20 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Pantai Broken Beach di Nusa Penida (Foto: Google/novanusapenida.com)

Pantai Broken Beach di Nusa Penida (Foto: Google/novanusapenida.com)

Broken Beach, Legenda Ular Raksasa dan Lemahnya Nilai Integritas serta Nilai Religius

I Made Sudarma by I Made Sudarma
July 19, 2019
in Opini
62
SHARES

Masa Lalu yang Menjadi Materi Penting Hari Ini

Menyajikan keindahan yang berbeda dan original menjadikan pantai ini sebuah magnet bagi para wisatawan. Ketika menyebut nama pantai, maka logika umum yang tergambar adalah hamparan pasir, lautan yang luas sejauh mata memandang, ataupun gulungan ombak yang datang silih berganti menyapu hamparan pasir yang luas.

Berbeda dengan pantai yang satu ini, bukan hamparan pasir, bukan lautan yang luas, bukan pula gulungan ombak yang datang silih berganti, yang dapat dinikmati. Pantai ini menyajikan menu wisata yang berbeda dan unik dari pantai-pantai lainnya.

Sebuah lubang besar menganga yang dikelilingi oleh tebing batu karang tua. Salah satu sisi tebing yang berbatasan langsung dengan laut, terdapat terowongan besar yang seolah-olah menjadi pintu untuk keluar masuknya air laut ke dalam lubang besar ini. Jadilah lubang besar ini seperti perangkap air laut. Ketika ombak besar datang, masuk dari terowongan pada salah satu tebing batu karang yang berbatasan langsung dengan laut, maka ombak akan menghantam sekeliling  batu karang yang seperti menjadi tembok lubang besar ini.

Saat itulah lubang besar yang menganga ini akan menyemburkan percikan air yang menyerupai semburan asap raksasa. Inilah keunikan yang membuat pantai ini berbeda dari pantai-pantai yang lainnya. Banjar Sompang, Desa Bunga Mekar, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali, Indonesia, adalah lokasi keberadaan pantai yang unik ini. Pantai ini adalah Pasih Uug atau yang lebih populer di kalangan wisatawan  dengan sebutan Broken Beach.

Tidak hanya keindahannya yang dapat dinikmati untuk sebuah referensi rekreasi dari pantai ini. Broken Beach tetap menyimpan masa lalu yang menarik untuk dipelajari sampai hari ini sebagai referensi ejukasi. Ada cerita/legenda yang tetap diyakini oleh masyarakat sekitar berkaitan dengan terbentuknya tempat dan

nama pantai ini. Keberadaan lubang besar dengan dikelilingi tebing batu karang di pantai ini menjadi rahim untuk melahirkan nama Pasih Uug.  Pasih Uug dalam terjemahan  Bahasa Indonesia menjadi “pantai yang rusak”. Ada sebuah nilai yang dapat  dipelajari dan dijadikan pedoman dalam konteks kekinian dari cerita/leganda asal muasal nama dan terbentuknya pantai ini.

Legenda Terbentuknya Broken Beach atau Pasih Uug

Banyak versi dan banyak sumber, baik itu dari sumber lisan, tertulis (cetak ataupun online), yang  menjelaskan tentang legenda terbentuknya tempat dan nama Pasih Uug yang sekarang lebih populer dengan nama Broken Beach. Dari banyak versi dan sumber itu, tulisan ini hanya mengambil legenda Pasih Uug atau Broken Beach versi dan sumber yang didapat dari internet, yaitu https://tempatwisatadibali.info/pasih-uug-nusa-penida-bali/.

Pasih Uug yang sekarang lebih populer dengan nama Broken Beach pada mulanya adalah sebuah banjar  yang konon didiami oleh banyak penduduk. Pada suatu hari, diceritakan ada seekor ular besar memasuki banjar tersebut. Oleh warga banjar, ular raksasa itu kemudian ditangkap lalu dibunuh dan dagingnya dimakan.

