Oleh: Komang Trisnadewi — Batubulan, Gianyar
Work from home, begitulah kata yang diserukan oleh pemerintah bagi para pekerja setelah merebaknya virus corona di Indonesia. Dilihat dari makna katanya, bekerja yang dulunya dilakukan di kantor sekarang harus berpindah ke rumah. Apakah itu artinya semua peralatan kantor juga dipindahkan ke rumah? Yah, itu sih tergantung. Jika memang dibutuhkan tentu saja hal tersebut dapat dilakukan. Tapi apa iya kita membawa mesin photo copy kantorke rumah, bagaimana kira-kira? Hihihi.
Bagi sebagian orang yang sehari-harinya bekerja di kantor dan tiba-tiba diminta untuk bekerja di rumah, aku pikir bukan hal yang mudah untuk dilakukan terlebih bagi para ibu yang memiliki anak usia balita. Ini merupakan sebuah tantangan besar, tapi ketika tantangan berhasil ditaklukkan, ini menjadi sebuah kebanggaan dan kebahagiaan yang tiada tara, bagaikan mendapatkan hadiah utama sebuah undian berhadiah. Mungkin agak sedikit berlebihan, tapi ya begitulah kira-kira jika diungkapkan dengan kata-kata.
“Apa susahnya sih bekerja di rumah? Kan malah enak bisa dekat dengan keluarga, dekat dengan anak”. Orang-orang mungkin berkata seperti itu atau mungkin kamu yang sedang membaca tulisan ini adalah salah satu dari mereka. Inginku juga begitu. Bekerja didampingi oleh keluarga di rumah dan tidak perlu meninggalkan mereka. Namun, hal tersebut tidak semudah yang dibayangkan orang. Ketika anak sedang bermain kita diharapkan bisa mengerjakan tugas. Atau begini, ketika anak sedang tidur kita mengerjakan tugas kantor. Well,akan kuberitahu kenyataannya. Entah mengapa ketika para ibu sedang berada di rumah, anak-anak mereka yang tadinya anteng dijaga oleh mertua ataupun baby sitter tiba-tiba mengeluarkan level manja tertinggi pada ibunya. Semua yang dilakukannya harus dengan ibunya. Mulai dari makan, mandi, bermain, sampai buang air besar dan kecil pun harus ditemani ibunya.
Di satu sisi, pastinya seorang ibu akan sangat merasa senang karena ada orang yang begitu bergantung kepada dirinya. Tapi ketika mengingat kembali kata work from home, rasa-rasanya jam berjalan sangat cepat bahkan tidak masuk akal. Ketika akhirnya ibu menyerah untuk tidak mengerjakan tugas kantor di saat anak- anak sedang terjaga dan memilih untuk mengerjakan tugas di kala mereka sudah terlelap, maka giliran sang ibu yang mulai kehabisan energi. Bagaimanapun juga ibu memiliki batas energinya masing-masing. Para ibu mulai berkompromi dengan memberikan waktu bagi sang badan untuk beristirahat sejenak dan memintanya bangun setelah rasa lelah terbayarkan. Malangnya, ibu biasanya baru terjaga setelah jam alarm berbunyi keesokan harinya.
Satu cerita tentang pengalamanku yang tidak semulus harapanku saat bekerja di rumah. Kebetulan aku adalah seorang dosen dan tentunya tugas utamaku adalah mengajar. Ketika ada mahasiswa yang tidak mengerti akan materi yang kuberikan, disanalah aku harus mencari cara agar mereka mengerti. Akhirnya aku memutuskan untuk mengadakan kelas onlinemelalui video agar mereka dapat bertanya langsung padaku. Sebelumnya, aku sudah menyampaikan kepada anak-anakku bahwa aku akan bekerja sebentar dan meminta mereka untuk tidak mengganggu dan mereka pun menyanggupinya. Sedikit ragu, tapi ya sudahlah harus dicoba. Sekedar informasi, aku memiliki dua anak, usianya 4,5 tahun dan 2,5 tahun.
Singkat cerita kelas online akhirnya terjadi dan aku pun menjelaskan materi kepada mahasiswaku. Semua berjalan baik-baik saja sampai akhirnya tiba-tiba anakku datang dan berkata “Mama, siapa yang kentut?”. Aku terdiam dan melihat reaksi mahasiswaku. Sesuai dengan dugaanku, mereka tersenyum. Pastinya tertawa terbahak-bahak dalam hatinya. Mereka pasti mengira aku kentut. Oke terserahlah. Kentut itu alamiah. Tapi jujur aku tidak kentut kala itu. Aku curiga anakku yang kentut dan dia ingin aku mengatakan namanya saat dia bertanya. Ya, kami memang sering melakukan permainan itu. Siapa yang melakukan dia yang bertanya. Tapi aku tidak marah pada anakku. Malahan aku tertawa seusai melakukan kelas online dan menganggap itu adalah sebuah joke di tengah-tengah keseriusan bekerja.
Kelucuan serupa mungkin pernah terjadi padamu, istrimu, keluargamu, temanmu atau tetanggmu. Yang pasti itu terjadi pada diriku. Bekerja dari rumah adalah tantangan yang besar, tapi at least, I did it. Kelas online berhasil aku selesaikan dan mahasiswaku pun mengerti. Kamu tahu bagaimana rasanya setelah berhasil melakukannya? Para ibu pasti tahu. Suasana bekerja di rumah memang berbeda dengan suasana bekerja di kantor. Orang-orangnya dan lingkungannya jelas berbeda. Aku menikmatinya walauapun terkadang kenyataan tidak sesuai harapan. Meja kerja adalah tempat favorit bagiku dan anak-anakku saat ini.
Aku bisa bekerja sekaligus bermain dengan anak-anakku. Kini, meja kerjaku bukan hanya milikku saja. Aku berbagi dengan anak-anakku. Aku berbagi tempat untuk meletakkan barang-barang yang menunjang pekerjaanku dengan barang-barang yang tidak kalah berharga bagi mereka. Bagaimanapun juga waktuku adalah milik anak-anakku juga. Aku harus bisa berbagi.
Aku yakin ketika tempat bekerja kembali ke kantor, aku pasti akan merindukan masa-masa ini. When life gives you lemons, make lemonade. Kita berpacu dengan waktu, maka kita harus bisa berstrategi untuk memanfaatkan waktu. Lakukanlah semuanya dengan pikiran positif, ikhlas, dan bahagia. Niscaya kita akan memperoleh apa yang sepatutnya. Tapi, dari lubuk hatiku yang terdalam aku sungguh ingin keberadaan virus ini segera teratasi. [T]