17 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Dokter & Bahasa Bali

Putu Arya Nugraha by Putu Arya Nugraha
February 6, 2020
in Esai
232
SHARES

Sebagai dokter, saya punya pengalam sangat menarik terkait dengan bahasa Bali. Suatu hari saya visite pasien ruangan yang kebetulan seorang pemuka agama Hindu atau sulinggih, kalau tidak salah seorang Bhagawan, tepatnya Ida Bhagawan. Saya kurang begitu paham pengklasifikasian pemuka agama dalam budaya Hindu di Bali, karena selain Bhagawan ada pula Pandita, Sri Empu, Bhawati dan Peranda. Mungkin kita perlu bahas ini lain kali saja, karena yang ingin saya bahas saat ini adalah pengalaman praktek sebagai dokter menggunakan bahasa Bali.

Terus terang, bertemu dengan seorang sulinggih bagi saya rasanya seperti bertemu seorang polisi, ciut nyali, berdebar seakan bakal kena tilang saja. Ini semua gara-gara saya merasa tak mampu bicara bahasa Bali halus yang semestinya menghadapi seorang sulinggih. Jika salah, apa tak celaka saya nanti, bukankah mereka orang suci? Apalagi, selama ini saya lebih sering bicara dalam bahasa Bali kasar gaya Buleleng. Bahasa sehari-hari dengan teman-teman akrab, yang bertaburan kata-kata, maaf, “cicing” atau anjing. Sampai-sampai ada joke di antara kami, jangan-jangan kasus rabies di Buleleng masih saja terjadi lantaran banyaknya “cicing” yang keluar dari mulut kami.

Kembali pada kisah saya mengunjungi pasien seorang sulinggih tersebut, saya telah mengumpulkan segala keberanian dan kemampuan. Dengan gestur penuh wibawa namun tetap ramah, saya tersenyum kepada Ida Bhagawan yang berbaring di atas tempat tidur pasien dan bertanya, “Rahajeng semeng, Atu, punapi indik ngajeng iwawu?” Artinya “Selamat pagi, Pak, bagaimana tadi makannya?”. S

aya merasa hebat mantap telah menyampaikan pertanyaan dalam bahasa Bali yang pantas untuk seorang sulinggih, perawat yang menemani saya ikut tersenyum, sepertinya kagum dan tak menyangka saya mampu bicara bahasa Bali halus. Sang sulinggih tersenyum dan menjawab, “Nggih becik-becik!” Artinya, “Ya baik-baik!”

Namun beliau kemudian meluruskan, “Raos sane patut, nenten ja ngajeng, nanging ngerayunang, hehehe.” Artinya, “Kata yang tepat bukanlah ngajeng untuk makan, namun ngerayunang.” Tawa beliau di akhir kalimatnya bagai sentilan jari-jari jahil pada telinga saya, memberi campuran rasa panas dan perih. Tak ada pilihan lain bagi saya selain mengangguk, walaupun kedua kata tersebut punya arti sama, lalu melanjutkan percakapan dalam bahasa campuran Bali Indonesia. Saat meninggalkan ruangan pasien, senyum perawat yang menemani berubah menjadi cekikikan.

Akhirnya teman-teman paramedis pun berbagi cerita, mereka juga pada stres menghadapi pasien Ida Bhagawan, bukan apa-apa, karena boleh dibilang semuanya tak bisa bicara bahasa Bali halus. Demikian juga saat mereka bicara menggunakan bahasa Indonesia dan menghindari berbahasa Bali karena kuatir salah, Ida Bhagawan melontarkan kritik. Inti kritik beliau adalah, kok generasi muda zaman sekarang cenderung kurang peduli dengan bahasa ibu?

Kami jadi agak malu dengan situasi ini, apalagi saat ada seorang dokter dari Solo, Jawa Tengah datang bergabung bekerja di RSUD Buleleng. Pasalnya, dokter ahli paru cantik itu sangat giat berusaha belajar bahasa Bali. Setiap selesai memeriksa seorang pasien, ia selalu menutup pertemuannya dengan kata-kata “Sing kengken!”, yang artinya “Tidak apa-apa”.

Ungkapan ini telah menyejukkan perasaan pasien-pasien yang umumnya diselimuti perasaan cemas akibat penyakit yang dideritanya. Apalagi itu disampaikan dalam bahasa daerah pasien yang bersangkutan. Jadi betul sepertinya, dengan bahasa kita akan dapat menguasai suatu bangsa.

