Mendadak kata ini menjadi menarik bagi saya selepas baca buku Taipan karya William Yang. Hebat bener kaum Tionghoa membuat kosakata dalam tata bahasanya. Ceritanya bagaimana, ya kurang paham, Boss. Perlu buka literasi tentang sejarah sastra China itu. Nah saya tidak akan bahas itu. Kita akan cerita bagaimana Wei Ji itu sendiri dalam realitanya di lapangan.
Wei Ji itu artinya “krisis” dalam kosakata China. Kata ini merupakan gabungan dari ‘Wei’ (bahaya) dan ‘Ji’ (peluang). Artinya dalam setiap krisis selalu tersimpan peluang. Di saat ketika orang-orang sedang berkutat dengan impact yang disebabkan olek krisis, kaum Tionghoa sudah memikirkan ‘peluang’ apa yang ada di krisis ini.
Apa yang bisa dilakukan untuk mencari uang saat krisis terjadi? Cuan ada dimana? Mereka bergerak dan berkomunikasi untuk saling sharing ini bisnis akan seperti apa dan bagaimana bisa lepas dari krisis ini.
Disaat yang lain sibuk mengeluh akan lambatnya perekonomian sekarang gara-gara wabah Virus Corona, maka di saat yang bersamaan ada orang lain yang memahami Wei Ji ini juga sedang berpikir dengan perspektif yang berbeda. Orang-orang ini berpikir taktis untuk melewati masa ini dan bersiap untuk menangkap peluang bisnis yang ada selepas badai berlalu.
Di saat ada yang sibuk menyalahkan pemerintah begini begitu hingga salesnya jadi drop, namun ada lainnya yang fokus pada solusi dan memantau pergerakan di sekelilingnya. Mereka tak gentar akan badai yang ada karena mereka paham apa yang harus dilakukan.
Leluhur orang China sudah mewariskan konsep yang bagus untuk kita teladani juga konsepnya. Ini bukan soal China atau apa. Saya tidak sedang meninggikan suku tertentu. Tidak sama sekali. Namun saya ajak para sahabat saya untuk belajar dari segala bidang. Kalo ada yang good, ya diserap dan dipraktekkan, Boss. Di saat mengetahui kata Wei Ji, saya langsung membayangkan para sahabat saya yang keturunan Tionghoa sedang kongkow dengan topik kangtaw sekarang ada di bisnis apa.
Jadi kalau warga keturunan Tionghoa itu rata-rata sukses di bisnis, ya memang karena konsep berpikir mereka sudah disiapkan untuk mitigasi resiko seminim mungkin. Bagaimana caranya ngga amsyong tapi bisa kumpulkan cuan sebanyak mungkin. Mereka sudah dibekali banyak ilmu dan filsafat dari leluhurnya. Kita belajar sedikit bolehlah, walau itu tidak akan membuat mata kita menjadi sipit dan kulit kita jadi putih. Setidaknya kita belajar dari kakak tertua kita di bisnis.
“Kenalilah dirimu, kenalilah musuhmu, kenalilah lingkunganmu. Seratus pertempuran, seratus kali kemenangan” – Sun Tzu –