6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Eksistensi Bangli dalam Bau Mistis

Komang Tri Herlina DewibyKomang Tri Herlina Dewi
February 25, 2020
inEsai
Eksistensi Bangli dalam Bau Mistis

Deretan tengkorak di Desa Trunyan, Kintamani, Bangli. [Foto diambil dari kintamani.id]

55
SHARES

Esai ini meraih Juara 1 dalam Lomba Esai Kategori SMA/SMK Menyongsong HUT ke-36 Peradah Indonesia dan HUT ke-816 Kota Bangli yang diseselenggarakan DPK Peradah Bangli, 2020

____

Bangli merupakan kabupaten yang terkenal dengan keanekaragaman tradisi dan budayanya yang sudah terkenal hingga ke mancanegara. Bangli ternyata mempunyai banyak keunikan tersendiri dibidang tradisinya, sebagai contoh penguburan jenazah di Desa Trunyan yang sudah berlangsung dari dulu hingga sekarang.

Desa Trunyan (Desa Bali Aga) adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Trunyan terletak di dekat Danau Batur. Desa ini konon penuh dengan kisah mistis dan diselimuti berbagai misteri. Lebih mengerikan lagi kita bias melihat jenazah tergeletak begitu saja di pemakaman desa ini.

Di areal pemakaman terdapat sebuah pohon yang mengeluarkan bau harum. Pohon tersebut adalah pohon Taru Menyan yang umurnya ditafsirkan sudah mencapai ratusan tahun. Dalam mitos masyarakat setempat di kisahkan, bau harum Taru Menyan memancing Ratu Gede Pancering Jagat mendatangi tempat tersebut. Di sekitar pohon-pohon Hutan Cemara Landung, beliau bertemu dengan Ida Ratu Ayu Dalem Pingit (Ratu Ayu Dalem Dasar).

Mereka kemudian menikah dan disaksikan oleh penduduk Desa Hutan Landung yang sedang berburu. Sebelum meresmikan pernikahan, Ratu Gede mengajak penduduk Desa Cemara Landung untuk membuat desa yang bernama Taru Menyan dan lama kelamaan terkenal menjadi Trunyan, itulah asal kata Trunyan.

Populasi Desa Trunyan kira-kira 200 kepala keluarga. Desa Trunyan menganut perkawinan Patrilineal. Mereka adalah para penduduk asli turun temurun (bukan penduduk pendatang). Maksudnya, apabila ada perempuan menikah dengan orang luar, maka ia tidak lagi tinggal di desa itu dan menjadi orang luar. Apabila yang lelaki menikah dengan orang luar dan bersedia mengikuti adat istiadat desa setempat, maka ia dapat tingga di sana.

Ketika mendengar kata Trunyan, mungkin yang tersirat di dalam benak kita adalah sebuah desa yang berbau mistis. Hal ini dikarenakan oleh pengetahuan yang terpatri didalam pikiran adalah kebudayaan mengenai upacara kematian yang terdapat di desa tersebut. Peletakan jenazah yang terbaring di atas tanah (tanpa di kubur) membuat aroma mistis begitu kental.

Tetapi semua itu hanyalah bagian dari tradisi penduduk setempat yang dilaksanakan secara turun temurun dengan berlandaskan agama dan keyakinan. Upacara kematian di Desa Trunyan memang sedikit berbeda dengan daerah-daerah lain pada umumnya yang terdapat di Bali. Jenazah disemayamkan diatas tanah yang arealnya sudah dibatasi dan di areal tersebut terdapat sebuah pohon besar yang seakan-akan menyerap aroma jenazah agar tak menyentuh indra.

