Ibi punya, puan punyah, telun punyah….
Itu lagu yang sudah wajib diputar ketika ada orang-orang yang sedang minum tuak, bir atau arak. Selalu, setiap saya melewati kumpulan orang-orang yang sedang minum selalu terdengar lagu itu, seperti lagu wajib nasional yang harus diputar setiap ada acara nasional.
Sebelum virus corona ini menyerang, setiap sudut desa, banjar dan rumah selalu saja ada orang yang sengaja ingin menghibur diri dengan mabuk. Mabuk adalah acara wajib ketika sedang berkumpul. Saya sebenarnya takut ketika melihat orang minum, takut akan hal yang tidak diinginkan. Misalnya membentangkan diri di jalan, siapa tahu seperti itu atau ada yang ingin mengancam kita.
Tetapi, berbagai macam hal dan kejadian lucu kerap bisa kita temui di kumpulan orang-orang yang sedang setengah sadar itu. Mulai dari orang yang menangis karena diputusin pacar, ada yang terlihat sangat kritis sampai berorasi di depan teman-temannya, ada yang terlihat senyum-senyum dan yang paling lucu adalah orang yang belog ajum, orang semacam ini adalah orang yang terlihat sangat kuat untuk minum sampai habis beberapa botol padahal ia menahan muntah yang sejak botol pertama ingin keluar.
Kini setelah merebak virus corona atau biasa disebut Covid-19, lagu wajib, Ibi punya, puan punyah, telun punyah…., sepertinya jarang terdengar. Artinya tak seramai biasanya. Mungkin takut virus menular jika mereka berkumpul, apalagi menggunakan gelas yang sama.
Tapi bukan berarti tak ada yang minum. Orang tetap biasa minum arak, duduk melingkar. Tapi harus menggunakan protocol minum arak sesuai dengan protokol penanggulangan virus corona.
- Pertama: peminum tetap duduk bersila, melingkar. Jumlah peserta sebaiknya dibatasi.
- Kedua: Lingkaran dibuat lebih renggang karena harus jaga jarak, setidaknya 2 meter.
- Ketiga: Jika dulu satu gelas berputar, kini masing-masing peminum harus pegang gelas sendiri. Yang berputar adalah jerigen arak, atau tumbler. Setiap gelas peminum diisi arak dari tumbler, dan peminum hanya minum dari gelas miliknya.
- Keempat: pakai masker saat tidak minum. Saat minum, ya, buka.
- Kelima: Dengar music seperti biasa. Tapi kalua berjoget, ya berjoget sendiri-sendiri. Tak boleh saling gasak saling gesek, apalagi saling gulat.
- Keenam: cuci tangan setelah acara minum selesai. Tak boleh bersalaman, apalagi berpelukan. Usai minum bubar, jalan sendiri-sendiri.
- Boleh ditambahi aturan lain. Minum jalan terus, selamat tetap harus. Jika tak yakin dengan protokoler ini, ya sebaiknya minum sendiri-sendiri meski di tempat yang sama.
Dengan protokol semacam itu, mungkin acara minum tak asyik. Tapi pilih mana, minum hanya dengan resiko mabuk utah-utah, atau minum dengan resiko demam tinggi, batuk kering dan sesak napas?
Nah, bagi yang suka minum. Mari datang kepada saya. Saya akui, saya suka minum tapi tidak suka mabuk. Orang suka minum tidak tentu adalah orang yang berkelakuan tidak baik, mungkin ia ingin melepas kejenuhan seperti orang yang bertengkar atau diputusin oleh pacarnya atau mungkin saja hanya ingin menghibur diri.
Saya saat ini saya nyambi menjadi dagang arak selain menjadi mahasiswa yang sedang berlibur dengan terpaksa di rumah (ini bukan promosi). Bukan arak biasa saya tidak suka. Ini adalah cocktail bahasa balinya arak mecampur. Beberapa cafe di Bali yang tidak sengaja saya datangi selalu saja ada menu mojito. Eits.. kalau kalian bertanya-tanya saya bisa membuat seperti itu anda salah besar sodara-sodara.
Saya bukan bartender, saya hanya orang gondrong yang hobi menulis, membaca, bermain teater dan tidur. Arak itu hanya titipan, seperti halnya hidup hanyalah titipan. Tetapi, karena saya tahu mempunyai banyak sekali teman yang suka minum apalagi saat adanya pembuatan ogoh-ogoh arak itu sangat laku keras. Di sanalah terlihat peluang bisnis. Untung saja kakak sepupu mau menitipkan sedikit araknya kepada saya.
Beberapa orang pasti berpikir saya adalah tukang mabuk yang selalu pulang pagi. Setiap hari mabuk karena berjualan arak. Tidak menyalahkan, mereka memiliki pandangannya sendiri. Saya juga tidak akan menyalahkan kalau saya berjualan arak, karena tidak mau merepotkan orang tua saja kalau di rumah saya hanya tidur, bangun, makan dan tidur lagi.
Kalau kata mereka “Salam Gelas Berputar”. Tapi itu dulu. Kini sebaiknya, salamnya diubah dikit. “Salam Gelas Masing-masing!” [T]