- Judul Buku :Sisi-Sisi yang Menghidupkan
- Penulis : Gallang Riang Gempita
- Penerbit : Framepublishing
- ISBN : 978-979-16848-7-3
- Jumlah Halaman : xxiii + 264
____
Sisi-sisi yang Menghidupkanmerupakan sisi kedua setelah The Way You at Look Me. Kedua buku ini masih memiliki hubungan yang erat. Novel pertama Gallang yang berjudul The Way You Look at Me bercerita mengenai perjalanan cinta Pyrrha dan Kinan. Perjalanan cinta mereka tidak berjalan mulus.Peristiwa-peristiwa yang tidak terduga seperti saat Kinan yang tiba-tiba menghilang membuat Pyrrha frustrasi. Pada masa-masa terpuruk, Pyrrha bertemu dengan Wibhi, iahadir sebagai pengganti Kinan. Namun, takdir merenggut kepolosan anak muda itu. Hingga akhirnya Pyrrha bersatu kembali dengan Kinan.
Gallang kemudian kembali dengan Sisi-Sisi yang Menghidupkan.Buku kedua ini masih mengangkat tema yang sama, yaitu percintaan. Berbeda dengan novel fiksi lainnya, Sisi-Sisi yang Menghidupkan mengangkat sisi-sisi lain dari kisah cinta dua anak manusia. Tema percintaan yang memang sudah menjamur di kalangan penulis-penulis tanah air, tetapi Gallang hadir memberikan warna tersendri dan tidak monoton.
Sisi-Sisi yang Menghidupkanmenghadirkan cerita yang dikemas secara lengkap dan memberikan pemahaman luas kepada pembaca. Secara garis besar, novel ini mengangkat dilema kisah percintaan yang dibayang-bayangi perbedaan kasta dan agama. Hal itu dapat dilihat pada kutipan percakapan tokoh Hawa dengan Natha berikut
“Hawa… jika kulamar kau lagi; akankah gayungku bersambut?” tanyanya ragu.
Napasku tercekat. “Kau belum melepas kastamu…” bisikku.
“Secara hukum kita tidak bisa bersatu; kau Hindu berkasta sementara aku Kristen Protestan”(hlm.89)
Natha, lengkapnya Anak Agung Lanang Agung Nathanandadiningrat adalah seorang laki-laki berkasta di Bali, sedangkan Hawa adalah seorang perempuan beragamaKristen Protestan.Perbedaan tersebut tidak menghalangi mereka untuk bersama. Natha selalu berjanji kepada Hawa tidak akan meninggalkannya dan akan selalu bersama. Namun, takdir merenggut semua orang yang telah berjanji kepada Hawa, seperti saat takdir merenggut kembarannya.
Bergeser dari dilema cinta yang dibayangiagama yang membuat mereka mustahil untuk hidup bersama, novel ini kaya akan disiplin ilmu pengetahuan.Perdebatan otak kiri dan otak kanan, ranah seni dan filsafat semuanya tersaji sebagai pergolakan batin para tokohnya. Tindakan dan pandangan hidup setiap tokohnya tersaji secara tersirat. Tokoh-tokohnya menghadapi pergulatan batin yang tidak biasa.
Otak manusia memiliki dua bagian, yaitu kanan dan kiri. Otak kiri memiliki kemampuan dominan dalam hal hitungan atau matematika.Tokoh dalam novel ini, keduanya berkecimpung dalam dunia yang membutuhkan kemampuan otak kiri. Natha seorang Direktur dan Khessar seorang Arsitek. Berbeda dengan Natha dan Khessar, Hawa sebagai seorang pelukis lebih mengandalkan kemampuan otak kanan dan tidak suka berurusan dengan hal-hal berbau logika. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut.
Dia tersenyum letih dan lelah. “Kenapa otak kanan harus ada? Selama ini aku baik-baik saja hanya dengan otak kiriku,” katanya menyindir.(hlm.31)
Kisah percintaan dan persahabatan yang mendominasi Sisi-sisi yang Menghidupkan ini diramu sedemikan rupa oleh Gallang sehingga tidak monoton dan menjadikan novel ini semakin menarik. Setiap tokohnya memiliki pandangan hidup yang berbeda. Bagaimana manusia hidup dan patuh terhadap aturan-aturan dunia dengan kepercayaan yang mereka miliki. Berikut kutipan novel tersebut yang menggambarkan bagaimana tokoh-tokohnya mendefinisikan keberadaanTuhan.
“Tuhan hanya kata yang digunakan manusia untuk menjelaskan seluruh kesinkronisasi dunia karena mereka tak tahu jawabannya. Kenapa bumi berputar terhadap porosnya; karena Tuhan. Kenapa ada alam semesta; karena Tuhan. Tuhan itu sama saja dengan; ‘memang seperti iti’. Kau pernah bertemu dengan-Nya? Bagaimana rupa-Nya?” (hlm.65)
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, Sisi-sisi yang Menghidupkan merupakan novel kedua setelah The Way You Look Meyang masih memiliki keterkaitan. Beberapa tokoh dalam novel pertama hadir mengisi ruang cerita pada novel kedua ini. Gallang meramunya dengan halus tanpa terkesan disengaja dan dipaksakan. Namun, tentu tokoh utamanya berubah. Jika dalam novel pertama tokoh utamanya adalah Pyrrha dan Kinan, dengan tokoh-tokoh pendukung lain seperti Wibhi, Wulan, Deucion, dan Caroline, di novel kedua ini yang menjadi tokoh utama adalah Hawa, Natha, dan Khessar.
