15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Batur, dari Kosmos hingga ke Logos

Jero Penyarikan Duuran BaturbyJero Penyarikan Duuran Batur
April 19, 2019
inEsai
Batur, dari Kosmos hingga ke Logos

Foto: FB/Eriadi Ariana

47
SHARES

Tensi aktivitas manusia di kawasan pinggiran Kaldera Batur I sebelah barat selama pelaksanaan Ngusaba Kadasa Pura Ulun Danu Batur tahun 2019 meningkat. Lautan manusia pun mengalir tiada putus hampir selama setengah bulan ritus terbesar di pura tersebut digelar.

Kondisi ini hampir terjadi setiap tahun, menyebabkan Sasih Kadasa–bulan ke sepuluh tahun Saka– menjadi bulan yang paling ditunggu-tunggu masyarakat di kawasan itu. Di kala normal, aktivitas manusia di Perbukitan Kintamani biasanya akan terhenti seiring matahari pulang ke peraduannya. Meski dilintasi jalan provinsi yang menghubungkan Bangli dan Singaraja, jika tak ada urusan yang benar-benar penting dan mendesak, jalanan akan sepi ditelan malam. Gugusan warung dan toko yang menyebar di kanan-kiri jalan jarang yang buka sampai larut, selayaknya di kota-kota selatan dan utara Bali. Manusianya, tentu saja satu per satu masuk rumah dengan pintu dan jendela tertutup rapat. Segala aktivitasnya disembunyikan dalam dekapan halimun dingin yang senantiasa bersetia pada Perbukitan Kintamani.

Namun, kebiasaan itu sontak didobrak saat ritus Ngusaba Kadasa dilaksanakan. Manusia-manusia yang biasanya bersembunyi di balik kabut bagai terdorong energi hebat memusatkan diri pada satu titik, Pura Ulun Danu Batur. Dalam rentang waktu tersebut, malam dan hawa dingin seakan tak menjadi ancaman yang serius sebagaimana di hari-hari normal. Ada pekerjaan dan tanggungjawab yang lebih besar yang harus mereka selesaikan, memastikan para pendoa yang datang bisa bersembahyang dengan nyaman, siang maupun malam.

Bagi penganut Hindu, khususnya di Bali, berdoa kepada Hyang yang bersemayam di Pura Ulun Danu Batur ketika perayaan Ngusaba Kadasa seakan meenjadi keharusan, telah mendarah daging. Entah sejak kapan hal itu berjalan, yang jelas pendoa selalu datang berduyun-duyun siang dan malam, menyulut terjadinya kemacetan berbelas-belas kilometer di sekitar kawasan itu.

Konon, menurut narasi sejumlah teks, sosok yang dihormati di Pura Ulun Danu Batur, yang merupakan representasi penguasa Gunung Batur memang berkuasa ataskeberlimpahanamretadan kesejahteraan Bali. Narasi itulah yang kemudian membangun jejaring antara masyarakat Bali di Pegunungan Kintamani dengan masyarakat di kawasan dataran. Bahkan, dalam sejumlah narasi ditegaskan bahwa mereka yang abai pada sosok penguasa Gunung Batur akan mengalami kesulitan dalam hidupnya, sehingga menjadi keniscayaan mengupayakan sekeping waktu untuk sekadar menyembah di perayaan terbesar pura tersebut. Maka, terjadilah perayaan mahabesar yang tentunya banyak menguras energi, dan tak jarang melahirkan masalah yang justru kontradiktif dengan esensi perayaan, misalnya sampah.

Jejaring Kosmos

Dalam kalender ritual Desa Pakraman Batur, Ngusaba Kadasa bukanlah satu-satunya ritus yang ditujukan pada para Hyang yang dihormati di palinggih-palinggihdi kompleks pura itu. Ngusaba Kadasa hanyalah puncak perayaan. Namanya puncak, ia juga disokong oleh kaki dan badan ritus llainnya, yang dilakoni hampir sepanjang tahun. Dari 12 bulan –dalam keadaan normal– penanggalan Saka, hanya ada satu bulan yang bebas tanpa ada kegiatan upacara menyangkut hubungan manusia dengan Hyang. Sasih Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kaulu, Kasanga, Kadasa, hingga Jiesta semua adalah bulan-bulan upacara bagi masyarakat Batur.