Pohon yang dimaksud adalah pohon Taru Menyan, seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pohon itulah cikal bakal nama Desa Trunyan.  Secara spesifik, terkait dengan kepercayaan masyarakat Trunyan mengenai penyakit dan kematian, maka cara pemakaman orang- orang Trunyan ada 2 macam yaitu:

  1. Meletakkan jenazah di atas tanah terbuka yang disebut dengan istilah Mepasah. Jenazah yang dimakamkan dengan cara mepasah adalah mereka yang pada saat meninggalnya adalah orang-orang yang telah berumah tangga atau orang-orang yang masih bujangan serta anak kecil yang telah tanggal gigi susunya.
  2. Orang-orang yang dikebumikan setelah meninggal adalah mereka yang cacat tubuhnya, atau pada saat meninggal terdapat luka yang belum sembuh, seperti misalnya penderita penyakit cacar, lepra, dan sejenisnya.

 Orang-orang yang meninggal dengan tidak wajar seperti, dibunuh atau bunuh diri, dan jenazah anak-anak yang gigi susunya belum tanggal.

Desa ini juga memiliki tiga cara unik dalam mengupacarai jenazah, yang maknanya setara dengan upacara pengabenan pada umumnya yang ada di Bali. Tata cara upacara jenazah tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Jika yang meninggal adalah bayi, maka tempat pemakamannya akan berbeda dengan pemakaman jenazah pada umumnya. Tempat pemakamannya adalah “Sema Muda”, jaraknya diperkirakan 200 meter dari pemakaman umum. Jenazah bayi tidak diletakkan terbaring, akan tetapi dikubur. Tidak ada pemaparan khusus mengenai perbedaan perlakuan tersebut. Ini hanyalah tradisi yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Trunyan.
  2. Untuk mereka yang meninggal karena sesuatu yang tidak wajar (salah pati) seperti kecelakaan, pembunuhan, dan sejenisnya, tempat penguburannya adalah di “Sema Bantas”, yang terletak diperbatasan Desa Trunyan dan Desa Abang yang letaknya cukup jauh dari pemakaman umum.
  3. Untuk mereka yang meninggal wajar (normal), dalam artian meninggal karena faktor usia, maka akan dikuburkan di pemakaman umum “Sema Wayah”. Jenazah akan ditutupi kain kasa (kain putih) kemudian diletakkan atau disemayamkan dibawah pohon Taru Menyan. Mayat akan disemayamkan di atas tanah dengan lubang yang sangat dangkal, berkisar 10 sampai 20 cm kemudian dipagari. Tujuan diletakkan pada lubang tidak lain agar jenazah tidak bergeser, mengingat keadaan tanah yang datar. Dipersyaratkan bahwa batasan jenazah yang disemayamkan di bawah pohon Taru Menyan hanyalah 11 (sebelas) jenazah. Masyarakat setempat mengatakan, jika jumlah jenazah melebihi sebelas maka jenazah akan relatif berbau (terkadang berbau dan terkadang tidak).

Ada sedikit cerita mistis atau bisa disebut aneh mengenai Trunyan. Pernah pada suatu ketika, seorang turis yang berasal dari Amerika mengambil kenang-kenangan berupa uang logam bolong “pis bolong” (biasanya dipakai di proses penguburan di Bali), kemudian dibawa ke Amerika, ia mempunyai sebuah losmen. Losmennya tiba-tiba berbau mayat hingga akhirnya sepi. Akhirnya turis tersebut mengembalikan uang bolong itu ke tempat asalnya. Hal ini membuktikan, percaya atau tidak Bangli pada umumnya, dan Desa Trunyan pada khususnya memiliki sisi mistis dan keunikan tersendiri.

Selain itu di Desa Trunyan terdapat Pura Kancing Bumi. Dan Pura Pancering Jagad, diperkirakan dibangun pada abad ke-9. Menurut riwayat, pada tahun Saka 813 (kira-kira 891 M), Raja Singhamandawa memberi ijin penduduk asli disana untuk mendirikan Pura Turun Hyang, tempat pemujaan Bhatara Da Tonta atau Hyang Pancering Jagad. Pura ini bertingkat tujuh (meru tumpang tujuh). Masyarakat Trunyan percaya Pura ini adalah Pura pertama yang dibangun di Pulau Dewata.