Bagi seorang dokter, menguasai bahasa daerah akan dapat memberi dampak psikologi positif bagi pasien-pasien yang ditanganinya. Seorang dokter sebaiknya menemukan padanan istilah-istilah medis dalam bahasa daerah di mana ia bekerja. Selain manfaat psikologi, bahasa setempat pun memberi dampak positif dalam aspek edukasi karena pasien akan lebih mudah untuk memahami informasi medis yang disampaikan dokter. Tidak sedikit kejadian dan pengalaman, komunikasi dokter dengan pasien dan keluarganya tak nyambung karena sulit memahami istilah-istilah medis yang ruwet dan membuat lidah keseleo. Bicara dengan pasien, bukanlah sebuah pertemuan ilmiah, maka sedapatnya seorang dokter menggunakan bahasa daerah yang sederhana namun memberi makna yang kuat.

Satu contoh, satu penyakit dalam bahasa Bali yang dikenal dengan nama “tilas naga” dalam bahasa medisnya adalah Herpes zooster. Maksud keduanya sama, yaitu satu penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus yang menyerang sistem saraf hanya di satu sisi tubuh, dengan memberikan gejala bintil-bintil berair. Konfigurasi bintil-bintil berair atau yang dalam istilah medisnya disebut bula itu, menyambung memanjang seperti bentuk seekor ular atau naga. Jika menggunakan istihah Herpez zooster, apalagi untuk pasien lansia dari pegunungan, memang betul-betul akan bisa membuat lidah mereka keseleo saat ingin mengucapkannya. Namun jika kita bilang tilas naga, itu sudah menjadi kosa kata yang jamak didengar oleh masyarakat Bali. 

Dulu, di desa Bantenan, di wilayah kecamatan Sukasada, saya pernah mendengar istilah yang sangat unik dan lucu untuk kata berobat, yaitu “ngalih jaum”. Ngalih jaum adalah bahasa Bali yang artinya mencari jarum. Istilah ini sekaligus akan memberi kita makna yang lebih luas, akan sebuah tradisi dan budaya. Secara harfiah ngalih jaum atau mencari jarum merujuk pada seorang pasien yang datang ke puskesmas atau ke dokter untuk disuntik obat.

Lebih luas istilah ini telah menggambarkan sebuah persepsi dalam masyarakat setempat, bahwa berobat itu identik dengan mendapatkan suntikan. Jika dokter tak memahami hal ini, maka ia takkan pernah memberi suntikan kepada pasiennya. Jika paham, walau suntikan itu tak betul-betul diperlukan, maka setidaknya dokter akan memberi edukasi yang memuaskan untuk pasiennya yang selalu minta suntikan itu. Akan menjadi kisah teramat konyol, jika pasien datang ke puskesmas bilang ngalih jaum, lalu dokternya menunjukkan toko alat-alat kerajinan tangan kepadanya! [T]

Tags: Bahasa Balidokter
Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Esai

Pengantar Pertunjukan: Mari Berwisata yang Ini, Bukan yang Itu

  DESEMBER segera tiba pada batasnya. Tahun pun diakhiri. Bersamaan dengan itu, Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya akan usai. ...

February 2, 2018
Saya membaca buku koleksi dari Smile Shop, Ubud
Esai

Smile Shop, Toko Buku Kecil di Ubud: Agar Anak-anak Tersenyum

Buku bagiku seperti makanan. Ketika aku ingin membaca buku baru, rasanya sama seperti aku lapar dan ingin menyantap makanan dengan ...

December 19, 2018
Parade Lagu Daerah Bali di PKB 2019 -- Duta Kabupaten BUleleng (Foto-foto Widnyana Sudibya)
Khas

Parade Lagu Daerah Bali di PKB, Sebatas Panggung dan Properti?

Ini pertanyaan sejak lama, sejak lagu Pop Bali atau Lagu Daerah Bali dilombakan lalu diparadekan dalam Pesta Kesenian Bali (PKB). ...

July 11, 2019
Ilustrasi perempuan dan politik {diolah tatkala.co dari sumber gambar di Google]
Esai

Maskulinitas Perpolitikan Indonesia: Glass Ceiling bagi Perempuan dalam Ranah Politik

Tampaknya perpolitikan Indonesia masih jauh dari kata ramah terhadap kehadiran perempuan. Pilkada 2020 yang diselenggarakan di tengah pandemi COVID-19 hanya ...

January 7, 2021
Ilustrasi: Juli Sastrawan
Esai

Permainan Kids Zaman Old: Menjadi “Polisi” atau “Maling”, Sama Asyiknya

MASA anak-anak adalah masa yang paling asyik. Selain belajar disekolah,  sehari-hari kita ya bermain. Bahkan dalam sehari rasanya waktu kita ...

February 27, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Lukisan di atas kardus. Karya ini diberi judul “Pariwisata Macet Jalan Raya Lancar”.
Esai

Pariwisata Macet, Jalan Raya Lancar

by Doni Sugiarto Wijaya
January 16, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1347) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In