Sibuk. Tentu saja sangat sibuk. Belum lagi upacara-upacara khusus semacam Danu Kretih, Tribhuwana,atau Candi Narmada yang digelar dalam kurun waktu tertentu. Semuanya itu ditujukan sebagai sebuah tanggungjawab terhadap Hyang, penguasa atas Gunung Batur dan Danau Batur.

Sosok Hyang yang dimaksud, menurut hemat saya tidak kurang dari personifikasi terhadap energi ekologis yang berada di sekitar badan manusia. Energi itu dalam khazanah pengetahuan batin Bali kemudian dihormati sebagai Sad Kretih. Versi teks Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul, enam energi yang harus dihormati itu meliputi Giri Kretih (pemuliaan terhadap gunung), Danu Kretih (pemuliaan terhadap danau), Wana Kretih (pemuliaan terhadap hutan), Sagara Kretih (pemuliaan terhadap laut), SwiKretih (pemuliaan terhadap sawah), dan Jagat Kretih (pemuliaan terhadap dunia atau negara).

Batur sebagai salah satu “kepala” Pulau Bali tentu saja memiliki tanggungjawab yang penting terhadap kelangsungan keenam unsur tersebut. Sebagai kawasan pegunungan vulkanis, Batur memiliki Gunung Batur yang belum tidur. Ia siap kapan saja memuntahkan aneka material dari perut bumi sebagaimana yang dilakukannya beberapa kali, termasuk erupsi terdahsyat yang tercatat dalam sejarah terjadi pada Agustus 1926, yang melahap Desa Batur Tua.

Merujuk sejumlah teks tradisional seperti Usana Bali, Gunung Batur konon merupakan potongan Gunung Mahameru di Jambudwipa, yang dibawa oleh Hyang Pasupati sebagai paku Balidwipa. Gunung Batur dibawa bersama-sama Gunung Agung, yang juga gunung berapi. Dengan adanya dua pasak itu, Bali yang konon terombang-ambing di samudera luas dapat kembali harmonis. Memantapkan keharmonisan itu, ditugaskan juga dua putra-putrinya sebagai penguasa dua gunung utama, Hyang Putrajaya di Gunung Agung yang bertanggungjawab atas jiwa manusia Bali dan Hyang Dewi Danuh di Gunung Batur yang bertanggungjawab atas kesejahteraan manusia Bali.

Di pinggir Gunung Batur, gugusan perbukitan Kaldera Batur I dan Kaldera Batur II yang menumbuhkan hutan tak ditampik sebagai sumber resapan air bagi daerah di bawahnya. Kini, pemuliaan terhadap hutan itu salah satunya dapat dijejak melalui keberadaan Pura Alas Arum Batur. Sebagai daerah resapan air, keberadaan kawasan Batur juga dikaitkan dengan mitos Ida Ratu Ayu Mas Membah1yang konon “berjualan” air ke sejumlah desa di kawasan Bali dataran.

Keberadaan hutan menjadi penyebab utama lahirnya air, danau, sungai, dan juga berujung pada isi perut manusia melalui keberadaan sawah. Di sinilah titik kunci peradaban Batur modern, yang menghubungkan ratusan komunitas subak di Balidwipa. Atas dasar jejaring inilah, Pura Ulun Danu Batur kemudian ditasbihkan sebagaiPura PangulunSubak di Balidwipa2.

Konsep ketahanan pangan yang melibatkan aliran air Batur ke masyarakat desa di bawahnya juga tersaji daalam mitos Ida Ratu Kentel Gumi. Dalam mitos tersebut dikisahkan, akibat pertengkaran hebat Hyang Putrajaya dan Hyang Dewii Danuh lahirlah hama, yang kemudian merusak hasil panen masyarakat Bali. Hyang Pasupati harus turun tangan mendamaikan kedua putra-putrinya, dan untuk menetralisir hama, maka hadirlah sosok Ida Ratu Kentel Gumi. Kisah itu saat ini juga dicandikan dalam proses ritus bernama NgusabaKalima atau NgusabaNangluk Merana yang digelar setiap purnama Kalima di palinggih Ida Ratu Ayu Kentel Gumi di kompleks Pura Batur.

Dalam catatan tentang kisah itu, Raja Purana Batur juga mengajukan konsep Kahyangan Tri Guna, yang memunculkan Pura Besakih, Pura Kentel Gumi (Klungkung), dan Pura Ulun Danu Batur sebagai tiga titik spiritual masyarakat Bali. Pura Besakih berperan sebagai Pura Balem Bali, Pura Kentel Gumi sebagai Pura Puseh Bali, dan Pura Ulun Danu Batur sebagai Pura Bale Agung Bali3.

