Dua titik jalan baru yang menghubungkan Singaraja-Denpasar via Bedugul via Mengwitani diresmikan Gubernur Bali I Wayan Koster, Senin 30 Desember 2019. Jangan tanya apakah manfaat shortcut itu sudah dirasakan pengguna jalan, misalnya orang bisa sampai lebih cepat di tujuan. Atau shortcut bisa membei dampak signifikan terhadap kunjungan wisatawa ke Bali Utara.
Jangan tanya itu, karena shortcut termasuk “barang baru” di dunia tranportasi saat ini, sehingga tentu manfaatnya tak bisa dirasa dalam waktu hanya sebulan.
Jadi, lupakan manfaat utama, mari lihat manfaat lain dari jalan mulus itu. Belum sebulan diresmikan ternyata eh ternyata, jalur mulus dengan tikungan yang seksi itu dimanfaatkan oleh pengguna jalan untuk hal-hal di luar tujuan utama.
Dimanfaatkan untuk apa saja jalur shortcut itu selama sebulan ini?
1. Selfie
Begitu jalur shortcut itu dibuka dan pengguna jalan disilakan untuk lewat, banyak pengguna jalan sengaja berhenti di beberapa titik, misalnya berhenti di jembatan yang cukup panjang di antara Desa Wanagiri dan Pegayaman. Jembatan sepanjang 201 meter itu tiba-tiba menjadi spot selfie.
Banyak pengguna jalan berhamburan keluar dari mobil, atau turun dari sepeda motor, lalu mengeluar HP, bergaya, dan cekrek. Mereka mengaplud di media social, sehingga foto-foto mereka terpampang di facebook atau Instagram. Caption-nya, antara lain, “Menikmati jalur shortcut!”
Yang tak berhenti, biasanya menyelenggaran siaran langsung lewat video HP di medosos sambil tetap di dalam mobil yang sedang berjalan pelan-pelan. Lalu mereka mengucapkan kata-kata seakan-akan mereka reporter TV yang sedang meliput sesuatu yang unik dan baru. Shortcut memang barang baru yang unik.
2. Parkir Sembarangan
Jembatan shortcut di wilayah Wanagiri/Pegayaman memang titik spot yang indah untuk berhenti dan selfie. Di kiri-kanan jalan tampak perbukitan dan jurang menghijau. Tapi jembatan bukanlah tempat untuk mobil berhenti. Bahkan tanpa harus dipasangi rambu-rambu pun penggunakan jalan harusnya sudah tahu bahwa kendaraan tak boleh berhenti di atas jembatan.
Namun, untuk memberi petunjuk lebih jelas, di jembatan tersebut dipasangi marka jalan alias garis-garis jalan, yakni garis-garis membentuk segitiga atau bergerigi dengan warna kuning. Dalam peraturan Menteri Perhubungan Nomor 34 tahun 2014 tentang marka jalan, disebutkan bahwa larangan parkir atau berhenti di jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf b, dinyatakan dengan garis berbiku-biku (bergerigi) berwarna kuning. Pengendara dilarang parkir maupun berhenti di atas garis markah berbiku-biku ini.
Nyatanya, di atas garis berbiku-biku itulah warga pengguna jalan parkir, untuk kemudian selfie atau kadang hanya untuk duduk-duduk di atas trotoar. Kadang ada yang membuka makanan atau sekadar merokok.
3. Buang Sampah
Beberapa hari setelah diresmikan, jalur shortcut, terutama di kawasan jembatan di jalur shortcut titik 5-6, atau wilayah Wanagiri/Pegayaman, terlihat sampah berserakan. Foto sampah itu sempat diposting oleh sejumlah nitezen di media sosial seperti di facebook.
4. Balap Liar
Jalur shortcut 5-6 di ruas Jalan Raya Singaraja-Denpasar, belakangan tampaknya dimanfaatkan oleh para pembalap liar untuk melakukan balapan di jalur itu. Aksi balap liar itu kerap dikeluhkan warga. Biasanya balap liar terjadi mulai pukul 22.00 malam hingga pukul 02.00 dini hari. Warga pun sudah beberapa kali membubarkan aksi balap liar itu.
Dengan adanya pemanfaatan secara liar oleh pembalap liar itu, polisi pun mempertimbangkan opsi mendirikan pos pantau di kawasan tersebut, guna mengantisipasi gangguan keamanan yang terjadi. Salah seorang warga, Ketut Cuntaka mengungkapkan, sejak jalur itu dibuka untuk umum, kerap dijadikan lokasi peristirahatan oleh warga. Sementara pada sore hari, sering digunakan tempat nonkrong kalangan pemuda.
“Kadang malam juga ada. Saya dengan security di sini sering suruh mereka pulang. Khawatirnya kan kalau dibiarkan nanti jadi jalur rawan (kriminal). Selama ini sih mereka masih menurut,” kata Cuntaka sebagai ditulis Radar Bali.
5. Nongkrong Malam-malam
Jalan shortcut titik 5-6 di wilayah perbatasan Dewa Wanagiri dan Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Buleleng, ini juga dimanfaatkan untuk nongkrong bagi kelompok-kelompok pemuda pada malam hari. Kalau hanya nongkrong saja sih tak apa-apa. Namun tampaknya kegiatan itu mulai menimbulkan kekhawatiran warga.
Bukti, ada berita di media massa, kalau pada suatu malam, sepasang suami istri (pasutri) sempat mengalami penghadangann di jembatan shortcut. Mereka mengaku dihadang oleh sekelompok pemuda yang membuat palang dengan sepeda motornya melintang di tengah jalan.
Pasca informasi penghadangan yang dilaporkan oleh warga Desa Gitgit di shortcut titik 5-6 Singaraja-Denpasar wilayah Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Polres Buleleng turun langsung melakukan pengawasan. Namun belakangan diinformasikan bahwa tak ada penghadangan pada malam itu, meski diakui pada malam itu terdapat anak-anak muda yang sedang nongkrong bersama motor mereka di atas jembatan.
6. Jualan Duren
Terakhir, yang cukup norak, ternyata shortcut itu sudah ada yang memanfaatkan untuk jualan durian. Waduuuuh…[T] [ole, dari sejumlah sumber]