Imunisasi adalah suatu metode medis yaitu dengan sengaja memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia atau binatang untuk kemudian dapat memicu timbulnya kekebalan tubuh penerimanya. Vaksin adalah suatu zat yang merupakan bentuk produk biologi yang diketahui berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan.
Secara filosofis, tubuh kita, baik secara fisik maupun mental perlu diberikan stres agar tumbuh kuat dan matang. Vaksinasi dapat memastikan kuman atau produknya (antigen) yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia itu telah dilemahkan. Namun fenomena biologis bukanlah keadaan yang niscaya dapat direncanakan secara menyeluruh. Seseorang dapat saja terinfeksi kuman yang kekuatan virulensinya utuh lalu menimbulkan gejala infeksi yang berat. Darinya kemudian akan ada dua peluang, orang itu sembuh dan menjadi kebal atau sebaliknya, hidupnya akan berakhir.
Artinya, kekebalan dapat diraih dengan vaksinasi juga dari pertarungan tubuh melawan mikroorganisme ganas.
Sesungguhnya selalu ada ganjaran dari setiap peristiwa hidup, entah ia itu fenomena biologi mikroskopik (biokimia) atau dalam skup hidup dinamika biososial dan sosiokultural. Ini takluk pada hukum sebab akibat atau kekekalan energi. Itulah kenapa kita semestinya selalu dapat mengambil nilai-nilai dari setiap peristiwa.
Makin banyak peristiwa, makin banyak stres dan makin banyak dinamika akan dapat membawa kian banyak nilai-nilai. Bahkan makin banyak hutang sekalipun akan dapat memicu energi untuk lebih produktif. Maka produktivitas tak harus lahir dari keadaan-keadaan ideal, tak sedikit orang-orang sukses adalah kebangkitan dari keterpurukan mirip seperti kekebalan tubuh yang dipicu dari pertarungan tubuh dengan virus atau bakteri ganas.
Berlari, bersepeda, berenang atau bermain tenis adalah memberi stres pada fisik, oleh karenanya orang menyebutnya sebagai stres fisik. Sudah dikonfirmasi, sel-sel tubuh kita, baik sel-sel otot, tulang atau sel saraf akan lebih dipacu pertumbuhannya jika ia distimulasi dengan gerakan yang cukup dan teratur. Sebaliknya, diam tak bergerak dalam jangka waktu yang lama membuat masa otot mengecil atau atrofi.
Pun akibat imobilisasi yang lama dapat membuat tulang menjadi rapuh (osteoporosis). Ini sering kita jumpai pada pasien-pasien sakit berat yang membuatnya terikat di tempat tidur dalam jangka waktu yang lama (bed ridden). Selemah apapun mereka, selalu otot-ototnya harus digerakkan. Sel-sel otaknya pun mesti digojlog dengan latihan memori dan analisa. Stres fisik membuat adaptasi peparu dan jantung manusia menjadi lebih baik. Artinya paru-paru perlu dilatih mengalami “sesak nafas” dengan latihan berenang misalnya. Hingga jika suatu saat terjadi keadaan kekurangan oksigen maka tubuh cukup mampu beradaptasi. Jadi, betapa pentingnya stres itu!
Stres, lebih populer dipahami sebagai guncangan psikis. Apakah ini juga kita perlukan? Telah disepakati, stres inilah yang paling sulit untuk diatasi. Karena ia perlu modal ikhlas dan kebesaran jiwa. Artinya cuma sedikit kontribusi elemen-elemen eksternal dalam penyembuhannya. Ia lebih banyak menuntut kekuatan internal. Beruntunglah jika seseorang dapat lolos dari stres semacam ini.
Jika tidak, seseorang dapat mengalami gangguan kejiwaan atau bahkan berakhir di tiang gantungan. Walau tak seorangpun dari kita berharap mengalami stres psikis, namun hidup bukanlah sebuah fenomena yang seutuhnya dapat kita atur. Ia dapat saja datang tanpa diundang. Maka seperti macam-macam stres di atas, stres psikis pun sudah pasti akan dapat melatih kekuatan mental manusia.
Mudah kita amati pada pengalaman para atlit yang kalah dalam berlomba atau bertanding. Hingga dari sanalah kemudian lahir istilah mental juara. Satu istilah untuk menerangkan, seseorang atau team yang punya mental pemberani tak gentar melawan siapapun lawan atau yang dapat kemudian bangkit menang dari ketertinggalan. Pele, legenda Brazilia pun mengakuinya dengan kata-katanya yang terkenal, “Kesuksesan tak ditentukan dari banyaknya kemenangan yang diraih, namun dari cara kita menyikapi kekakalahan”. Itulah kenapa olahraga itu penting.
Bagaimana jika kita tak sekalipun pernah mengalami stres psikis, lalu bagaimana cara kita melatih mental agar menjadi kuat? Selalu ada cara sederhana, selalu ada rahasia menarik dalam hidup. Jika toh sampai saat ini hidup kita sedemikian indahnya hingga tak pernah mengalami kesedihan, akan selalu ada peluang suatu saat kita akan mengalaminya.
Kita dapat melatih kekuatan mental kita dengan ikut bersedih secara mendalam hingga menyentuh sukma terdalam kita (empati) atas kesedihan dan penderitaan sesama yang terjadi di sekitar kita. Jika suatu hari kita harus mengalami cobaan sebuah kesedihan yang dapat menimbulkan stres psikis maka kekuatan empati yang telah terbentuk akan lebih mudah menerimanya. Itulah antibodi psikis yang kita ciptakan.
Atau jangan-jangan kesedihan itu takkan pernah kunjung datang menodai kedamaian hidup kita. Karena kita telah sering empati ikut bersedih bersama mereka yang kita sayangi. [T]