16 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Foto ilustrasi: Mursal Buyung

Foto ilustrasi: Mursal Buyung

Hari ini Kita Akan Kenang Sebagai Tilem Kasanga Paling Sepi

I Putu Supartika by I Putu Supartika
March 24, 2020
in Esai
58
SHARES

Seperti halnya Galungan, Tilem Kasanga atau warga di desa kami biasa menyebutnya dengan Ngasanga selalu identik dengan keramaian, kesibukan. Pagi-pagi buta kami bangun, bahkan sebelum ayam berkokok, sambil menahan kantuk, mengambil sapu, menyapu sekeliling halaman rumah. Sementara anggota keluarga lain ada yang memasak atau mengambil daging untuk digunakan bekal saat Nyepi esoknya. Di rumah tetangga, telah mengalun suara baleganjur atau gong dari tape mereka.

Usai menyapu, kami sembahyang di rumah masing-masing, agar saat galang kangin, kami sudah bisa pergi ke pura untuk melakukan persembahyangan.

Mengingat ada banyak pura, kami baru selesai sembahyang minimal pukul 10.00 lebih. Dan di jalan desa, akan ramai oleh kami yang menggunakan pakaian adat sambil membawa banten, ada yang berjalan kaki bergerombol, naik mobil ataupun naik sepeda motor.

Itu baru sembahyang keliling ke pura. Belum lagi siangnya, saat suara kulkul desa (kentongan desa) berbunyi, kami yang baru istirahat sejenak kembali memakai pakaian adat ke pura dan menuju ke setra. Di desa kami, setiap Tilem Kasanga selalu menggelar tradisi munjung atau mengunjungi sanak keluarga yang dikubur di setra dengan membawa aneka sesajen atau oleh-oleh. Maka jika siang hari kau datang ke desa kami saat Tilem Kesanga, akan kau dapati banyak orang berkumpul di setra.

Sementara, dalam waktu yang bersamaan, di pinggir jalan, pada bale kulkul, anak-anak yang masih mengenakan pakaian adat juga terlihat asik memukul kentongan dengan kreasinya masing-masing. Di tempat kami disebut dengan ngoncang. Ngoncang ini akan dilakukan hingga larut malam, dan biasanya berbarengan dengan berakhirnya arak-arakan ogoh-ogoh yang biasanya hingga pukul 00.00 bahkan lebih.

Usai melaksanakan tradisi munjung, sorenya sekitar pukul 17.00, kami akan kembali mendengar suara kulkul desa, yang kemudian disusul suara kulkul banjar. Maka bergegaslah kami datang ke Pura Bale Agung dengan membawa tempat tirta dan danyuh (daun kelapa kering). Di Pura Bale Agung digelar tawur kasanga. Usai pelaksanaan tawur ini, kami pulang dengan membawa tirta, nasi tawur dan api.

Berbarengan dengan kepulangan kami itu, di depan Pura Bale Agung, muda-mudi berkumpul dengan ogoh-ogohnya. Saat baleganjur ditabuh, mereka masuryak (berteriak girang), lalu mengangkat ogoh-ogohnya beramai-ramai tinggi-tinggi.

Dari depan Pura Bale Agung, mereka mengarak ogoh-ogoh menuju ke utara, ke depan Pura Puseh. Sampai di depan Pura Puseh, mereka kembali ke selatan dan menuju ke setra desa. Ini sangat lama, dan kami yang lainnya, yang tak ikut mengusung ogoh-ogoh berdiri di sepanjang jalan menyaksikannya atau sekadar mengeluarkan kamera ponsel untuk mengabadikan momen ini.

Ini kesibukan kami di desa, dan benar-benar sibuk manum meriah saat Tilem Kasanga. Namun itu setahun lalu, dua tahun lalu, dan tahun-tahun sebelumnya yang sudah berlalu.

Hari ini, pada Tilem Kesanga, 24 Maret 2020, saya, kami, dan mungkin juga kau tak mendapati kesibukan ini, tak juga mendapati kemeriahan ini. Saya sendiri merasa Nyepi telah dimulai hari ini. Nyaris tak terdengar suara baleganjur ataupun gong dari tape tetangga. Saat galang kangin, jalan desa masih lengang. Hanya tampak satu dua dari kami yang menyapu di depan rumah.

