19 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan

Nyanyian Sunyi Jro Adit

Wayan Esa Bhaskara by Wayan Esa Bhaskara
December 2, 2019
in Ulasan
207
SHARES
  • Judul buku    : Gerilya dan Cinta
  • Penulis          : Jro Adit Alamsta
  • Penerbit         : Mahima
  • Cetakan         : April 2019
  • Tebal              : viii + 94 halaman
  • ISBN               : 978-623-7220-04-6

____

Dalam keyakinan Hindu, atma ada dalam setiap diri manusia. Artinya dalam tiap individu terdapat percikan unsur-unsur Tuhan. Maka perlu kesadaran setiap individu bahwa, semua individu memiliki peran yang sama. Tidak mengenal jenis kelamin, atau kedudukan di masyarakat sosial. Kenyataannya, tidak banyak individu memiliki kesadaran demikian. Seperti misalnya kesadaran tentang menjaga kelestarian alam semesta.

Jro Adit, bisa digolongkan sebagai salah satu individu yang memiliki kesadaran tersebut. Dalam buku perdananya, Gerilya dan Cinta, ia menunjukkan kesadaran bahwa alam semesta ada dalam tiap diri masing-masing individu. Lalu, cinta diperlukan setiap individu dalam menjaga “kewarasan” diri. Begitupula kehadiran cinta untuk memastikan “keseimbangan” alam semesta.

Sayang sekali, sebab kesadaran yang dimiliki Jro Adit ibarat nyanyian sunyi. Sebab, masih banyak sampah berserakan di sekitar kita, alih fungsi lahan tak terhindarkan, Bali dijual murah kepada investor rakus, bahkan banyak orang melupakan alam sebagai cermin diri. Bahwa ketika alam hancur, diri pun hancur jua. Begitulah Jro Adit melantunkan nyanyiannya dalam kumpulan prosa (apakah betul prosa, dan bukan prosa menyerupai esai dengan bahasa kualitas puisi?) Gerilya dan Cinta.

Entah ada hubungannya, antara isi Gerilya dan Cinta dengan Jro Adit Alamsta yang juga seorang pemangku muda. Sebab, dalam 29 prosa/bagian dalam kumpulan ini bernafaskan konsep Hindu yang sangat khas. Sebut saja salah satunya, Tri Hita Karana, sebuah konsep luhur untuk mendapatkan kebahagiaan. Ada tiga cara, meliputi menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, alam semesta, dan Tuhan.

Tiap prosa/bagian, ketika disebut sekuel, diandaikan ada hubungan dengan prosa/bagian sebelumnya, yang juga mandiri. Jika dibaca berurutan maupun tidak tetap bisa dinikmati pembaca. Jika disarikan pembaca akan mendapatkan cerita tentang pengenalan penulis, berhubungan dengan perspektifnya tentang alam semesta dan cinta, selanjutnya pemaparan sikap penulis terhadap fenomena di sekitarnya. Pembaca akan dituntun melalui sudut pandang “aku”.

Kumpulan prosa ini sebetulnya memuat pembahasan-pembahasan yang serius cenderung gawat. Berupa refleksi terhadap diri, namun Jro Adit menyajikan dengan rasa pop. Maka, anak-anak muda pun akan sangat gampang memahaminya. Ditambah dengan, pada tiap akhir tulisan diimbuhi semacam kutipan yang akan cocok diposting di akun media sosial. Bagi pembaca yang dekat dengan aktivisme dan lirik lagu musisi arus bawah (indie terutama gendre punk) pasti tidak akan kesulitan memahami pesan-pesan yang betebaran pada setiap bagian. Meskipun ditulis dengan kalimat-kalimat panjang yang memerlukan hela napas yang panjang pula. Dua puluh sembilan bagian yang termuat pada kumpulan ini uniknya bisa dibaca secara acak atau berurut.

Semua bagian, meski dibaca secara acak, tetap bisa dipahami karena memiliki benang marah yang saling menghubungkan. Membaca Gerilya dan Cinta, mengingatkan saya pada Catatan Seorang Demonstran Soe Hok Gie. Namun ditulis dengan gaya sastrawi mirip lirik-lirik tulisan musisi Jerix pada lagu-lagu Superman Is Dead. Suguhan ini telah disajikan sejak awal, semacam perkenalan diri, bacalah Anugrah Semesta, Bocah Kecil, dan Aku adalah Sperma Terkuat Ayahku. Pembaca akan bisa membayangkan siapa Jro Adit. Ia adalah seorang pensarkas, penyatir, sekaligus juga romantis. Begitu tertulis pada bagian perkenalannya pada pembaca.

Misalnya ketika membaca kisah tentang jatuh cinta pada Cintaku Radiasi, Jro Adit menulis begini:

“Ketika itu aku sangat kagum pada dirimu yang berprestasi dan cantik menelimuti ragamu mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Mungkin ini pertama aku tahu arti perasaan jatuh cinta pada wanita seakan inginku selalu memberhatikanmu…” Penulis memperlihatkan ketegasan dan tidak sedikitpun mendayu-dayu.

Begitu pula pada Untukmu Mutiara Tersembunyi dalam Kota, Jro Adit menulis begini:

“Kasih sayangmu paling beda yang pernah aku dapatkan, kau memberanikan diri mencium pipi sebelah kananku, rasanya menghisap daun ganja rasanya ketagihan.” Narasi-narasi demikian menjadi kekuatan penulis dalam membangun kisah dan mengaduk emosi pembaca.

