18 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kita Ini Sekumpulan Sedih

IGA Darma PutrabyIGA Darma Putra
July 17, 2019
inEsai
Swastyastu, Nama Saya Cangak
35
SHARES

Ngaku saja kalau ada perasaan yang selalu kita sembunyikan rapat-rapat. Kebanyakan dari kita sering tidak jujur. Bukan hanya kepada orang lain, juga kepada diri. Tapi tidak mungkin berbohong pada “diri”, sebab ia melihat segalanya. Karena ia melihat segalanya, ia disebut sebagai salah satu saksi di antara tiga belas jenis saksi.

Kesedihan adalah kenyataan yang sering kita tepis dengan segala macam jurus. Mulai dari mencari obatnya di luar, sampai mengoreknya di dalam. Di luar dicarinya pada gunung, laut, danau, langit, bulan, bintang, buku-buku, dan seterusnya. Pencarian itu dijadikannya obat sedih, meski bukan yang paling mujarab.

Di dalam dikorek-koreklah batinnya yang bergejolak kuat seperti ombak laut. Kebanyakan orang mengorek hal yang sama, yang ingin dipahaminya adalah masa lalu yang konon jadi penyebab kesedihannya di masa sekarang. Setelah tahu lalu apa? Tindak selanjutnya adalah penyikapan. Beda orang, beda penyikapan. Tiap penyikapan diikuti resiko yang berbeda pula. Tiap resiko selalu berkembang dan menjadi suka-duka yang baru. Ini sudah seperti lingkaran yang tiada henti.

Jika orang sudah terlanjur terjebak ke dalam lorong suka-duka, ilmu pengetahuan dan agama sudah tidak lagi berguna. Suka-duka itu sumber dari segala kebingungan. Karena bingung, tidak satu pun sastra bisa dipahami dengan benar. Meskipun paham, orang bingung cepat melupakannya. Kurang sedih apa lagi kita ini?

Belum cukup hanya level kesedihan segitu, kesedihan itu dilanjutkan lagi. Kelanjutannya adalah, kita tidak tahu cara menghilangkannya. Apa sebenarnya obat sedih yang tak terperikan itu? Nirartha Prakreta menganalogikan kesedihan seperti langit malam yang hitam pekat. Di dalamnya juga disebutkan jawaban tentang bagaimana cara menghilangkan kesedihan. Caranya adalah dengan angiket lambang. Artinya membuat karya sastra.

Barangkali memang demikian, tiap-tiap penyair mengekspresikan kesedihan lewat kata-kata yang tertulis. Kesedihan itu bukan lagi hanya pada tataran kedukaan karena kehilangan, tapi lebih luas. Kesedihan bisa menjangkiti karena banyak sekali sebab. Singkatnya, karena segala yang dicari tidak ketemu. Yang ditemukan, bukan yang dicari. Segala yang dinanti tidak datang. Yang datang bukan yang dinanti. Yang dipelajari tidak dipahami. Segala yang dipahami hilang begitu saja seperti embun pagi. Tidak jelas hilangnya, antara jatuh atau menguap bersama udara.

Kita ini diibaratkan seperti katak yang hidup di telaga yang ditumbuhi teratai. Seberapa cerdasnya katak, tidak mungkin paham sari-sari teratai. Kesedihan yang dialami pun begitu. Kita yang hidup bersama dengan kesedihan, gagal paham tentang kesedihan yang dialami sendiri. Kesedihan jadi berlipat-lipat. Karena sedih adalah perasaan, jadi kita ini tidak paham pada perasaan sendiri.

Untuk menyiasatinya, carilah orang lain untuk berkeluh kesah. Sebab orang lain itu, seperti kumbang yang datang dari jauh dan paham bagaimana cara menghisap madu teratai. Sambil menghisap madu, ia akan berdenging seperti nasihat orang-orang bijaksana. Suaranya indah dan menyediakan banyak hal untuk direnungkan. Meskipun belum tentu juga, kumbang itu paham apa yang sedang dilakukannya. Tapi katak seperti kita, cukuplah menjadi lega karenanya.

Para ikan yang saya hormati dan saya banggakan. Maka dari itu, hanya kepada orang bijaksanalah semestinya kita ini memohonkan petunjuk. Orang bijaksana yang pikirannya sudah tenang hening itulah patut dijadikan teman. Orang yang demikian diibaratkan seperti surga yang menawarkan keindahan. Jangan sering marah-marah, selain kita jadi cepat tua, kemarahan membuat kita terjerumus pada kebingungan.

Agar lebih aman, jangan berteman dengan mereka yang licik dan culas. Karena kita hanya akan diberikannya kesedihan. Ada banyak kemudian janji-janji yang tidak ditepati. Tentu saja tidak ditepatinya janji karena itu tidak menguntungkan baginya. Seperti angsa yang berkawan dengan goak. Semua keluarga angsa habis dimakannya. Makanya haruslah hati-hati dan pelan-pelan.