Setelah kejadian itu, pada malam harinya, datanglah seorang pria tua ke banjar itu. Pria tua itu kemudian memberikan nasihat kepada warga banjar untuk tidak lagi melakukan penangkapan dan pembunuhan ular, seperti yang telah dilakukan siang tadi. Menurut nasihat si pria tua itu, penangkapan dan pembunuhan binatang tanpa alasan yang jelas merupakan perbuatan yang salah. Mendengar nasihat seperti itu, warga banjar mengaku tidak pernah menangkap dan membunuh ular. Perdebatan pun terjadi.

Warga banjar tetap bersikukuh mengaku tidak pernah melakukan penangkapan dan pembunuhan terhadap seekor ular. Mereka bahkan menuduh si pria tua telah memfitnah banjar mereka. Namun si pria tua itu juga bersikukuh bahwa mereka telah melakukan penangkapan dan pembunuhan terhadap seekor ular. Pria tua itu seolah-olah melihat apa yang telah dilakukan oleh warga banjar tadi malam, sedangkan warga banjar mengaku tidak pernah menangkap dan membunuh seekor ular.

Perdebatan tidak kunjung selesai. Warga banjar dan si pria tua masih tetap pada argumen masing-masing. Mereka sama-sama mengaku benar dan tidak berbohong. Di tengah-tengah kebuntuan dalam perdebatan itu, si pria tua mengusulkan sebuah syarat kepada warga banjar untuk membuktikan kejujuran mereka. Si pria tua mengeluarkan sebatang lidi daun kelapa lalu menancapkannya ke dalam tanah.

Pria tua lalu berkata, “ Apabila kalian bisa mencabut lidi ini, maka kalian tidak berbohong dan tidak pernah melakukan pembunuhan terhadap ular itu. Akan tetapi bila kalian tidak dapat mencabut lidi yang saya tancapkan ini, itu berarti kalian telah berbohong dan kalian telah membunuh ular itu”.

Mendengar perkataan si pria tua itu, warga banjar pun menyepakati. Dalam pikirin mereka, tidak terlalu sulit untuk mencabut sebuah lidi yang sangat kecil itu. Menurut mereka, jangankan mereka yang telah dewasa, anak kecilpun pasti akan dapat mencabut lidi itu. Mereka sangat yakin bahwa kali ini si pria tua tidak dapat membuktikan tuduhannya. Perbuatan dan kebohongan mereka pasti akan tetap tersembunyikan oleh lidi yang akan mereka cabut dengan mudah.

Setelah warga banjar menyepakati usul yang diberikan oleh si pria tua itu, maka secara bergantian semua warga banjar berusaha mencabut lidi yang telah ditancapkan itu. Warga banjar secara bergantian mencabut lidi yang tertancap di tanah. Namun sayang, tidak satupun warga banjar yang berhasil mencabut lidi itu.

Setelah semua warga banjar tidak berhasil mencabut, si pria tua itulah yang  kemudian mencabut lidi yang telah ditancapkan. Si pria tua memegang lidi yang tertancap di tanah, kemudian dengan sekuat tenaga, lidi itu dicabutnya. Lidipun tercabut dari tanah. Tiba-tiba saja, bekas tancapan lidi itu menyemburkan air yang sangat besar. Semakin lama, semburan air semakin besar.

Semburan air inilah yang akhirnya menenggelamkan banjar dan seluruh isinya. Semua warga banjar tenggelam, kecuali warga yang kebetulan ada di luar banjar saat itu. Bekas-bekas kehancuran itu masih bisa dilahat sampai sekarang, yaitu berupa tanah dengan lobang besar dengan dipenuhi oleh air laut. Banjar atau tempat yang tenggelam  inilah yang sampai sekarang dikenal dengan nama Pasih Uug atau yang populer disebut dengan nama Broken Beach.

