I Gde Made Metara, akademisi yang Rektor Universitas Panji Sakti Singaraja, yang juga penulis kolom di tatkala.co. dengan sukarela dan ikhlas menjual mobil kesayangannya yang sudah menemaninya sejak bertahun-tahun. Mobil itu, Corolla buatan Toyota tahun 1997, terjual Rp 21,5 juta. Dan semuanya didonasikan untuk pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) dan masker bagi petugas medis yang menjadi tim penanganan Covid-19 di RSUD Buleleng, juga untuk sebuah organisasi di Denpasar.
Proses penjualan Corolla itu cukup unik dan dilakukan lewat facebook. Begini alurnya:
Pada 30 Maret pukul 09.01 ia mulai umumkan penjualaan.
Corolla Klasik Donasi Menghambat Covid 19
Bagi para Dermawan dan Donatur kemanusiaan, Corolla Klasik tahun 1977 ini dijual untuk donasi menghambat Covid 19. Bodi sesuai tampilan. Mesin sudah rekondisi kembali standar. Surat lengkap. Seluruh hasil penjualan untuk donasi menghambat Covid 19.
Pada 1 April pukul 18.58ia kemudian menulis:
Dengan Donasi Corolla Klasik Mencegah Penularan Corona
Setelah tiga hari ditawarkan, tadi pagi seorang Dermawan dan Donatur kemanusiaan dan sahabat yang segera pensiun, menawar dengan harga 20 juta rupiah. Nilai itu belum mencapai separuh dari biaya untuk mewujudkan Corolla klasik ini.
Jika ada Dermawan dan Donatur kemanusiaan yang bersedia membayar lebih, Corolla klasik ini akan dilepas agar bisa lebih banyak dan segera seluruhnya didonasikan untuk keperluan pencegahan penularan Covid 19.
Sahabat yang tadi pagi menawar 20 juta rupiah, mohon direlakan kalau ada Dermawan yang berkenan membayar lebih. Kalau tidak ada silakan diambil Corolla klasik ini, agar dananya segera bisa didonasikan
Pada 5 April pukul 12.18 ia menulis perkembangan penjualannya:
Corolla Klasik untuk Donasi Sudah Terjual
Sejak diuanggah di Fb tanggal 30 Maret dan 1 April 2020 Corolla Klasik untuk donasi pencegahan penularan Covid 19, ada sejumlah Dermawan peminat yang menawar. Sejumlah peminat menyatakan minat melalui inbox. Dua peminat mengecek langsung kondisi mobil. Satu peminat datang dari Denpasar. Satu lagi datang dari Bangli.
Di antara Dermawan peminat, penawar terendah dengan harga 20 juta rupiah. Penawar tertinggi dengan harga 21,5 juta rupiah. Kedua peminat yang mengajukan penawaran itu sudah mengajukan nilai penawaran sebelum mengecek kondisi mobil. Mereka hanya melihat dari foto-foto Corolla Klasik yang diunggah di Fb dan yang dikirim ke WA.
Walau nilai yang diajukan oleh peminat belum sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan untuk mewujudkan Corolla Klasik itu yang mencapai 50 juta rupiah, saya lepas mobil kesayangan itu untuk peminat dengan penawar tertinggi 21,5 juta. Saya minta peminat itu datang dan mengambil Corolla Klasik itu, karena saya ingin segera mendonasikan dananya untuk kepentingan pencegahan penularan Covid 19.
Pagi tadi Dermawan itu datang mengambil Corolla Klasik itu. Dia membayar 21 juta rupiah. Sisanya 500 ribu rupiah dia minta untuk bekal pulang. Oleh karena dia terus terang bilang meminta, saya berikan walau permintaan awalnya 21, 5 juta rupiah. Singkatnya Corolla klasik itu laku 21 juta rupiah.
Semua itu perlu diceritrakan sebagai akuntabilitas publik, karena awalnya penjualannya disampaikan ke publik. Sebelum Corolla itu diambil dan dibayar, kemarin sudah saya donasikan dan 5,9 juta rupiah ke sebuah organisasi di Denpasar untuk kepentingan pencegahan penularan Covid 19.
Sekarang masih ada sisa dana penjualan Corolla itu sejumlah 15, 1 juta rupiah. Sisa dana ini sesuai niat awal saya akan didonasikan seluruhnya untuk kepentingan pencegahan penularan Covid 19.
