“Alih media dari teks ke pertunjukkan” dan juga “Meng-adegankan puisi dalam bentuk drama” itulah dramatisasi puisi menurut Desi Nurani pembina sekaligus pelatih Sanggar Seni Kelakar. Mungkin sebagian orang lebih familiar jika puisi dibawakan dengan dibacakan atau dimusikalisasikan. Tidak se-sederhana dibacakan atau dimusikalisasikan,puisi yang didramatisasikan memerlukan lebih banyak eksplorasi dalam prosesnya. Disamping pembacaan dari puisi tersebut tetapi ada juga pencarian laku – laku tubuh yang dieksplor guna menguatkan puisi yang dipertunjukkan.
“Sungai” sebuah puisi karya Kim Al Ghozali AM, puisi yang akan didramatisasikan oleh Sanggar Seni Kelakar. Puisi yang menurut Melinda salah satu anggota Sanggar Seni Kelakar menceritakan si pengarang yang ingin menceritakan tentang masa kecilnya, yang mengambil perumpamaan dari sungai. Itu juga yang di paparkan oleh Desi Nurani mengenai puisi ini yang lebih kepada kenangan pada masa kanak – kanak.
Dengan puisi yang menceritakan tentang kenangan masa kanak – kanak dan juga keterlibatan sungai sebagai objek yang membuat kenangan – kenangan ini muncul. Pada proses latihannya, Sanggar Seni Kelakar pun mengeksplor laku – laku tubuh yang biasanya ada pada aktivitas – aktivitas di perairan. Seperti halnya orang memancing ikan dan juga orang kedinginan sehabis bermain air atau mungkin laku tubuh yang ketakutan ketika akan menyentuh air seperti hendak terjatuh ke dalam samudra yang dalam.
Proses Sanggar Seni Kelakar dalam menggarap pertunjukkan ini ternyata sudah berlangsung sejak lama. Selain dari latihan penggarapan ini mereka juga mencari laku tubuh yang akan mereka gunakan di garapan yang lain. Proses yang mengambil metode dari latihan – latihan sebelumnya mungkin mirip seperti ketika kita mengingat laku tubuh kita di masa lalu. Seperti si pengarang puisi “Sungai” menceritakan tentang dirinyayang mengenang kehidupanmasa kecilnya.
Jadi dengan puisi yang menceritakan tentang masa kanak – kanak hal ini bisa menjadi lebih mudah ketika Sanggar Seni Kelakar mengeskplor laku tubuh mereka yang sedang bermain ketika masih kecil. Karena kedekatan mereka dengan masa kanak – kanak yang baru saja mereka lewati. Hampir saya lupa untuk mengenalkan Sangggar Seni Kelakar, merupakan sanggar seni dari SMP Dharma Wiweka, Denpasar. Yang banyak mementaskan pertunjukkan teater. Jadi dengan usia yang baru menginjak remaja mereka akan lebih mudah ketika mengingat laku tubuh anak – anak mereka. Yang fase anak – anak baru mereka lewatkan satu atau dua tahun yang lalu.
Selain dengan metode penggarapan yang dicari dari tubuh – tubuh yang telah berproses dari penggarapan sebelumnya. Sanggar Seni Kelakar juga banyak melakukan proses diskusi dengan Desi Nurani. Ini pula adalah salah satu metode yang penting dalam suatu proses penggarapan. Dimana seseorang dapat memberikan idenya tentang pertunjukkan. Boleh jadi bentuk, pemikiran, atau konsep dari sebuah garapan. Dalam proses inilah kita dapat melebur semua ide – ide kita menjadi satu dalam sebuah pertunjukkan. Memang tidak semua ide akan dipakai tetapi setidaknya kita mulai berani mengutarakan apa yang ada dalam kepala kita, karena ide akan mati jika tidak disuarakan.
Di samping itu dalam proses pencarian laku tubuh ini Desi Nurani mengarahkan anak didiknya untuk mencari laku – laku tubuh yang memungkinkan untuk dipertunjukkan dalam proses penggapaan ini. Tapi tentu saja tidak terlepas dari konteks puisi itu dalam penggalian pencariannya tetapi dalam pencarian bentuknya lebih kepada kenyamanan tubuh mereka dan kemampuan mereka untuk bermain dengan menyadari tubuh mereka.
Mementaskan dramatisasi puisi memang sedikit lebih susah ketimbang membaca puisi pada umumnya. Karena kita juga harus mencari laku tubuh yang sesuai dengan konteks puisi tersebut. Kita juga perlu menyadari tubuh kita ketika bermain dan mementaskan apa yang kita garap, itu memang perlu, dan sangat penting. Tetapi yang lebih penting ketika kita mementaskan sebuah pertunjukkan adalah kita menikmati pertunjukkan itu. Bahwa kita menikmati tidak hanya dalam pertunjukkannya tetapi juga dalam prosesnya. [T]