Kita bisa berguru kepada kumbang tentang kesabaran dan pelan-pelan. Ia menghisap madu selalu pelan. Lihat juga rembulan, dari tilem menuju purnama, ia benderang pelan-pelan. Kesabaran selalu berbuah yang indah. Lihat saja pohon beringin yang besar itu. Yang kita beri saput poleng dan meneduhkan. Ia berasal dari biji yang sangat kecil. Ia tumbuh pelan-pelan.

Jadi ada banyak hal yang mesti kita lakukan dengan pelan-pelan. Belajar salah satunya. Orang tidak boleh belajar grasa-grusu. Apalagi kemaruk. Belajar satu persatu, agar satu pelajaran benar-benar dipahami. Einstein tidak mudah menyimpulkan segala pengetahuannya, ia pastilah belajar pelan-pelan. Sama seperti orang naik gunung. Haruslah pelan-pelan dan hati-hati. Meski waktu berjalan sangat cepat, dan dunia global maju pesat, kita tetap berjalan pada satu jalan dengan kehati-hatian dan pelan-pelan. Intinya adalah kemajuan, bukan kemunduran. Apalagi kemunduran cara berpikir. Biarkan saja rambut yang semakin mundur karena berpikir, bukan hasil pemikiran.

Pelan-pelan dan hati-hati juga penting dilakukan ketika melayani pemimpin. Tidak mudah melayani pemimpin, apalagi pemimpin yang banyak maunya. Kadang ia A, kadang ia Z. Hanya satu kata untuk menghadapinya: sabar. Orang sabar adalah orang sadar. Ada satu rumus lagi untuk kaum laki-laki. Tapi jangan bilang siapa-siapa. Ini cukup jadi rahasia di antara kita saja. Konon, merawat hati wanita pun haruslah sabar. Hati mereka seperti biji pohon beringin tadi. Rawatlah dan lindungi. Mereka bukan makhluk lemah, tapi perlindungan tetap harus kita berikan. Jika akarnya sudah kuat dan besar, ia yang akan melindungimu dari segala cuaca. Ya kan?

Rumus itu tidak hanya berlaku untuk perlakuan laki-laki pada wanita. Ia bisa diaplikasikan pada tiap orang. Rawatlah hati orang-orang yang kita temui. Sirami akarnya dengan kejujuran. Pupuk ia dengan kesetiaan. Apalagi yang lebih menyehatkan dari itu semua? Pada gilirannya nanti, kita ini akan saling memerlukan. Entah itu dikatakan atau tidak. Tiap perbuatan orang pada kita adalah hutang. Tiap perlakuan kita pada orang lain adalah ikhlas. Biarkan alam semesta bekerja dengan caranya.

Itulah yang saya pelajari selama pengembaraan saya bertemu dengan berbagai jenis burung Cangkak di sepanjang garis waktu ini. Tentu saja ada banyak Cangak di dunia ini. Tapi kebanyakan dari mereka sangat lihai menyamar. Bahkan ia lebih lihai dari seekor musang yang meminjam bulu domba. Saking lihainya, ia pintar menyulap kambing putih jadi hitam. Orang tidak akan mampu membedakan mana Cangak mana bukan. Ia tidak perlu meminjam bulu pada siapa saja. Ia cukup membawa dirinya sebagaimana adanya, lalu banyak ikan akan percaya.

Hati-hati memberikan kepercayaan. Apalagi kepercayaan bisa mengubah kita jadi babi yang buta. Kalau sudah jadi babi buta, kita tidak lagi paham, mana sari mana tai. Kalau sudah di jalan yang salah, apalagi yang bisa terjadi kalau bukan penyesalan. Apalah penyesalan kalau bukan kesedihan. Sekali lagi, kita ini memang sekumpulan kesedihan [T]

Tags: cangakdukacitaPengetahuanrenungansastrasukacita
Previous Post

BPS-ku Sayang, BPS-ku Malang

Next Post

Terima Kasih, Singaraja…

IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

Next Post
Siapa Orang yang Paling Baik?

Terima Kasih, Singaraja...

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Rasa yang Tidak Pernah Usai

by Pranita Dewi
May 17, 2025
0
Rasa yang Tidak Pernah Usai

TIDAK ada yang benar-benar selesai dari sebuah suapan terakhir. Kadang, bukan rasa yang tinggal—tapi seseorang. Malam itu, 14 Mei 2025,...

Read more

Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

by Gading Ganesha
May 17, 2025
0
Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

PULAU Bali milik siapa? Apa syarat disebut orang Bali? Semakin saya pikirkan, semakin ragu. Di tengah era yang begitu terbuka,...

Read more

‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

by Hartanto
May 16, 2025
0
‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

KARYA instalasi Ni Komang Atmi Kristia Dewi yang bertajuk ; ‘Neomesolitikum’.  menggunakan beberapa bahan, seperti  gerabah, cermin, batu pantai, dan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co