Adakah pembaca, rekan Fb yang merekomendasikan organisasi di Buleleng yang perlu diberi donasi untuk pencegahan penularan Covid 19? Sehingga seluruh penjualan Corolla Klasik itu didonasikan untuk kepentingan pencegahan Covid 19, walaupun nilai penjualannya tidak banyak.
Terima kasih kepada Dermawan yang telah bersedia membayar Corolla Klasik seharga 21 juta rupiah. Semoga wabah Covid 19 segera berakhir.
Akhirnya, pada 9 Maret 2020 sore, ia mengunggah foto APD dan masker disertai ucapan terima kasih:
Donasi Penjualan Corolla Diserahkan ke Tim Covid 19 RSUD Buleleng
Hari
ini sudah diserahkan donasi ke Tim Covid 19 RSUD Buleleng sebagai wujud ikut
gotong royong dalam pencegahan penularan Covid 19.
1. Baju APD 20 PCS
2. Masker N95 40 PCS
3. Masker Ear Loop 200 PCS
Semuanya
senilai 15,08 juta rupiah.
Telah ditransfer ke rekanan pengadaan 15, 1 juta rupiah.
Sebelumnya sudah didonasikan 5, 9 juta rupiah ke suatu organisasi di Denpasar.
Akhirnya semua hasil penjualan Corolla klasik senilai 21 juta rupiah sudah tersalurkan. Pemberitahuan ini semata sebagai akuntabilitas publik.
Saya merasa lega. Sekali lagi terima kasih kepada Dermawan pembeli Corolla klasik. Semoga mobil itu bermanfaat untuk Bapak. Semoga juga Covid 19 segera berakhir atas wara nugraha Hyang Widhi. (09042020).
Gotong Royong
Sebagaimana dimuat di Radar Bali, Made Metera menjelaskan mobil Corolla klasik kesayangan ia jual lantaran ingin ikut bergotong-royong dan terlibat dalam pencegahan penularan Covid-19.
“Kalau dalam hal pencegahan Covid-19, saya tidak memiliki keterampilan untuk melakukan hal itu. Saya memiliki Corolla Klasik yang saya sukai. Maka itu yang saya jual agar bisa ikut donasi untuk mencegah penularan Covid 19,” ungkap Made Metera yang kini juga menjabat sebagai Plt Ketua PHDI Buleleng.
Lanjut Made Metera, menjual Corolla tua tidak mudah kecuali kepada penggemar. Sehingga ia unggah diakun FB miliknya. Hanya cara itu dengan cepat menjual mobil yang sudah 7 tahun menemaninya. “Saya tidak akan unggah di Fb karena saya tidak ingin publikasi. Hanya saja ini demi rasa kemanusia untuk membantu sesama yang membutuhkan ditengah pandemi virus korona,” imbuhnya.
Penulis Buku
Made Metera mengatakan, banyak tersimpan kenangan dari mobil klasik yang ia jual untuk donasi pencegahan Covid-19. Mulai dari mobil Corolla klasik setiap hari dia awasi sendiri di bengkel saat merestorasi tahun 2013 lalu. “Hampir setiap hari saya mengunjungi bengkel untuk melihat proses restorasi mengembalikan ke bentuk asalnya,” kata Made Metera.
Namun yang berkesan dari mobil corolla klasik tersebut, menemani ketika ia ke pentai di pagi hari untuk olah raga. Kemudian sehabis jalan pagi di Eks Pelabuhan Buleleng.
Mobil itu juga menemani dia ketika sedang menulis di HP, termasuk menulis status facebook dan kolom di tatkala.co. “Saya menulis di bawah patung pahlawan Eks pelabuhan Buleleng yang menjolok ke laut. Tulisan-tulisan itu sekarang sudah terkumpul menjadi buku dengan judul “Rakyat Bukan Papan Begesting” yang diterbitkan Mahima Institute Indonesia. Proses penulisan itu ditemani oleh mobil tua itu,” kenang Made Metera.
Saat ini bukunya juga sedang naik cetak, berjudul “Perempuan,
Bukan Hanya di Sumur, Dapur,
dan Kasur” yang juga diterbitkan Mahima Institute Indonesia.
Dengan uang donasi pencegahan Covid-19 mudah-mudahan dapat membantu masyarakat dan pemerintah. “Dan saya berharap lebih banyak lagi masyarakat yang peduli,” kata Metera.