Lemahnya Nilai Integritas dalam Penghianatan Sebuah  Kejujuran

Legenda terbentuknya Broken Beach atau Pasih Uug adalah masa lalu. Namun dari legenda yang berkembang di tengah-tengah masyarakat itu, ada sebuah nilai yang bisa dipelajari. Kejujuran  adalah sebuah nilai yang harus diperjuangkan bukan dipermainkan atau dihianati. Ada konsekuensi ketika kejujuran itu dihianati. Legenda Pasih Uug telah membuktikan itu.

Warga banjar dalam legenda Pasih Uug atau Broken Beach  tidak jujur untuk mengakui perbuatan yang dilakukan. Kualitas kejujuran dan prisip moral yang dimiliki oleh warga banjar tidak kuat. Ini artinya nilai integritas mereka begitu lemah. Mereka lupa bahwa menghiati nilai integritas dalam sebuah  kejujuran yang diabaikan akan berdampak sangat besar dan global. Lihat saja, bagaimana seluruh warga banjar secara kompak menyembunyikan perbuatan mereka.

Mereka bahkan tidak mau menerima ketika ada seseorang (Si pria tua) yang mengingatkan kalau perbuatan membunuh ular tanpa alasan yang kuat adalah tidakan yang salah dan tidak boleh dilakukan. Mereka tetap bersikukuh tidak pernah melakukan pembunuhan seekor ular. Di sinilah sebenarnya mereka telah melakukan pembohongan atau bertindak tidak jujur, karena sesungguhnya mereka telah melakukan pembunuhan terhadap seekor ular.

Mereka sesungguhnya tidak bisa lari dari kebohongan yang bermaksud disembunyikan, sebab kebohongan serupa dengan asap yang tidak mungkin untuk disembunyikan dalam kurun waktu yang abadi. Konsekuensinya nyata. Ketika diuji kebohongan dengan sebatang lidi, mereka tidak bisa mencabut lidi dan terbukti berbohong. Akibat dari kebohongan itu adalah hancurnya banjar dan kehidupan mereka. Disinilah nilai integritas itu ada. 

Dari legenda Pasih Uug atau Broken Beach ini kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa kebohongan dan ketidakjujuran hanya akan melahirkan bencana dan kesengsaraan dalam hidup, baik bagi warga banjar (konotasi kekiniannya sebagai warga negara) ataupun bagi banjar (konotasi kekiniannya sebagi sebuah negara) itu sendiri. Dengan demikian, nilai integritas dalam sebuah kejujuran harus tetap dipegang teguh dan tidak boleh dihianati oleh siapapun. Ketika kejujuran dihianati, maka kehancuran yang akan didapat.

Hilangnya Nilai Religius dalam Putusnya Konsep Tri Hita Karana

Dalam kearifan lokal Hindu Bali, ada sebuah konsep yang mengajarkan keselarasan untuk menjaga agar dunia ini tetap harmonis. Konsep ini dengan tegas menggariskan bahwa dunia akan tetap harmonis jika hubungan atara manusia dengan lingkungannya dan antara manusia dengan Tuhannya tetap terjaga dengan baik. Tidak boleh ada yang saling menyakiti satu dengan yang lainnya. Ketika manusia merusak lingkungannya, baik biotik ataupun abioti, maka sesungguhnya manusia telah mengingkari keberadaan Tuhannya.

Jika itu terjadi, maka manusia dan lingkungannya akan hancur. Hal ini terjadi karena sesungguhnya semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan Tuhan. Inilah sesungguhnya yang dimaksud dengan nilai religius.

Dalam legenda Pasih Uug atau Broken Beach yang telah diyakini sejak dulu itu, telah memberikan bukti bahwa sebuah banjar menjadi hancur karena warga banjar telah memutus konsep Tri Hita Karana itu, yaitu membunuh seekor ular . Hal ini karena seekor ular adalah bagian dari lingkungan manusia itu sendiri, yang merupakan bagian dari rantai makanan yang tidak boleh diputus oleh manusia secara membabi buta.