Orang suci yang berstana di situ bernama Ratu Pancering Jagat. Bentuk fisik duniawinya adalah batu yang tumbuh dari tanah (Batu Megalitik). Mengapa disebut tumbuh adalah karena batu itu makin besar dari pertama kali ada (kira-kira Zaman Majapahit). Saat ini ada empat batu Pancering Jagat. Yang tertua sepanjang kurang lebih 12 cm dan yang termuda 6 cm. Letaknya yang 8 cm paling kiri, kemudian berurutan yaitu 12 cm, 10 cm dan 6 cm.

Ada yang mengatakan bahwa itu adalah Patung Batu (Megalitikum). Piodalan pura ini dilakukan setiap Purnama (bulan penuh) Sasih Kapat dan hanya bisa dilakukan bila musim panas tidak terlalu panjang, tidak ada orang meninggal dunia dan tidak ada yang melahirkan anak kembar buncing (kembar lelaki dan perempuan). Jadi, jelas tidak dilakukan tiap enam bulan seperti pura-pura lain diseluruh Bali dan belum tentu terjadi tiap tahun.

Masyarakat Trunyan merayakannya dengan pementasan tarian sakral, Barong Berutuk dan tari Sanghyang Dedari. Barong Brutuk (semacam tarian topeng) ditarikan mulai dari pagi hingga menjelang matahari terbenam. Penduduk Desa Trunyan beramai-ramai berusaha merobek busana yang terbuat dari keraras (daun pisang kering), yang dikenakan para penari.

Para penari Barong Berutuk semuanya berjenis kelamin laki- laki dan harus berjumlah ganjil, maksimum 21 orang, mereka membawa cambuk, berusaha mengusir siapa saja hendak menyobek busananya. Konon, sobekan daun keraras dapat membuat Desa Trunyan yang tengah kekeringan (lama tidak turun hujan), maka begitu upacara selesai, hujan turun dengan deras.

Akibat adanya Ratu Pancering Jagat inilah maka masyarakat Trunyan percaya, bahwa desanya menjadi salah satu desa di dunia yang anti gempa. Ketika terjadi gempa di Seririt, Singaraja yang juga dirasakan oleh penduduk Kintamani, namun tidak dirasakan di Trunyan. Tanda adanya gempa disekitarnya dapat dilihat penduduk Trunyan melalui pancaran mata air yang keluar tidak lurus, namun bergoyang goyang. Isu ini memang belum dapat dikatakan benar, akan tetapi kenyataan yang ada membuat masyarakat Trunyan semakin percaya dengan hal tersebut.

 Desa Trunyan sampai kapanpun akan menjadi aset bagi pulau Bali, dan Kabupaten Bangli pada khususnya. Walaupun tidak semua misterinya dapat dikupas, tetapi hal itulah yang menjadi daya tarik daerah ini. Keunikan yang dimilikinya mengharuskan kita untuk tetap menjaga dan melestarikan keutuhan kebudayaan dari suku Bali asli Trunyan. Tidak mengubah kebudayaan mereka secara signifikan menurut saya merupakan suatu penghargaan bagi daerah tersebut. Akan tetapi, mungkin ada baiknya suatu saat setiap keunikan dari Desa Trunyan ini dapat diajegkan dan dilestarikan oleh masyarakat luas. Sehingga Kabupaten Bangli akan semakin tersohor dengan tradisi dan budaya yang dimiliki. [T]

Tags: BangliKintamaniTrunyan
Previous Post

Pendidikan Ekologi yang Relevan untuk Bali

Next Post

Gaguritan

Komang Tri Herlina Dewi

Komang Tri Herlina Dewi

Siswa SMAN 2 Bangli

Next Post
Kekuasaan

Gaguritan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co