Pagi-pagi sekali setelah Nyepi kira-kira jam setengah 5 pagi, saya sedang enak tidur nyenyak setelah sehari penuh berdiam diri sambil main ceki. Tiba tiba, seseorang menggedor pintu kamar dengan sangat antusias, saya kira ada hal gawat terjadi. Ternyata, dia menyodorkan sebutir kuning telur yang sudah direbus matang ditambah sedikit garam. Makan ni, makan ni. Cepat, cepat, katanya. Saya heran sekali, mata saya belum sempat terbuka dua senti bahkan. Katanya, kuning telur ini baik dan sangat ampuh mencegah virus korona.
Waduh, tanpa pikir panjang, saya ambil telur itu lalu dengan cepat dan sangat antusias saya masukan ke dalam tempat sampah. Dengan rasa kesal, saya yakin ini adalah berita bohong.
Setelah saya cek twitter, ternyata memang benar ada tweet yang mengatakan bahwa kuning telur dapat mencegah virus korona lengkap dengan link videonya dengan judul “Viral, bayi baru lahir bisa ngomong”. Asuuu!Ternyata video itu adalah editan. Parahnya lagi, video itu sudah banyak dibagikan di FB.
Ternyata, video itu pertama kali dibagikan oleh seorang pedagang telur yang belakangan ini sepi pelanggan. Dia ingin telurnya laku lagi. Asuuu! Banyak orang dibodohi oleh status macam ini. Mungkin saja rasa panik berlebihan membuat mereka seperti kehilangan kemampuan berfikir kritis.
Saya jadi teringat cerita kakek tentang kakaknya yang diusir dari rumah gara-gara berita macam ini puluhan tahun lalu. Sebut saja Dadong Anu. Dadong Anu tepat sehari sebelum Nyepi, disatroni warga kampung. Dadong Anu dituduh bisa ngeleak gara-gara memberikan resep obat sakit perut kepada salah satu warga yang menahun susah BAB.
Ini logika aneh. Sebelumnya ada orang sakit perut. Keluarga minta petunjuk kepada orang pintar, bahwa si sakit di-leak-in oleh seseorang. Siapa dia? Petunjuknya: siapa yang bisa mengobati si sakit, dialah orang yang menyakiti atau yang nge-leak-in si sakit. Nah, Dadong Anu, memberi resep obat dan si sakit jadi sembuh, sehat walafiat sejati-mula.
Bukannya berterima kasih. Dadong Anu dipaksa meninggalkan desa malam itu juga. Dia tak boleh lagi kembali, bahkan stigma bisa ngeleak menempel di tubuhnya dan dia bawa sampai mati.
Rasa panik berlebihan mungkin saja menimpa orang-orang yang tidak teredukasi secara baik.
Korban seperti ini mungkin terjadi pada orang-orang yang terjangkit virus Corona Covid-19. Tak hanya dia, seluruh keluarganya mungkin saja akan mengalami hal yang sama seperti Dadong Anu. Mereka dijauhi karena dianggap “menyebarkan” virus. Seperti leak.
Perawat, dokter mungkin saja menjadi Dadong Anu selanjutnya karena merekalah orang-orang yang paling dekat berinteraksi dengan ODP, PDP dan yang sudah positif terpapar virus Corona Covid-19. Merekalah yang memberi penanganan kepada pasien-pasien itu. Merekalah yang memberikan obat kepada pasien-pasien itu. Tapi para medis itu dijauhi, bahkan ada berita para perawat diusir dari kost-nya. Persis seperti Dadong Anu dulu.
Saya memberikan apresiasi besar kepada dokter, perawat dan petugas medis lainnya. Mereka saya harapkan memaklumi kelakukan warga +62 yang kehilangan logika karena rasa panik yang berlebihan. Saya juga berharap pandemi ini cepat berakhir. Demi semua orang dan juga demi saya yang sudah sangat lama tidak ketemu pacar saya. Dia melarang bertemu karena takut terpapar Corona.
Tulisan ini saya buat selama masa work from home. Dengan menulis ini, saya jadi ada kerjaan. Karena selama ini saya pengangguran. [T]