2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kebebasan dalam Keterbatasan Pertunjukan “W.ADU.AN” dan Beberapa Refleksi Diri Melalui Cermin

SatyawatibySatyawati
November 25, 2019
inUlasan
Kebebasan dalam Keterbatasan Pertunjukan “W.ADU.AN” dan Beberapa Refleksi Diri Melalui Cermin

Pertunjukan “W.ADU.AN” di Canasta Art Space, Denpasar. (Foto: Putu Sayoga)

35
SHARES

Ketika membicarakan tentang ruang pertunjukan teater, jarak antara penonton dan panggung seperti sengaja diciptakan: baris kursi penonton bertingkat disediakan agar penonton dapat berhadapan langsung dengan panggung dan melihat pertunjukan secara menyeluruh. Lalu, bagaimana jadinya ketika semua itu dikaburkan? Pertunjukan “W.AD.UAN” mungkin dapat memberikan sedikit gambarannya.

Suasana mencekam langsung terasa begitu masuk ke ruang pertunjukan. Selain karena pertunjukan itu (yang masih merupakan geladi bersih) baru dimulai sekitar pukul 10 malam, suasana mencekam juga didapatkan dari kedua pemain, dengan perawakan yang mirip, berbaju terusan putih dan rambut panjang hampir menutupi wajah, mereka berjalan mondar-mandir.

Kursi penonton dibuat melingkar dengan jarak antar-kursi yang cukup lebar. Di hadapan setiap bangku, tergantung sebuah cermin. Sebelum pertunjukan dimulai, ada pengarahan tentang tata cara menonton pertunjukan malam itu: Penonton diminta untuk menonton melalui cermin dan hanya diperbolehkan untuk mengarahkan pandangan ke cermin. Penonton bebas menggerak-gerakkan cermin untuk menyesuaikan sudut yang diinginkan ketika menonton.

Begitu penonton sudah duduk di tempat masing-masing, kedua aktor mulai meluncurkan dialog-dialognya. Pada bagian awal ini, kedua aktor seperti berdialog pada dirinya sendiri; bermonolog menceritakan kisah-kisah hidup yang telah mereka lalui. Pemain satu bercerita bagaimana ia ditinggalkan suami dan kemudian harus menjalani kehidupan seorang diri. Pemain dua bercerita tentang kerinduannya atas sentuhan seorang ayah yang tidak pernah ia dapatkan karena ayahnya lebih memilih pergi bersama perempuan lain. Namun, sejujurnya, cerita-cerita tersebut tidak terlalu saya perhatikan karena terlalu sibuk menggerak-gerakkan kaca, demi memenuhi keingin-tahuan terhadap apa yang sedang dilakukan para pemain.

Sambil bermonolog, kedua pemain mondar-mandir mengambil batu-batu besar yang tersebar di ruang pertunjukan dan meletakkannya ke tengah, di atas panggung kecil yang menjadi bagian dari tata panggung pertunjukan malam itu. Oiya, pertunjukan ini dilakukan di halaman belakang Canasta Creative Space. Tempatnya cukup terbuka dengan pemandangan langit malam; seolah langit malam dan desau angin menjadi bagian dari tata panggung pada malam itu.

Kedua pemain mulai berinteraksi, menjelma tokoh yang berbeda dari sebelumnya. Sang Adik mulai menyinggung agem sang Kakak yang pada masanya merupakan primadona partai besar di masa 1965. Sang Kakak juga melempar caci tentang pilihan partai politik berbeda yang diamini sang Adik. Ketegangan semakin meningkat ketika keduanya melempar curiga tentang rajah yang tertanam pada tubuh masing-masing.

Sang kakak pada awalnya berkilah terhadap tuduhan sang Adik tentang paha kirinya yang dirajah. Tapi, akhirnya ia membuka baju pada bagian dada kiri dan memperlihatkan dengan lantang rajahan itu. Berbalik menyerang, sang Kakak mempertanyakan dukun mana yang adiknya gunakan untuk membuatnya sakti. Tentu sang Adik berkilah juga. Tapi, pada kenyataannya rajah itu tertanam di paha kirinya.