Tokoh-tokohnya dipertemukan dan berinteraksi melalui jalinan persahabatan. Mereka dipertemukan secara rapi dan diracik secara matang.Secara garis besar tokoh utama dalam dua novel ini memiliki karakter yang sama. Pyrrha dan Hawa, yaitu dua tokoh yang berkecimpung di dunia seni lukis serta memiliki kepribadian yang mirip, tetapi dibeberapa bagian mereka berbeda.Hal itu terlihat pada kutipan dibawah ini.
“Sementara aku? Begitu alkohol menyentuh mulutku, aku langsung memuntahkannya dan merasa seluruh dunia dalam dengingan monoton.”
“Aku tak berbakat menelan hal-hal konyol seperti itu! seruku. Beberapa orang tertawa dan beberapa prihatin.(hlm.174)
Dari kutipan itu terlihat Hawa tidak menyukai keteraturan dan tidak menyukai sesuatu yang berbau alkohol. Sementara itu, Pyrrha tidak pernah lepas dari minuman beralkohol hingga ia menikah dengan Kinan.
Terlepas dari itu semua, yang menjadi fokus dalam novel Sisi-sisi yang Menghidupkanadalah Adam Raditya, kembaran Hawa. Cara Adam memperlakukan Hawa menunjukan bagaiman ia sangat mencintainya.
“Tidak. Dia perempuan. Perempuan tercantik yang pernah kulihat. Cantik, jujur, apa adanya, dan menyenangkan. Dia mencintaiku dan aku mencintainya. Kamai berdua terdampar karena tipu daya dunia. Tak pernah memikirkan ada yang pernah menjaga kami berdua; hanya kami yang yang saling menjaga.”(hlm.80)
Adam memperlakukan Hawa begitu istimewa seperti barang berharga. Ia siap memangsa siapapun yang mengganggu Hawa. Cerita mengenai kehidupan Adam tidakdieksplor lebih dalam, tetapi memberi jalan pembuka bagi kisah Hawa yang menjadi topik dalam novel ini. Adam yang lebih dominan menggunakan kemampuan otak kirinya selalu berdebat dengan Hawa. Bisa dikatakan sosok Adam hanya memenuhi ruang imajinasi pembaca. Kehadirannya hanya seperti bayangan,tetapi ia ada. Tokoh-tokoh pendukung juga mempunyai peran yang tidak kalah penting.Mereka ikut terlibat dalam setiap bagian yang untuk mengisi kekosongan.
Bagian kembali kemasa hidup Adam menjadi kepingan-kepinganpuzzle yang menggerakan pembaca untuk menempatkan dengan benar potongan puzzle tersebut. Bagian kedua ini menghadirkan sisi pertama The Way You Look at Me yang hadir mengisi cerita, yaitu kisah pertemuan Pyrrha dan Kinan hingga mereka bersatu. Bagian-bagian cerita disusun secara rapi sehingga tidak menggganggu cerita utama.
Kisah percintaan Hawa dan Natha tidak berjalan mulus. Orang tua Natha tidak merestui hubungan mereka sehingga sudah jelas bahwa mereka tidak bisa bersatu. Kesedihan menghantui Hawa setelah kepergian Natha. Hawa selalu merasa bersalah dan mengutuk dirinya sendiri. Saat masa-masa terpuruk, ia bertemu dengan sosok Rama yang menggantikan posisi Natha. Rama menjadi sosok yang menguatkan Hawa.
Rama juga berasal dari keluarga ningrat Bali yang berarti berbeda keyakinan juga dengan Hawa. Hawa merasa takutkejadian kelam ynag menimpa Natha akan terulang kembali. Namun, diluar ekspektasi ternyatakeluarga Rama menerima Hawa dengan perbedaannya, seperti yang terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Tidak apa-apa. Semuanya bisa diatur. Buat saja kesepakatan; Hawa yang pindah agama, atau Rama. Ibu sih, ikut apa keputusan Rama saja,” kata ibu tersenyum tulus kepadaku.” (hlm.229)
Rama selalu menahan Hawa agar tetap berpijak di bumi. Kisah Hawa dan Rama berlanjut hingga kejenjang yang lebih serius. Suatu hari Rama akhirnya melamar Hawa.
“Hawa Cahyani Wulan, maukah kau menikah denganku?”(hlm.252)
Lamaran Rama kepada Hawa tersebut menjadi penutup dan dibiarkan menggantung begitu saja. Pembaca dibebaskan menentukan ending ceritanya sendiri.