Ketika matahari sedikit meninggi, jalan desa juga masih terlihat lengang. Hanya di rumah masing-masing terlihat kesibukan beberapa dari kami yang melakukan persembahyangan.  Pura tak lagi penuh didatangi oleh kami. Kami cukup di rumah. Kami sembahyang di rumah. Asap dupa mengepul di rumah-rumah kami. Di pura hanya ada pemangku dan juru sapuh yang membantunya ngunggahang banten.

Setra pun tak seramai tahun-tahun sebelumnya walaupun tradisi munjung tetap berjalan. Hanya tampak satu dua orang yang memiliki keluarga yang dikubur saja. Anak-anak tak terlihat lagi tertawa di atas bale kulkul sambil ngoncang. Benar-benar sepi. Seperti nyepi walaupun kami masih sedikit beraktivitas. Di kejauhan gonggongan anjing menyalak, namun tetap tak seramai tahun-tahun yang berlalu. Beberapa ogoh-ogoh di desa kami bahkan sudah ada yang dipralina walaupun belum diarak. Ada yang hanya dipajang saja di pinggir jalan. Ia menyepi.

Sungguh, saya merindukan keramaian pada tahun-tahun yang berlalu. Saya merindukan kesibukan yang biasa kami lewati setiap tahun. Saya dan mungkin juga kami merindukan keramaian terakhir sebelum kami benar-benar menutup diri selama sehari untuk kemudian memulai hari yang baru.

Hari ini mungkin akan selalu kita kenang, sebagai Tilem Kasanga yang paling sepi di antara Tilem Kasanga yang telah berlalu, utamanya bagi saya, generasi 90-an dan generasi setelahnya. Semoga ini cepat berlalu. Semoga saya, kau, dan kami semua bisa merasakan keramaian kembali yang kini telah menjadi barang langka. Salam dari saya, anak pedalaman dari sebuah desa terpencil di sisi barat daya Karangasem. [T]

Tags: Hari Raya Nyepitilem kasanga
I Putu Supartika

I Putu Supartika

Pengamat cewek teman dan peternak sapi ulung yang tidak bisa menyabit rumput. Belakangan nyambi menulis cerpen

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co || Satia Guna
Cerpen

Jalan Kehilangan || Cerpen Ozik Ole-olang

by Ozik Ole-olang
January 9, 2021
Foto Ilustrasi: Mursal Buyung
Esai

Budaya Mendidik Melalui Implementasi “Hidden Curriculum” di Luar Sekolah

Tujuan utama pendidikan adalah untuk mengenali, merumuskan, melestarikan dan menyalurkan kebenaran yakni: pengetahuan tentang makna dan nilai penting kehidupan secara ...

January 15, 2020
I Nyoman Netep bersama cucu ngewayang di rumah saat pandemi Covid-19
Khas

Ngempu Cucu di Masa Pandemi: Sang Kakek Sampai Beli Wayang dan Pengeras Suara

Banyak cara dilakukan oleh para orang tua untuk mengingatkan kita tentang arti pentingnya kisah masa lampau kepada generasi penerusnya. Kisah ...

September 5, 2020
Ilustrasi tatkala.co || Nana Partha
Esai

Penggemar Lawar dan Peternak Kecil, Sama-sama Menunggu Kabar Baik

Rata-rata teman saya yang merupakan penggemar (pemburu) lawar babi kini melenguh seperti babi kehabisan napas ketika disembelih. Mereka diam di ...

May 14, 2020
Kiat

Bergerak Jika Ada Jarak – Curhatan Orang yang Gagal Menulis Opini

  TERKADANG banyak penulis yang kebingungan dalam menulis huruf pertama dalam tulisanya, hal ini terjadi juga terhadap saya. Hal ini ...

February 2, 2018
Foto koleksi penulis
Ulasan

Studi Pentas “Pinangan” Komunitas Teratai dan Teater Tiga – Catatan dari Diskusi Kecil-kecilan

MINGGU 2 Juli 2017, terlaksanalah Diskusi Kecil-kecilan sebagai jawaban dari kegelisahan kami akan diskusi teater – yang mungkin saja tidak ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Cokorda Gde Bayu Putra || Ilustrasi tatkala.co/Nana Partha
Khas

Sosok Alm. Prof. Dr. Tjokorda Rai Sudharta M.A || Pembuka URW Media Tahun 2021

by Cokorda Gde Bayu Putra
January 13, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

RĀGA: MEMUJA KESADARAN UNIVERSAL SIWA DI KEMULAN

by Sugi Lanus
January 15, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (148) Dongeng (10) Esai (1346) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (307) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (95) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In