15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tirtayatra ke Jawa, Rekreasi atau Panggilan Hati?

dr. Ketut Suantarabydr. Ketut Suantara
July 18, 2019
inEsai
Si Perantau Tanggung: Asal Tabanan, Lahir di Buleleng, Domisili Negaroa
63
SHARES

Tirtayatra ke Gunung Bromo

Kabut mulai turun menyelimuti pegunungan Tengger sore itu. Senja mulai membayang, sang surya tampak bersembunyi di balik kabut.

“Tenang saja, Pak, jam 5 sore pasti kita sudah sampai di atas, untuk melihat sunset di Bromo,” hibur pengemudi mobil travel yang kami tumpangi  ke sana.

“Melihat matahari terbenam dari puncak gunung?” gerutu saya dalam hati. Barangkali ada yang salah dengan pemahamannya tentang ilmu geografi. Atau dia sekedar menghibur kami yang terlihat kecewa, belum sampai juga ke ujung perjalanan ritual  hari itu.

Hari mulai gelap saat kami memasuki kawasan wisata Gunung Bromo. Dalam hati saya berpikir, pantas saja kami mendapatkan kendaraan angkutan mobil berpenggerak ganda (biasanya jenis hardtop) dengan harga jauh lebih murah dari kabar yang kami dengar dari mereka yang lebih dulu berkunjung ke sana.

Karena kami ke puncak saat hari sudah menapak senja. Siapa juga yang datang jauh-jauh ke Bromo tanpa niat menyaksikan fenomena alam terbitnya sang surya di ufuk timur. Yang memaksa para pencari untuk berangkat dini hari dari bawah, melawan gelap malam dan dinginnya pegunungan Tengger.

Sesosok pemotor tampak mengikuti rombongan kami. Dan  saat kami  memasuki kawasan wisata Bromo, dia menghentikan laju kendaraan .

“Selamat sore, Pak, Bapak dan rombongan  mau sembahyang ke Pura Luhur ya? Kebetulan Bapak adalah rombongan terakhir untuk hari ini, mohon berkenan menunggu sebentar di bawah nanti saya jemput pemangkunya.”

Tampak wajah yang ramah dan ketulusan sikap yang tak dibuat-buat dari bapak pemotor tadi, yang ternyata adalah pengempon pura yang ada di tengah areal lautan pasir gunung Bromo. Kemungkinan dari bawah dia sudah melihat rombongan kami dengan pakaian sembahyang , jadi dia beranikan diri untuk memberikan petunjuk.

15 menit kemudian rombongan sampai di areal pura,  tampak bapak yang tadi sudah duluan sampai di sana, dan di bagian dalam Pura sudah duduk dengan khidmat pemangku untuk menghantarkan persembahyangan kami.

Sambutan bersahabat, wajah-wajah antusias untuk membantu, jamak kita temukan saat melaksanakan kegiatan tirtayatra ke Pura-Pura yang ada di luar pulau Bali, khususnya Jawa yang pernah saya kunjungi.

Saat nangkil ke pura di kaki gunung Arjuno, kami melihat komunitas Hindu disana sedang bergotong royong untuk persiapan upacara beberapa hari ke depan. Tampak mereka melaksanakannya dengan antusias dan senyum yang tak lepas dari wajah, disertai gelak canda diantara mereka. Di daerah Blambangan , Jawa timur sisi selatan sambutan serupa juga telah kami temui.

Antusiasme masyarakat Bali untuk bersembahyang keluar Bali, bukanlah hal yang baru lagi. Mungkin sudah dimulai sejak puluhan tahun yang lalu. Seiring dengan meningkatnya perekonomian masyarakat Bali secara umum dan terutama kemajuan penyebaran informasi lewat media sosial belakangan ini.

Terlihat peningkatan yang massif dalam arus perjalanan suci tersebut. Dan sebagai seorang Komuter yang saban hari melintasi jalur Denpasar Gilimanuk, sering saya lihat rombongan dalam jumlah yang besar untuk melaksanakan ritual itu. Sedang beristirahat atau mepamit di Pura dang kahyangan Rambut Siwi yang memang berada di jalur itu.


