6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Arak Bali Legal, Penjor Galungan pun Makin Megah, Kreatif dan Mandiri…

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
February 7, 2020
inEsai
Arak Bali Legal, Penjor Galungan pun Makin Megah, Kreatif dan Mandiri…

Ilustrasi Jro Adit Alamsta

42
SHARES

SEBAIKNYA arak Bali memang dilestarikan. Maksudnya, diberdayakan dengan baik, diminum secara baik-baik, dan dijual dalam usaha dagang yang baik demi meningkatkan martabat perekonomian rakyat dengan baik-baik. Tak paham saya soal alasan ekonomi, alasan budaya, apalagi alasan politik. Saya hanya paham satu alasan: arak dilestarikan agar kita bisa dengan mudah menciptakan penjor secara kreatif dan mandiri, terutama pada Hari Raya Galungan. Percayalah, ini alasan subyektif.

Begini. Dulu, saat saya kanak-kanak hingga usia ABG, pada saban jelang Galungan, kami sekawan sekampung, berlomba memburu ambu (daun aren/jaka/nira muda) ke semak-semak tegalan, lereng bukit atau tepi-tepi sungai. Dasar anak-anak kampung, dulu, memburu ambu adalah salah satu mainan mewah serangkaian menyambut Galungan. Tentu lantas diikuti mata pelajaran membuat penjor, lengkap dengan pernak-pernik hiasan dari bahan ambu. Mendirikan penjor dan menciptakan hiasan dari ambu, seperti salang waluh dan gelang-gelangan, jadi ajang kreatifitas ala kampung, yang murah, meriah, membahagiakan dan mandiri.

Kini, setiap menjelang Galungan, banyak kawan-kawan saya di kampung, paman saya, bapak saya, dan tetangga saya, mengeluh betapa susah mendapatkan ambu secara murah dan meriah. Pohon aren sudah langka bahkan nyaris punah. Jika pun pohon itu tumbuh dengan sendirinya di semak-semak, tak ada yang sudi merawat. Pohon itu dibiarkan kesepian seperti jomblo dijauhi teman, akhirnya mati perlahan dikaput semak.

Lha, kok ya susah-susah memikirkan ambu. Hidup kini serba praktis. Melamunkan punahnya pohon aren adalah kerja intelektual gagal yang sia-sia. Jangan cengeng, ambu masih mudah didapat, tentu dengan membeli di pasar. Kiriman dari luar Bali melimpah. Atau, bahkan ada penjor langsung jadi yang bisa dibeli di tepi jalan. Harganya variatif, dari ratusan ribu hingga jutaan. Hanya, mungkin hiasannya bukan dari ambu, melainkan dari daun-daun sejenis palma, mungkin dari hutan di Kalimantan yang pohonnya saja tak kita kenal.

Memelihara pohon aren, di zaman sekarang tak ada untungnya. Ia dipuji oleh orang-orang bijaksana sebagai pohon serbaguna, tapi dicampakkan karena tak menguntungkan lagi secara ekonomi. Buahnya bisa dibuat es kolang-kaling, tapi anak-anak lebih suka es krim. Batangnya bisa dibuat sagu untuk bubur ongol-ongol atau untuk menu makan bebek. Tapi bubur ongol-ongol kalah jauh dengan bubur ayam mozzarella, dan bebek kini tak makan sagu tapi makan sentrat.

Batang besar buah aren bisa disadap. Hasilnya bisa jadi tuak manis, lalu jadi gula aren, atau bisa jadi tuak wayah dan arak. Tapi siapa yang mau jual tuak manis yang usia enaknya sangat-sangat terbatas. Siapa mau bikin gula aren? Selain rumit, harganya murah. Kalau pun tuak wayah dan arak masih disukai, tapi tak banyak yang mau ambil risiko di depan hukum. Sial sedikit, bisa dicokok polisi.

Pohon kelapa yang juga penghasil tuak dan arak bernasib sama. Ia dianggap serbaguna, seluruh unsur pada pohon kelapa punya manfaat dan guna. Daunnya untuk atap dan pohonnya untuk bangun rumah, tapi rumah kini dibuat dari beton dan kayunya dari Kalimantan. Buahnya bisa dibuat minyak tanusan yang diproses secara tradisional. Tapi tak banyak yang sudi bikin minyak tanusan dengan ketekunan dan energi ekstra itu.

Soal minyak kelapa ini, saya pernah dengar cerita samar-samar. Bahwa dulu ada semacam kampanye  yang mempengaruhi citra orang terhadap minyak kelapa. Minyak kelapa dikatakan tidak sehat, kolestrolnya tinggi, tak bagus untuk dikonsumsi. Kampanye berhasil, ibu-ibu kemudian beralih ke minyak kelapa sawit yang memang kemudian beredar melimpah di toko dan warung-warung.

