15 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Saat Raga Sakit, Biarkan Pikiran Tetap Sehat –Cerita Tentang Pasien Cuci Darah

Putu Arya Nugraha by Putu Arya Nugraha
June 16, 2019
in Esai
143
SHARES

“Saat Raga Sakit, Biarkan Pikiran Tetap Sehat” Bagaimana bisa? Bukankah raga dan pikiran satu kesatuan? Keduanya telah membangun jiwa kita atau akan mengakhirinya pula. Raga yang terkoyak oleh penyakit ganas atau mengalami cedera parah akan ditinggalkan oleh jiwanya yang tak ingin terjebak dalam derita. Pun saat pikiran yang retak telah mengusir jiwa dari raganya yang sesungguhnya masih ramah. Maka, memang selayaknya raga dan pikiran saling bersekutu untuk menjalin kehidupan yang utuh.

Pagi itu, seperti biasa saya mengunjungi ruang cuci darah (hemodialisis) RSUD Buleleng. Di sana saya menjadi dokter penanggung jawab, maka saya harus memastikan petugas selalu ramah dan sarana tetap layak untuk melayani pasien-pasien gagal ginjal stadium akhir.

Mereka, pasien-pasien itu, seakan-akan harus datang untuk “menyambung nyawa” dua kali dalam seminggu selama setidaknya empat jam sekali datang. Rutinitas yang memaksa ini, bukanlah hal mudah. Apalagi mereka yang tinggal jauh dari RS. Namun, itulah hal terbaik yang harus mereka jalani. Jika tidak, mereka dipastikan mengalami sesak nafas berat akibat peparu mereka terendam air. Sudah tentu mereka kemudian harus datang dalam keadaan gawat darurat ke UGD untuk kemudian menjalani cuci darah emergensi, jam berapa pun itu.

Jam dan hari telah menjadi begitu dekat dengan mereka. Sebab, berbaring untuk cuci darah selama empat jam, dua kali seminggu pastilah terasa menghimpit. Betul juga orang bijak menyebut waktu itu adalah Tuhan. Maka pasien-pasien gagal ginjal itu memang telah begitu dekat dengan Tuhan. Bukanlah karena mereka telah mengalami penyakit menahun, namun karena mereka telah bersahabat dengan penyakitnya itu.

Menerima penyakitnya dan menjalani pengobatan dengan sebaik-baiknya sesungguhnya juga sebuah kesembuhan, dalam bentuk yang lain. Itulah kenapa saat saya temui, mereka tetap dapat becanda dengan sesamanya, tersenyum, tertawa bahkan saling mengunjungi jika salah satu dari mereka menjalani rawat inap.


klik

KOLOM DOKTER ARYA LAINNYA


Gagal ginjal dapat disebabkan oleh banyak hal. Baik akibat dari penyakit primer saluran kemih itu sendiri seperti infeksi berulang, batu, kista atau tumor. Dapat juga akibat sekunder karena penyakit sistemik atau metabolik misalnya darah tinggi, diabetes, asam urat atau antibodi, dan penyakit organ berdekatan ginjal dan saluran kencing seperti tumor kandungan.

Kerusakan unit fungsional ginjal, jika itu telah menurunkan fungsinya hingga di bawah 15% yang dikenal sebagai gagal ginjal terminal, menyebabkan seseorang harus menjalani terapi pengganti ginjal. Hal itu dapat berupa cuci darah atau cangkok ginjal. Prosedur cuci darah atau hemodialisis akan menggantikan fungsi ginjal pasien yang tak lagi memadai. Fungsi ginjal adalah untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit, membuang imbah tubuh serta pengendalian beberapa sistem hormonal.

Itulah sebabnya jika seseorang mengalami gagal ginjal, ia dapat mengalami keadaan sesak dan bengkak akibat kelebihan air. Pada beberapa keadaan akibat penumpukan limbah berlebih bahkan pasien dapat mengalami gejala kejang atau koma. Dan terganggunya berbagai sitem hormon menyebabkan anemia (kurang darah) dan darah tinggi.

Jadi, tindakan cuci darah itu adalah apa yang memang dibutuhkan pasien. Bukanlah apa yang diinginkan oleh seorang dokter. Sekali lagi, prinsip terapi medis adalah, memberikan apa yang terbaik harus diberikan kepada pasien, bukan apa yang paling baik untuk dokter.