Penulis dan istri saat tirtayatri ke Bromo

Dan ini menimbulkan sedikit apriori di hati kecil saya saat melihatnya. “Mengapa mesti jauh-jauh mencari pura sampai keluar pulau melintasi laut, apakah Pura Keluarga atau merajan di rumah sendiri sudah rutin di sembahyangi?” Begitu gerutu saya dalam hati kalau kebetulan melihat rombongan bis yang berjajar di parkiran Pura tersebut.

Terlepas dari motivasi untuk rekreasi, dan tak ada yang salah dengan hal itu. Kesempatan untuk melihat sesuatu yang tak kita temui di Bali, merasakan kehangatan dari sesama saudara sekeyakinan seperti yang saya ceritakan diatas, barangkali juga merupakan suatu daya tarik, yang memaksa kita untuk selalu ingin kembali kesana, seperti yang kita alami.

Menjadi minoritas Hindu di tempat yang kebanyakan masyarakatnya  punya keyakinan lain dengan kita, barangkali mempunyai keindahan dan tantangannya sendiri, ada onak dan durinya juga pasti.

Teringat sebuah ungkapan entah oleh siapa. “Saat menjadi  minoritas, keberanian anda diuji, dan saat menjadi mayoritas, toleransi anda dinilai”.

Dari sekelebat pengalaman menengok saudara kita penganut agama Hindu di pulau Jawa, barangkali ungkapan itu terasa jauh. Sepertinya mereka tak perlu keberanian extra untuk menjalankan kewajiban dan keyakinannya tersebut di daerah mayoritas umat lain itu.

Untuk menjelaskan situasi ini, ada baiknya saya mengingatkan kembali beberapa peristiwa yang gamblang menggambarkan situasi ini.

Beberapa tahun yang lalu, Iwan Fals, penyanyi kesayangan sebagian rakyat Indonesia, termasuk saya. Pernah disangkakan hendak melecehkan agama Hindu, dengan memasang gambar seorang Dewa agama Hindu di cover depan albumnya. Dengan diplomatis dia menjawab : “Hindu adalah agama tertua di Indonesia, agama nenek moyang kita. Itu artinya dalam diri saya pun ada setidaknya ada percikan keyakinan tersebut. Jadi tak ada niat sedikitpun dari saya untuk menghina agama Hindu”.

Dan kebetulan saya sedang menyelesaikan membaca buku Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Ada sebuah dialog yang  sangat menyentuh. Sandisman, seorang anggota legiun Mangkunegaran, pasukan elite Mataram waktu itu. Melarikan diri dari kesatuannya karena menolak untuk ikut berperang, melawan kerajaan Klungkung di Bali . Alasannya saat di tanya oleh tokoh sentral cerita (Minke), “Kenapa kau tak mau berangkat ke Bali bersama pasukanmu?“

Jawabnya lirih, “Yang saya tahu, nenek moyang kami, orang Jawa dan orang Bali sama, jadi mengapa kami memerangi saudara sendiri? “

Terlepas dari alasan di atas, saya sendiri meyakini dari lubuk hati terdalam sampai saat ini. Toleransi adalah watak alami masyarakat Indonesia yang sudah mendarah daging bagi kita. Dan kita berharap tetap bisa kita pertahankan sampai akhir zaman. Dan kalaupun ada beberapa orang atau golongan yang saat ini terlihat begitu gencar meneriakkan semangat intoleransi-nya. Marilah kita yakini bersama, bahwa merekalah minoritas yang sebenar benarnya di negeri ini.

Akhirnya, kalau ditanyakan tujuan, alasan, maupun motivasi mereka yang gemar menempuh perjalanan jauh untuk mencapai  Pura ataupun tempat suci yang ada di seberang selat Bali itu. Mungkin  akan ada puluhan alasan yang berbeda pada setiap orang yang ditanya. Tapi dari berbagai sudut pandang, tak akan ditemukan satu suara sumbang pun.

