Ibu-ibu di Singaraja tampaknya ikut stress mendengar, membaca, dan menonton, berbagai berita berkaitan pascapencoblosan Pemilu 2019. Bukan hanya soal klaim-klaim kemenangan dari para calon dan tim suksesnya, tapi juga kabar-kabar miris tentang pelaksanaan Pemilu yang menyisakan berbagai persoalan.
Ada banyak KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) yang meninggal akibat kelelahan, sakit dan tentu juga stress, mungkin lebih stress dari para calon legislatif yang suaranya tak lebih dari anggota seka gong kebyar. KPU dan Bawaslu sama-sama sibuk, mungkin juga sama-sama berdoa agar Pemilu dengan tetek dan bengeknya ini cepat berlalu, agar kasur dan bantal di rumah benar-benar bisa dirasakan empuknya. Dan HP bisa dimatikan sesekali.
Dalam kondisi seperti itulah ibu-ibu muda di Singaraja akan tetap ingat Ketut Ariyani, Ketua Bawaslu Bali. Ibu-ibu biasa memanggilnya Mbok Tut, banyak juga yang memanggil Bu Tut. Ibu-ibu di Singaraja sebenarnya maklum saja. Pastilah Bu Tut amat sibuk. Bayangkan saja, rumahnya di Singaraja, ngantornya di Denpasar, eh, mengawasi Pemilu termasuk rekapitulasi suara bisa keliling Bali.
Lebih sibuk lagi, di sela-sela tahapan rekapitulasi suara, terdapat keputusan-keputusan lain yang harus dia awasi. Misalnya pemungutan suara ulang (PSU) yang terjadi di sejumlah kabupaten dan kota di Bali. Bahkan menjelang pelaksanaan coblosan pun ia sesungguhnya sudah amat sibuk, misalnya memantau di TPS-TPS dari pagi sampai pagi berikutnya.
Ibu-ibu di Singaraja tentu yakin kalau Bu Tut Aryani bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan lancar. Karena ibu-ibu itu tahu bahwa Bu Tut adalah perempuan yang amat kuat. Untuk urusan menyelenggarakan Pemilu, Pilkada, atau Pilgub, perempuan yang lahir di Buleleng 23 Desember 1970 ini memang sudah pengalaman.
Ia menjadi anggota Panwaslu Buleleng pada Pilkada Buleleng 2011-2012. Lalu 2013-2-14 pada Pilgub Bali ia menjadi Ketua Panwaslu Buleleng. Kembali menjadi ketua Panwaslu Buleleng saat Pemilu Legislatif dan Pilpres 2014. Pernah juga menjadi Tim Asistensi Panwaslu Jembrana saat Pilkada Jembrana 2015. Lalu balik lagi menjadi Ketua Panwaslu Buleleng 2016-2017 saat Pilkada Bupati, disambung 2017-2018 saat Pilgub Bali. Dan sejak 2018 menjadi Ketua Bawaslu Propinsi Bali.
Jadi, ibu-ibu tak perlu cemas, karena Bu Tut Aryani pasti bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan kuat dan lancar. Tapi, dengan kesibukan mengurus Pemilu seperti itu, tentu banyak yang kangen dengan keberadaan dia di hari-hari biasa.
Siapa saja yang merasa kangen dengan Mbok Tut? Ya, jelas saja suaminya, Gede Gerry Astawa dan anaknya, Gede Benny Aryana.
Tapi, selain suami, terdapat kelompok yang juga kangen dengan Mbok Tut Ariyani. Ya, kelompok ibu-ibu dari Singaraja itu. Terutama ibu-ibu yang berada dalam satu pergaulan, satu komunitas, atau satu rasa senang dengan Bu Tut Aryani.
Bu Tut Aryani memang aktif bergaul dalam berbagai organisasi, mulai dari yang formal hingga informal, seperti Komunitas Perempuan, Komunitas Kebugaran dan Komunitas Sekaa Nau. Yang paling kangen mungkin ibu-ibu yang biasa ikut senam aerobic di Taman Kota Singaraja setiap hari Minggu.
Tentu saja, Pada hari-hari biasa di luar radius panas Pemilu, yakni pada setiap Hari Minggu, setiap car free day, Bu Tut Ariyani, selalu meluangkan waktunya berada di depan ibu-ibu dari berbagai sumber, eh berbagai kalangan (mulai dari ibu rumah tangga, ibu sosialita, ibu pejabat, ibu pedagang hingga ibu-ibu yang sekadar lewat di Taman Kota) untuk senam bersama. Jalanan di sekitar Taman Kota Singaraja pada waktu-waktu car free dayitu terasa sangat sumringah penuh gairah.
Tapi, di seputar hari-hari Pemilu ini, Bu Tut Ariyani tak bisa lagi berada di Taman Kota. Ia juga tak bisa ikut senam gembira bersama ibu-ibu PKK dan pegawai di lingkungan Pemkab Buleleng pada hari krida sebagaimana ia ikuti setiap Jumat. Mungkin ia jarang juga menengok studio senam miliknya di Talenta Gymnastic di Jalan Pulau Sugara Singaraja, padahal di tempat itu ia setiap hari menjadi instruktur senam.
Ia sibuk “senam” di sekitar TPS dan tempat-tempat penghitungan suara. Bahkan ia sudah “senam” sambil mengawasi jalannya pelaksanaan pemilu, mulai dari kampanye hingga pencoblosan. Bahkan ia akan terus sibuk “senam cagcag-cigcig” hingga usai penghitungan suara dan Presiden terpilih serta para calon legislatif ditetapkan secara resmi oleh KPU.
Tapi, jangan kuatir. Setelah Pemilu benar-benar berlalu, pastilah ia kembali ke habitatnya, ya, ke tengah ibu-ibu yang cantik yang selalu senam dengan sangat bergairah itu.
“Ya, setelah ini (rangkaian Pemilu) usai, saya langsung senam. Ini sudah naik 3 kilo,” katanya ketika iseng dihubungi lewat WA.
Oke, Bu Tut, cepatlah Pemilu berlalu, ibu-ibu sudah menunggu di Taman Kota. … [T]