Sisi-Sisi yang Menghidupkanterbit saat Gallang masih duduk di bangku SMA. Kendati demikian,dalam novelnya Gallang sudah mampu menggunakan bahasa yang kaya dan matang. Sisi-sisi yang Menghidupkan kaya akan metafora, seperti kutipan di bawah ini.
“Dinginnya mencubit kulitku yang telanjang.”(hlm.57)
“Kesunyian kanvas yang netral dan monoton terobek warna-warnaku.”(hlm.19)
Gallang yang notabene masih remaja mampu menghadirkan tulisan yang tidak cengeng dan labil. Gaya bahasa yang kuat menjadi poin tambahan pada novel Sisi-Sisi yang Menghidupkan ini.
Menyelam lebih dalam lagi, Sisi-Sisi yang Menghidupkan tersaji sangat kompleks.Bagian-bagiannya pelik, rumit, dan sulit, tetapi masih saling berhubungan. Pemilihan karakter atau penokohan tidak terlepas dari kehidupan penulisnya. Gallang yang lahir di Singaraja, Bali dan menetap di Karangasem melahirkan karya yang masih kental dengan lingkungannya berasal. Lingkungan sangat memengaruhi lahirnya sebuah karya sastra khususnya novel ini. Kebudayaan Bali di eksplor oleh Gallang dan tersaji secara nyata.
Sisi pertama The Way You Look at Me dan bagian kedua Sisi-Sisi yang Menghidupkanmenampilkan tokoh utama yang berkecimpung di dunia seni khususnya seni lukis yang mengandalkan kemampuan otak kanan. Bali tidak lepas dari seni lukisnya.Banyak seniman terkenal yang berasal dari Bali. Secara tidak langsung Gallang menjadi gerbang pembuka bagi pembaca yang ingin mengetahui seni lukis di Bali. Namun, sayangnya Gallang tidak mengeksplor begitu detail dan hanya menggambarkan bagian-bagian kecil. Dalam hal ini Gallang lebih banyak bermain imajinasi,seperti kutipan berikut.
“Tumben,” gumannya lalu meraih kuas dan menunjuk satu guratan yang samar. “Takut. Kenapa aku takut Hawa?” katanya. “Goresan ini ragu-ragu, ada sedikit getaran dalam mengambil ancang-ancangnya.” Dia mengikuti garis itu hingga hilang di bawah merah. “Di sini dia putus seperti sengaja. Kau takut, Hawa. Ada apa?” tanyanya.(hlm.19-20)
Seni lukis di Bali terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan pariwisatanya. Perkembangan ini tidak lepas dari peran seniman asal Belanda yang memopulerkan Bali ke seluruh penjuru dunia dengan seni lukisnya. Pada tahun 1920-an banyak seniman dari Eropa dan Belanda datang ke Bali untuk melukis karena keunikan budaya Bali. Seniman asing ini melahirkan seniman-seniman lokal sehingga seni lukis di Bali berkembang hingga sekarang dan menjadi daya tarik wisata.
Sisi-Sisi yang Menghidupkanbanyak menghadirkan kearifan lokal bali, khususnya tempat-tempat pariwisata. Ubud, Bedugul, Kintamani dan padatnya Denpasar memenuhi isi cerita. Gallang berperan sebagai mediator yang memperkenalkan Bali kepada pembacanya. Membaca novel ini akan membawa kita merasakan sensasi pedesaan di Bali, salah satunya terlihat pada kutipan berikut.
“Aroma sejuk cemara serta bunga-bungaan chrysan serta gravel dan mawar membuatku membuka mata. Deretan semak bunga teromper menyambut mataku. Bunga-bunga terompet menyambut mataku. Bunga-bunga berwarna kuning terbalik serta bergoyang-goyang oleh hembusan angin Kintamai.”(hlm.57)
Semua bagian-bagian novel yang tersajitidak lepas dari latar belakang penulisnya. Gallang lahir dari keluarga yang mencintai seni.Tidak heran apabila karyanya masih berhubungan dengan dunia seni. Terlepas dari kecintaannya terhadap seni, Gallang lahir dan tumbuh di Bali yang kental akanagama Hindu dan adat istiadat. Namun, sayangnya Gallang masih kurang dalam mengeksplor pariwisata di Bali. Tempat-tempat yang didatangi oleh para tokohnya hanya sebagai tempelan-tempelan padahal masih banyak yang bisa digali dari Ubud, Bedugul, Kintamani, dan Denpasar.
Menyelami Sisi-Sisi yang Menghidupkan merupakan usaha untuk menyelami sisi-sisi yang hidup di sekitar kita. Dengan segala keterbatasan penulis dalam mengulas novel Sisi-Sisi yang Menghidupkan ini, penulis mengharapkansisi keilmuan, agama, seni dan liannya yang tersaji dapat memberikan pandangan hidup yang lebih luas. Ulasan lain novel ini dapat ditemukan pada bagian Catatan Penyunting dari Raudal Tanjung Banua dan I Wayan Sumahardika yang disampaikan dalam peluncuran buku Gallang Riang Gempita. [T]
Denpasar, 2019