Meski dalam patah hati pun, penulis masih terlihat tegas, seperti pada Kepergianmu Membawa Kenangan dan Dewi yang Terlupakan. Dalam Kepergianmu Membawa Kenangan ia menulis begini:

“Meski aku harus percaya dengan semua kata-kata itu, namun dalam semestaku aku belajar untuk menerima atas kepergianmu.”

Dalam tulisan-tulisan bertopik jatuh cinta dan patah hati, selalu ada karakter perempuan yang dimunculkan menjadi titik pembicaraan. Bagi saya pribadi, perempuan adalah simbol cinta. Maka, tidak salah jika perempuan dalam kisah-kisah di buku ini dilekatkan dengan kodrat, kondrat dicintai. Direkatkannya perempuan dengan cinta, membuat perempuan lebih banyak dirugikan. Sebab, perempuan dipahami sebagai agen pasif yang dalam menyikapi nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Sejalan dengan pemikiran Suryakusuma dalam State Ibuism: The Social Construction of Womanhood in the Indonesian New Order (2011) menyatakan pemerintah Indonesia dizaman Orde Baru memerlakukan perempuan. Kebijakan pemerintah tentang kesetaraan gender dilihat hanyasebagai strategi negara untuk mendapat penerimaan rakyatnya,sehingga pemerintah mampu menjalankan programnya denganbaik dan lancar. Begitu pula cara pandang laki-laki terhadap perempuan masih besar dipengaruhi oleh nilai-nilai dalam masyarakat. Seperti, penilaian cantik menyelimuti ragamu… , senyumanmu seolah menghipnotis jiwaku…., kau penyebab rasa tahuku dicium seorang cantik….

Jika Anda mengikuti gerakan-gerakan massa pro lingkungan pasti memahami cara Jro Adit memijakkan kaki. Bisa dibaca pada Jabatan Saja Kau Takut Kehilangan, Apalagi Nyawamu untuk Rakyat. Penulis geram dengan sikap wakil rakyat yang seakan tidak peduli dengan kepentingan rakyat dan lingkungan. Gagasan lain namun masih bernafas semangat perjuangan terhadap keadilan dan kelestarian alam semesta dipaparkan pada Buat Sejarahmu, Tuntut Keadilan Dunia Akan Membaik, Pendahulu, Hidup adalah Perang, dan Ibu Pertiwi Murka karena Manusia Durhaka. Begitulah, genderang perang telah ditabuh oleh Jro Adit lewat prosa-prosa yang ditulis dalam kumpulan ini.

Membaca Gerilya dan Cinta seperti menonton Bumi Manusia garapan Hanung. Topik yang begitu berat diracik dan disajikan dengan rasa millenial. Bisa jadi cara ini menimbulkan blunder. Tak apa, sebab harapan terlalu besar jika menuntut kaum millenial tertarik dengan permasalahan sosial. Sebagai seorang sulinggih (yang juga aktivis lingkungan), ia benar-benar sadar bahwa konsep Tri Hita Karana belumlah dimaknai dengan benar oleh sebagian masyarakat, hingga ibu pertiwi murka karena manusia durhaka. Ketidakseimbangan alam semesta tentu akan berdampak kepada seluruh lapisan kehidupan. Apalagi saat ini, manusia terlalu bangga ketika melakukan kesalahan yang diperbuat. [T]

Tags: resensi buku
Wayan Esa Bhaskara

Wayan Esa Bhaskara

Menulis esai, puisi, dan cerpen disela-sela pekerjaannya sebagai guru

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Penulis bersama istri mengucapkan Selaat Tahun Baru 2020
Esai

Mari Tentukan Sukses Kita Untuk 2020

Manfaat gemar berdiskusi bukan hanya untuk menemukan sebuah jawaban atas satu persoalan, jauh lebih penting dari itu adalah, membuat kita ...

January 2, 2020
Esai

Pikiran, Kunci Sehat di Tahun 2021

“Pikiranku menjadi ucapan, Ucapanku menuntun laksana, Laksanaku adalah nasibku, Maka, bukan orang lain, Tuhan pun tak menciptakan takdirku.” Meski sudah ...

January 4, 2021
Panggung Soundrenaline 2018 (Foto HP: Endang Hari Rizki)
Khas

Soundrenaline 2018 dan “Benda-benda Kecemasan” dalam Pikiran Saya

AKHIRNYA mimpi saya jadi kenyataan setelah 20 tahun. LimpBizkit menutup hajatan musik Soundrinaline 2018 dengan sempurna. Hampir semua tembang hits ...

September 10, 2018
Wayan wong Tejakula (Foto:PKB)
Kilas

Penari-penari Muda dalam Wayang Wong Tejakula

Wayang Wong Tejakula, Buleleng, diperkirakan usianya sekitar tiga abad. Namun hingga kini tetap bertahan. Bahkan ketika tampil dalam Pesta Kesenian ...

June 18, 2019
Esai

Aksara yang Mempertemukan Kita

Pada suatu hari, ketika duduk menulis dengan dikelilingi tumpukan buku, saya merasa berterimakasih sedalam-dalamnya pada semua penulis yang telah menghabiskan ...

February 25, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi diambil dari Youtube/Satua Bali Channel
Esai

“Satua Bali”, Cerminan Kehidupan

by IG Mardi Yasa
January 18, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1350) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In