Secara ekonomi, kegiatan ini menggerakkan roda perekonomian cukup massif, pemilik travel/angkutan, penjual oleh-oleh, penjual makanan dan minuman di dekat lokasi, penginapan. Semua akan kecipratan kuenya. Secara sosial budaya pun, akan terjadi komunikasi yang intens antar budaya, karena kesamaan keyakinan walaupun beda suku ini.


Keceriaan tirtayatra

Secara pribadi akhirnya saya pun tak akan alergi dengan kegiatan kegiatan seperti ini lagi. Karena saya sendiri merasakan kenikmatannya. Khusus perjalanan terakhir ini, saya merasa ada sesuatu yang cukup istimewa. Anak sulung saya memulai perjalanan dengan kondisi sakit, badannya demam dan dia mulai pilek ringan.

Kami sebenarnya sangat mengkhawatirkan kondisinya di perjalanan yang panjang nanti. Ternyata setelah perjalanan , tiga hari tiga malam. Sembahyang di beberapa pura, terpapar cuaca dingin dan padang pasir Bromo, melukat (setengah mandi) tengah malam di Gresik. Akhirnya sampai pulang kembali ke Bali pun dia dalam kondisi sehat walafiat. Barangkali saya punya dua penjelasan tentang  hal ini.

Secara medis, suatu kegiatan yang menyenangkan, dalam hal anak saya bisa berkumpul dengan semua sepupunya sebaya,melihat daerah baru,menikmati  situasi baru ( kami menyelingi kegiatan dengan wisata ke tempat yang indah ) akan merangsang keluarnya adrenalin  dan endomorfin(morfin alami), yang berfungsi meningkatkan vitalitas dan menjaga kebugaran tubuh. Ini yang membuatnya terhindar dari serangan sakit yang lebih parah.

Dan yang kedua, saya sendiri menganggap perjalanan kami  , sudah direstui oleh para leluhur, karena perjalanan  inipun salah satunya bertujuan  untuk memuja beliau, karena tanpa adanya leluhur kita tak kan ada di dunia ini sekarang, seperti dialog di buku Pram tadi. “ Bukankah nenek moyang orang Jawa dan orang Bali sama ?”

Kalaupun suatu saat nanti  istri atau anak saya tiba-tiba menuntut, “Ayah liburan nanti, kita mau tirtayatra ke mana lagi nih?”

Pasti akan saya jawab dengan lugas: “Ayo, siapa takut?” [T]   

Tags: Gunung BromojawaJawa TimurPurarekreasitirtayatra
Previous Post

Atmosfir Perbatasan -[Kenangan Jurnalis dari Sebatik]

Next Post

Broken Beach, Legenda Ular Raksasa dan Lemahnya Nilai Integritas serta Nilai Religius

dr. Ketut Suantara

dr. Ketut Suantara

Dokter. Lahir di Tista, Busungbiu, Buleleng. Kini bertugas di Puskesmas Busungbiu 2 dan buka praktek di Desa Dapdaputih, Busungbiu

Next Post
Broken Beach, Legenda Ular Raksasa dan Lemahnya Nilai Integritas serta Nilai Religius

Broken Beach, Legenda Ular Raksasa dan Lemahnya Nilai Integritas serta Nilai Religius

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

by Hartanto
May 15, 2025
0
‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

SELANJUTNYA, adalah lukisan “Dunia Ikan”karya Made Gunawan, dengan penggayaan ekspresionisme figurative menarik untuk dinikmati. Ia, menggabungkan teknik seni rupa tradisi...

Read more

Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

by Gede Maha Putra
May 15, 2025
0
Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

SIANG terik, sembari menunggu anak yang sedang latihan menari tradisional untuk pentas sekolahnya, saya mampir di Graha Yowana Suci. Ini...

Read more

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co