Saya tak tahu apakah cerita itu benar, namun kenyataannya pabrik kopra yang dulu banyak dibangun di Bali kini perlahan tutup. Imbasnya, pohon kelapa pun banyak ditebang karena buahnya jadi murah, hanya dibutuhkan untuk upacara agama, dan tak begitu diperlukan oleh industri. Untunglah (jika ini bisa disebut menguntungkan), pariwisata jadi penyelamat, karena buah kelapa yang muda bisa dijual mahal di restoran, bahkan lebih mahal dari buah kelapa matang yang sebenarnya bisa digunakan untuk banyak hal.           

Jadi, saya melamun lebih jauh, bagaimana kalau bahan-bahan tradisional untuk pelestarian kebudayaan adiluhung itu diselamatkan dengan memberdayakan produk-produk dari pohon tropis peninggalan leluhur itu sehingga ia bisa masuk dengan leluasa ke arena industri. Ambu dan janur, diselamatkan dengan cara memberdayakan produk gula aren dan memperjuangkan kembali citra minyak kelapa di dunia industri, setidaknya industri kecil dan menengah. Bila perlu pembuat gula aren dan minyak kelapa diberi subsidi, lalu tata niaganya dilindungi dengan cara apa pun agar tak mudah dikuasai tengkulak nakal.

Saya tahu sejumlah teman secara swadaya sudah mulai membangkitkan citra gula aren, tuak manis dan minyak kelapa tradisional di lapak-lapak modern, bahkan banyak yang dijual online. Selain itu, ada juga yang kembali memasarkan dengan amat gembira kue-kue tradisional yang masih punya kaitan erat dengan gula aren semacam laklak dan klepon, atau kue yang berhubungan dengan kelapa semacam urab ubi. Itu semua, saya pikir, adalah satu cara bagus untuk menyelamatkan ambu dan janur, agar kita bisa bikin penjor Galungan dengan kreatif dan mandiri.  

Jadi, ketika Gubernur Wayan Koster melegalkan arak Bali, saya termasuk orang yang tak sadar mengangguk-ngangguk bukan karena mabuk. Karena jika arak Bali diproduksi dengan  tata niaga yang baik dan aman, maka ambu pun bisa diselamatkan. Penjor Galungan bisa dibuat dengan mudah. Sekali lagi, ini alasan yang sangat subyektif dan personal, mungkin hanya pelamun seperti saya yang tak punya kerjaan ini yang menghubung-hubungkan hal-hal seperti ini    

Kalau ditanya apakah arak itu minuman baik atau minuman yang punya pengaruh buruk? Saya tak bisa menjawab karena saya bukan penggemar arak. Saya penggemar tuak manis campur mujito di restoran seorang teman di Tanjungbungkak Denpasar. Tapi tunggu, saya punya teman sekaligus guru. Ia seorang petani berpikiran modern dari Munduk, Buleleng. Namanya  Putu Ardana. Ia punya cerita tentang tahapan orang minum arak.

Kata dia, di Bali ada tertulis dalam naskah kuno tentang tahapan dan tata cara minum arak. Satu sloki itu menyehatkan, disebut Eka Padma Sari. Dua sloki menggembirakan, disebut Dwi Martani. Tiga  sloki menaikkan rasa percaya diri. Empat sloki sudah mulai berpengaruh buruk, mulai kehilangan kendali diri. Dalam naskah kuno hal itu disebut Catur Wanara Rukem, atau setelah meminum sloki keempat itu prilaku si peminum jadi seperti monyet berebut buah. Yang lucu itu istilah sloki kesembilan, Nawa Wagra Lupa, yang artinya macan lunglai setelah muntah-muntah, dan sloki kesepuluh disebut Dasa Buta Mati atau bangkai raksasa.

Nah, jika berhadapan dengan arak, tinggal pilih, mau menyehatkan, menggembirakan, atau mau jadi “bangkai raksasa”.[T]

Catatan:

  • Tulisan ini pertama kali disiarkan dalam kolom Lolohin Malu di Bali Express dengan judul “Lestarikan Arak Bali Agar Penjor Galungan Kreatif dan Mandiri”

Tags: arakarak balihari raya galungan
Previous Post

Yang Salah Ulat, atau Kita?

Next Post

Tanah Air – Sebuah Renungan Tentang Kewarganegaraan

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post
Tanah Air – Sebuah Renungan Tentang Kewarganegaraan

Tanah Air - Sebuah Renungan Tentang Kewarganegaraan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co