Pada akhirnya, mereka berdua berhadap-hadapan telah berubah wujud menjadi leak, saling berbesar diri siapa yang paling kuat di antara keduanya. Belum sampai mereka bertarung, kami digiring keluar ruangan karena pertunjukan dinyatakan sudah selesai.

 “W.ADU.AN” berusaha menghadirkan pembicaraan atau isu yang sudah cukup banyak disinggung orang (isu perempuan dan masa 1965) dalam sebuah konsep pertunjukan yang tidak biasa.

Tentu, cara menonton melalui cermin menjadi komponen paling menarik dalam pertunjukan ini. Penonton diberi kebebasan, tetapi juga sekaligus dibatasi. Dengan menggunakan cermin itu, penonton dapat menciptakan sendiriangle manayang diinginkan. Tapi, secara bersamaan juga sekaligus dibatasi karena dengan menonton melalui cermin, penonton tidak dapat melihat pertunjukan secara menyeluruh.

Nyatanya, eksperimen dalam hal ruang pertunjukan dan cara-cara berinteraksi dengan penonton itu sendiri sedang banyak dilakukan. Misalnya, pementasan “Margi Wuta” yang memosisikan para aktornya (tuna netra) sebagai pihak yang bisa melihat dan penonton sebagai pihak yang tidak bisa melihat. Para penonton diminta untuk melihat pertunjukan dengan ditutup matanya.

Tentang eksperimen ruang pertunjukan, Levitating Theatre sebagai pemenang Prague Quadrennial 2019, merupakan salah satu contoh ruang pertunjukan yang saat ini tampaknya memang diusahakan untuk lebih dekat dan menyatu dengan sekitar. Bersifat luar-ruangan dan berada di antara dua pohon besar, panggung dari Levitating Theatre tidak berbentuk persegi panjang atau bulat seperti pada panggung umumnya.

Cara menonton melalui cermin yang “W.ADU.AN” tawarkan tentu menjadi pengalaman baru (termasuk rasa pusing karena cermin yang terus bergoyang sepanjang pertunjukan). Cara menonton seperti ini juga memunculkan rasa-rasa refleksi diri tentang bagaimana kita bereaksi terhadap kejadian di sekitar. Sebab, sempat beberapa saat saya tidak terlalu memperhatikan pertunjukan itu sendiri karena teralihkan oleh pantulan diri di cermin. Atau, justru cermin dalam pertunjukan ini juga sebagai bentuk apresiasi diri karena telah terlibat dalam pertunjukan dan telah membuat pertunjukan malam itu menjadi bermakna. Selain itu, kebebasan yang diberikan untuk menentukan sendiri sudut mana yang ingin dilihat melalui cermin juga menyadarkan saya: Bagaimana cara kita memaknai sesuatu dapat dilakukan dari berbagai sisi dan sudut pandang.

Kita seharusnya bisa mewawas diri dan kemudian memberikan makna terhadap kejadian di sekitar tanpa sekalipun mengabaikan peran kita di dalamnya.

Ah, pusing ini masih juga tersisa.

Tags: Canasta Creative SpaceParade Teater CanastaTeater
Previous Post

TELUR

Next Post

Berbicara Tabu dan Ruang Kreatif di Dalamnya #Diskusi-Lokakarya Parade Teater Canasta 2019

Satyawati

Satyawati

Biasa dipanggil Tya. Mahasiswa linguistik Unud yang cukup aktif menulis di blog pribadinya: lihat-dengar.blogspot.com

Next Post
Berbicara Tabu dan Ruang Kreatif di Dalamnya #Diskusi-Lokakarya Parade Teater Canasta 2019

Berbicara Tabu dan Ruang Kreatif di Dalamnya #Diskusi-Lokakarya Parade Teater Canasta 2019

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co