hutan, dan binatang buas. Dia menyadari betul bahwa malam itu adalah malam di tengah hutan, malam yang mengancam hidupnya. Lubdaka harus segera diam dan menghentikan semua aktivitasnya. Tinggal dan diam di sebuah tempat yang aman adalah solusi yang paling tepat bagi Lubdaka untuk menghindari ancaman binatang buas malam itu. Pohon bila menjadi tempat pilihan Lubdaka untuk berdiam diri, untuk menyelamatkan diri dari ancaman binatang buas malam itu. Naik dan diam di atas dahan pohon bila adalah solusinya.
Lubdaka bukanlah pemburu yang bodoh. Tinggal dan diam saja di atas pohonbila bukanlah cara yang cerdas untuk menyelamatkan diri dari ancaman binatang buas. Lubdaka sadar betul, ketika diam saja, dia pasti akan tertidur. Pada saat tertidur itu, tubuhnya akan terjatuh, lalu dimangsa oleh binatang buas yang telah menunggu di bawah pohon bila. Agar terhindar dari rasa ngantuk dan tidak tertidur, Lubdaka melakukan aktivitas memetik daun bila lembar demi lembar lalu dijatuhkan. Aktivitas ini dilakukan terus menerus sampai pagi tiba. Lubdaka akhirnya berhasil tidak tidur semalaman dan terselamatkan dari ancaman binatang buas oleh aktivitas dalam diamnya.
Begitulan tokoh imajinatif ini, tokoh dalam cerita Lubdaka, telah memberikan kita spirit untuk tidak menyerah terhadap situasi saat ini, harus tetap diam di rumah melakukan social distancing untuk memutus rantai ancaman penyebaran Corona virus. Ketika diam di rumah, kita masih bisa melakukan berbagai aktivitas dari rumah. Bekerja dari rumah (work from home). Belajar di rumah secara online bagi siswa sekolah dan mahasiswa. Memanfaatkan konferensi video atau teleconferenceuntuk kegiatan pertemuan atau acara yang dihadiri orang banyak, seperti konferensi, seminar, dan rapat. Menggunakan telepon atau video call jika hendak bersilahturahmi kepada kerabat yang tinggal di luar kota.
Akhirnya kita harus yakin bahwa, kita adalah Lubdaka – Lubdaka cerdas yang harus tetap diam dan tinggal di rumah dan melakukan aktivitas seperti biasa dari rumah. Aktivitas dan kreatifitas dalam diam akan mengantarkan kita sebagai pemenang dalam perang melawan Corona virus ini. Tetaplah di rumah. Lakukan kegiatan seperti biasa dari rumah. Yakinlah, semuanya akan berakhir dengan indah pada waktunya. [T]