Pengetahuan inilah yang sangat penting dipahami oleh setiap orang, siapa saja, pasien dan keluarganya, dokter dan RS. Karena ini merupakan bagian dari buah pikiran-buah pikiran sehat yang akan menuntun tubuh dapat menerima dengan baik, apapun bentuk terapi yang akan diberikan. Inilah tugas yang teramat penting dari seorang dokter, seorang pelayan masyarakat. Tidak cuma memberi terapi terbaik untuk pasiennya, namun juga memberi pemahaman yang sebaik-baiknya hingga pasien dapat menerima dengan bahagia dan ikhlas penyakitnya.

Menerima dengan ikhlas, sepertinya merupakan kunci sehat dan bahagia. Salah seorang pasien gagal ginjal yang kami rawat, telah menjalani cuci darah hampir 12 tahun lamanya, hingga kini tetap sehat dan produktif. Ia, seorang guru tinggal di sebuah desa yang butuh waktu setidaknya dua jam ke RS untuk cuci darah, dua kali seminggu.

Pak guru hebat itu, selalu menjalani terapi hemodialisisnya dengan ceria, seakan-akan hidupnya biasa saja, seperti yang kita jalani sehari-hari. Penyakit, bukanlah hal yang penting baginya. Satu-satunya yang terpenting untuknya adalah berobat dan tetap sehat. Ia tetap mengajar murid-muridnya di sekolah sebagaimana yang dilakukan oleh guru-guru lain yang sehat.

Maka, tentulah kita akan setuju dengan ucapan Sang Budha yang begitu mashyur, “Dirimu adalah apa yang engkau pikirkan”. Ia, pikiran kita, memang bertahta di puncak kekuasaan bangunan tubuh kita. Mampu menciptakan bahagia walau tubuh berada dalam kubangan derita kemiskinan atau cengkeraman penyakit mematikan. [T]

Tags: dokterkesehatan
Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Khas

Catatan Awal Tahun Teater Kalangan: Diri Sebagai Ulat dan Memorinya

Membayangkan diri, melihat kembali diri setahun yang lalu. Untuk mengukur sudah seberapa jauh tubuh ini berjalan. Menua melewati proses. Hidup ...

January 17, 2020
Foto: Leiden University Libraries, Digital Collections
Esai

Virus Corona & Mahabharata — Hidup Aman Berdampingan dengan Bangsa Naga

Dalam kisah Mahabharata terjadi peristiwa mirip manusia melawan Covid-19 hari ini. “Ular adalah sumber kematian. Maka harus tumpas sampai habis.” ...

March 24, 2020
Putik Padi (penulis)
Ulasan

Membaca Buku “Aku Radio Bagi Mamaku”: Naya Berani Sekali

Judul Buku: Aku Radio Bagi Mamaku Penulis: Abinaya Ghina Jamela Penyunting: Asef Sauful Anwar Penerbit: Gorga Pituluik, 2018 Tebal: 98 ...

December 17, 2018
Ulasan

Ironi-Ironi Urban Dalam Kosmopolitan – Ulasan Buku Cerpen Ferry Fansuri

MEMBACA buku kumpulan cerpen “Aku Melahirkan Suamiku” milik Ferry Fansuri ini membawa kita ke dunia lain yang tidak terduga. Layaknya ...

February 2, 2018
Sugi Lanus
Esai

Sang Jiwa & Suara Aksara –Penjelasan Singkat Upakara Ngeringkes dan Ragam Kajang

– Catatan Harian Sugi Lanus, 17 Mei 2019. . Alkisah, Sang Jiwa diperintahkan Sang Hyang Titah pencipta dan pengatur semesta ...

May 17, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Anak-anak di Banjar Ole, Marga, Tabanan, mengikuti workshop yang digelar CushCush Galerry
Acara

Burung Menabrak Pesawat, Lele Dipatuk Ayam | Charcoal For Children 2021: Tell Me Tales

by tatkala
April 13, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Gejala Bisa Sama, Nasib Bisa Beda

by Putu Arya Nugraha
April 13, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (68) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1456) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (343)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In