Ular atau binatang lainnya harus dimanfaatkan dan juga dijaga untuk kelangsungan hidup, bukan dimusnahkan tanpa ada manfaat yang jelas. Inilah nilai religius yang hilang, yang disampaikan dalam legenda Pasih Uug atau Broken Beach yang harus dijadikan materi penting untuk mengembalikan nilai religius itu dalam bermasyarakat dan bernegara. Ketika nilai religius ini hilang dalam kehidupan manusia, maka kehancuran bagi manusia itu telah menunggu. Pasih Uug atau Broken Beach telah membuktikan itu.

Demikianlah Pasih Uug atau yang lebih dikenal dengan Broken Beach. Tempat ini tidak hanya menarik untuk dikunjungi dan dinikmati keindahan alamnya, tetapi juga dapat dijadikan referensi penting dalam bermasyarakat dan bernegara.

Legenda  tentang tempat ini telah menunjukkan betapa besar resikonya ketika nilai integritas itu lemah dan nilai religius dihilangkan dalam kehidupan manusia tanpa ada upaya untuk mengembalikannya lagi. Kehancuran telah menunggu. Pasih Uug atau Broken Beach telah menjadi bukti lemahnya nilai integritas dan nilai religius yang dapat dijadikan pelajaran untuk menguatkan kembali nilai-nilai itu kepada generasi bangsa ini. [T]

Tags: baliBroken Beachdesa wisataNusa PenidaPariwisatareligiuswisata
I Made Sudarma

I Made Sudarma

Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Nusa Penida

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Foto ilustrasi: Mursal Buyung
Kiat

Tips Menghadapi OKK/Ospek dengan Cara Aneh, Unik dan Luar Biasa

  HAI, mahasiswa baru, apakah kamu gelisah menghadapi detik-detik OKK (Orientasi Kegiatan Kampus) atau Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus)? ...

February 2, 2018
Ilustrasi: Putu Ebo
Fiksi

Putri Ise dan Negeri Harapan – “Healing Story” untuk Anak yang Susah Minum Obat

INI perjalanan terpanjang yang pernah Putri Ise alami, perjalanan ke Negeri Harapan. Bersama kedua orangtua, pengawal, dan rakyatnya Sang Putri ...

February 2, 2018
Tabu Project mempertunjukan karyanya di Cush Cush Gallery
Ulasan

Tabu Project: Dialog Tentang Tabu yang Rancu

Tentang Tabu Project, Kelompok Kolaboratif Penerima Hibah Seni Kelola 2019 Penerima Hibah Seni Kelola 2019 kategori Karya Kolaborasi Inovatif, Tabu ...

December 29, 2019
Foto sebagai ilustrasi, diambil dari grup akun jual-beli di facebook
Opini

Apa dan Siapa Intelektual Muda Hindu yang Dimaksud Ngurah Suryawan?

Tulisan Ngurah Suryawan berjudul “Saru Gremeng Intelektual Muda Hindu” di tatkala.co sungguh keren. Pertama, tulisan itu mengangkat kembali khasanah kosakata ...

September 20, 2019
Sumber foto: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Indonesia
Esai

Tak Ada Alat Pendeteksi Gempa, Yang Ada Si “Buoy” Pendekteksi Tsunami

GEMPA tak bisa diprediksi. Ini pengetahuan yang selalu saya pegang, sehingga harus paham betapa pentingnya melakukan mitigasi bencana, juga mengubah ...

October 12, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Foto : Dok. Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan
Acara

Lomba Tari Bali dan Lomba Busana | Festival Budaya XI Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan

by tatkala
January 20, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Bangli Abad XII | Dan Potensi Masa Kini

by IGA Darma Putra
January 20, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1352) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (3) Khas (309) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In