Membaca tulisan penulis muda berbakat asal Bangli yang sekaligus sahabat baik saya, IGA Darma Putra, yang berjudul “Kepada Alit Joule, Sampai Jumpa di Rumah” membuat saya terharu. Bagaimana tidak, tulisannya itu menyiratkan betapa inginnya dia berjumpa dengan saya di Bali tanpa ada rasa takut akan kena virus corona. Sebab, saya tahu bahwa dia yakin saya akan melakukan semua arahan dari pemerintah baik karantina maupun test covid-19.
Pertemuan saya dengannya terjadi secara tidak sengaja awal tahun 2009 ketika kami mengikuti lomba mewakili Kabupaten Bangli di Porsenijar Provinsi Bali. Saya di seni dharma wacana, dan Darma Putra sendiri di bidang menulis aksara di atas daun lontar.
Sejak pertemuan itu kami semakin akrab. Saling tukaran nomor HP. Bahkan sampai sekarang namanya di phonebook saya tidak pernah berubah tetap Agus Porseni. Hingga akhirnya kami sama-sama mencari pengetahuan di IHDN Denpasar Kampus Bangli. Dan satu kelas.
Darma Putra fokus mendalami apa yang menurut dia pas dengan karakternya. Dia banyak memiliki sahabat yang mungkin bagi dirinya adalah guru untuk memperbanyak ilmu sastranya sekaligus teman sharing. Sedangkan saya kebanyakan berada di luar kelas, alias jarang belajar.
Lepas dari kuliah, saya bersama Darma Putra, Pande Jati dan teman-teman lainnya membentuk komunitas sastra Bangli Sastra Komala. Tujuannya cuma satu, agar semakin banyak orang yang mau menulis sastra khususnya sastra Bali Modern. Darma Putra memang beda. Sampai saat inipun dia adalah seseorang yang berbeda di mata saya.
Saya merupakan penggemar dari tulisan-tulisannya. Baik berbahasa Bali maupun Indonesia. Dia adalah pengagum Ida Bagus Dharma Palguna. Kita bisa melihatnya dari buku kumpulan prosa Bulan Sisi Kauh yang menang rancage tahun 2017. Sebuah perjalanan dan mungkin akan menjadi pengalaman hidup terbaiknya bisa mendapatkan tulisan Beliau sebagai kata pengantar bukunya.
Sebagai pengagum, ada beberapa orang menyatakan bahwa gaya tulisan Darma Putra mirip dengan Ida Bagus Dharma Palguna, tapi bagi saya Darma Putra adalah Darma Putra. Apa yang dia tulis adalah hasil dari perenungan dan pencariannya selama ini. Saya tahu itu karena saya merasa ikut berada dalam perjalanannya meskipun tidak selalu bersamanya. Produktivitasnya dalam menulis semakin meningkat.
Saya sering baca tulisan-tulisannya. Dari dulu saya meyakini bahwa dia akan menjadi salah satu penulis hebat di Bali berbekal ilmu dan pengalaman yang dia dapat dari semesta dan isinya, termasuk kita. Ya, kita. Karena dia sangat pandai untuk mendapatkan ilmu dari mana saja dan siapa saja.
Contohnya saja tulisan sederhana saya. Saya anggap hanya sebuah tulisan sederhana untuk mengisi waktu. Karena sepi datang seakan untuk menikam diri yang hanya terdiam di tengah lautan. Untuk itu, saya memilih menulis lagi. Dan dia merespon dengan tulisan yang sangat bagus menurut saya. Salam dari samudrapun dibahas sedemikian rupa olehnya.
Melalui tulisan ini, saya pastikan bahwa saya akan tetap menulis apapun keadaannya. Semangat itu semakin membara ketika sahabat saya Darma Putra merindukan kehadiran saya di Bali. Saya sangat bahagia. Tentu saya akan kembali ke Bali, tapi entah kapan saya tidak tahu.
Yang pasti selama angkasa setia menemani samudra, asa tidak akan padam dan camar akan terbang untuk mengabari Darma Putra tentang kepulangan saya.
Salam dari samudra. [T]