Banyak hal yang terjadi dalam hidup manusia. Banyak pula pembelajaran yang kita petik dalam setiap pelajaran dan pengalaman. Sebagai anak muda yang sedang mencari kesejatian diri, pasti pernah dalam perjalanannya, kita melakukan kesalahan-kesalahan ataupun melakukan hal buruk dalam hidup. Sebagai manusia memang wajar kita melakukan kesalahan, tetapi sering kali yang terjadi adalah kita lari dan menghindar dari kesalahan itu.
Kita melakukan hal yang lain dan seolah-olah melupakannya dan bahkan menganggap tidak pernah terjadi dalam hidup kita. Memang hal tersebut kecil tetapi tidak baik untuk pengembangan diri dan karakter kita.
Saya ingat ketika saya bercerita dengan salah satu teman yang berprofesi sebagai seorang psikolog, dia berkata bahwa “Penting untuk menerima diri apa adanya tanpa penghakiman. Kemudian memaafkan diri dari kesalahan-kesalahan buruk yang pernah kita lakukan. Setelah kita memaafkan diri, maka itu berarti kita telah menyembuhkan diri sendiri”. Untaian kalimat inilah yang sering terngiang dalam diri saya dan telah saya lakukan.
Kita terlalu sering membiarkan ‘sampah-sampah’ ini bersarang dalam hati kita. Hal inilah yang membuat kita menjauh dari diri kita sebenarnya. Tidak mudah memang, butuh keberanian dan keiklhlasan untuk menyembuhkan luka. Tetapi kita harus melatih diri untuk melakukannya. Practice makes perfect.
Kita menerima diri kita apa adanya. Menerima kekurangan dan kelebihan kita tanpa penghakiman ataupun memikirkan pikiran buruk orang lain. Kita menerima dilahirkan sebagaimana Tuhan menciptakan kita dengan keindangan yang berbeda-beda. Setelah itu, terima dan bersahabatlah dengan diri kita sendiri. Menangis atas kesalahan, penyesalan, berteriak adalah ekspresi untuk menyembuhkan diri. Saya pun terbiasa melakukannya sebelum tidur.
Mengakui kesalahan yang pernah dilakukan diri sendiri itu tidak mudah. Akan ada pembelaan-pembelaan diri oleh pikiran. Karena begitulah pikiran diciptakan. Saya biasa melakukannya saat saya “me time”. Me time biasanya saya pilih di hari Minggu ketika libur bekerja dan waktu untuk saya merenung dan berpikir kembali tentang apa yang telah saya jalani. THINK – ACT – REFLECT begitu saya mengartikan hidup. Berpikir, berbuat dan merefleksikan lagi apa yang kita lakukan dalam hidup.
Selamat mencari kesejatian diri. Menemukan potensi terbaik dan keindahan dalam diri. Setelah menemukannya, berikanlah manfaat pada sesama. Saya teringat salah satu kitab suci agama mengatakan “Sebaik-baiknya manusia, adalah mereka yang memberikan manfaat bagi sesama dan lingkungannya”. [T]