Istilah ”nandurin karang awak” dipopulerkan oleh Pedanda Made Sidemen dalam geguritan salampah laku. Secara harfiah nandurin karang awak berasal dari Bahasa Bali yang berarti “menanami diri sendiri”. Kata nandurin berasal dari kata “tandur” artinya tanam “nandurin” artinya menanami, karang berarti tanah, awak berarti diri atau secara harfiah diartikan sebagai kegiatan menyemai di ladang diri atau mengisi ladang diri. Entitas ‘karang‘, ‘awak‘ dan ‘tandurin‘ sebenarnya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Namun, dalam kehidupan, ketiganya justru saling tergantung satu sama lain, dalam relasi oleh manusia dengan alam dan budaya agraris. ‘nandurin‘ menjadi representasi dari kegiatan pertanian, ‘karang‘ menjadi representasi alam, dan ‘awak‘ adalah representasi diri manusia. Jadi ketiga hal itu saling bergantungan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya.
Berangkat dari filosofi tersebut sesungguhnya kehidupan masyarakat Bali tidak bisa dipisahkan dari tiga unsur itu yaitu alamnya, kehidupan pertaniannya dan kehidupan manusianya.
Hal inilah yang memperkuat Bali hingga dikenal sebagai tempat yang paling indah di dunia karena alamnya yang indah didukung oleh manusianya yang memiliki kebudayaan tinggi serta konsep pertaniannya yang terpolarisasi melalui konsep Subak. Sesungguhnya patut disyukuri Bali dikarunai keindahan alam yang tiada tara. Bahkan dengan konsep nandurin karang awak orang Bali dituntut untuk terus mengisi diri sebanyak-banyaknya dengan pengetahuan yang tinggi, sebab hanya dengan pengetahuan yang tinggilah Bali akan bertahan.
Tanah-tanah Bali harus dijaga, harus dikelola oleh orang Bali jika tidak mau menjadi tamu di rumah sendiri. Orang Bali harus mampu menunjukan kualitas dirinya sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja dari asing yang menyerbu Bali dari berbagai lini. Jika manusia Bali hanya berleha-leha dan lupa mengisi diri (nandurin karang awak) maka habislah Bali ini, atau hanya akan jadi penonton di rumah sendiri.
Melalui spririt nandurin karang awak-lah (pendidikan yang layak dan berkualitaslah) Bali bisa menjaga generasi mudanya. Sebab generasi mudah Bali merupakan tumpuan Bali di masa yang akan datang.
Generasi muda Bali harus sadar akan pentingnya Nandurin Karang Awak, jangan hanya sebagai generasi penikmat, apalagi hanya bisa Ngadep Karang saja (menjual tanah saja) tanpa bisa menjaganya, maka orang Bali akan menjadi penonton di rumah sendiri. Modal utama Bali adalah manusianya, alamnya dan kebudayaannya,
Jika tiga hal ini hilang maka Bali tidak akan bisa bertahan sebagai kekayaan orang Bali lagi, sehingga ketiga hal ini mutlak harus dijaga demi generasi Bali di masa yang akan datang. [T]