Mengucilkan Pengetahuan

Jejaring alam semesta, sistem kemasyarakatan, dan sistem ketuhanan sebagaimana dinyatakan di depan memang cukup logis menggiring hati dan kepala manusia Bali untuk “menyokong dan membenamkan” Batur dalam panggung ekospiritual penting di Bali, tentunya selain titik-titik lain seperti Besakih, Batukaru, Lempuyang, Beratan (Pucak Mangu). Melalui konsep tersebut, Batur sejatinya telah menjelma menjadi kelas pengetahuan yang disabdakan langsung oleh alam semesta dan diramu kekayaan pikir leluhur.

Namun, di era kekinian, romantismepengetahuan yang disemai leluhur terdahulu tak banyak mampu menjawab persoalan generasi penerus. Ada jarak dan keterpotongan yang jauh antara pengetahuan leluhur dan generasi penerus, juga pada penyimbolannyayang kinidiwarisi dalam wujud ritus.

Kini, di balik megahnya proses berkebudayaan yang dilakoni masyarakat Batur (dan juga Bali), tak banyak yang benar-benar termaknai secara komprehensif. Pecahan-pecahan mutiara pemikiran itu tersebar dalam sejumlah bentuk, ada dalam wujud mitos, artefak, ritus, hingga situs. Mereka terpenggal-penggal menurut versi dan tafsiran masing-masing pengembaang.

Narasi-narasi yang kemudian berevolusi menjadi mitos kadangkala menyebar secara brutal tergantung kultur yang menumbuhkannya. Narasi-narasi itu tak jarang mengandung kepentingan-kepentingan pribadi atau golongan yang sarat akan pragmatisme. Bodohnya, masyarakat awam tak jarang melahapnya secara mentah, dan mempercayainya sebagai kebenaran absolut.

Situs dan artefak dari waktu ke waktu semakin hilang otentisitasnya. Situs seringkali dirombak sedemikian rupa atas nama kenyamanan. Bangunan yang berabad-abad berdiri kokoh dibumihanguskan, diganti dengan bangunan pualam yang berkilauan. Jika gerakan ini tak segera dihentikan, bukan tidak mungkin Bali yang awalnya sangat beragam akan menjelma menjadi Bali yang seragam. Tak ada pembeda antara langgam candi Bali Utara, Selatan, Timur, dan Barat. Begitu juga pengarcaan dan wujud lainnya.

Dari semua itu, yang paling mengerikan adalah ritus. Sudah menjadi rahasia dan kekhawatiran umum pelaksanaan upacara saat ini cenderung bersifat hura-hura. Upacara menjadi kaya wujud, namun miskin arti. Berbagai sarana upacara hanya dimaknai sebagai alat belaka, bukan simbol yang semestinya diteruskan di kehidupan sehari-hari.


BACA JUGA:

  • “Majalah Batur: Kata Penyambung Peradaban” – Butuh Penajaman Vista Historis

Di kawasan Batur, meski krama Batur dan krama desa di sekelilingnya suntuk melakoni ritus yang sarat nilai ekologis, masalah lingkungan masih menjadi bayang-bayang menakutkan. Tambang pasir yang menghidupi sebagian besar masyarakat di kaki Gunung Batur berpeluang menjadi masalah lingkungan yang mengerikan. Begitu juga Danau Batur yang kini tergolong telah tercemar di level III, sehingga airnya tak layak lagi dikonsumsi. Belum lagi masalah perataan puncak Gunung Batur untuk kepentingan pariwisata, penggunaan zat kimia berbahaya untuk pertanian, pembuangan sampah plastik sembarangan di hutan, hingga alihfungsi lahan yang semakin tinggi guna memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan manusia.

Hingga titik ini, masihkah saya harus berbangga melakoni berbagai bentuk adab leluhur yang sarat nilai ekologis di tengah kondisi lingkungan yang berada di ambang batas kelestarian? Hingga tulisan ini selesai ditulis, saya belum dapat menentukan jawaban.

___________________

1lihatDuija, I Nengah. 2009. “Mitos I Ratu Ayu Mas Membah (Pendekatan Theo-Antropologi)”. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Antropologi Budaya pada Fakultas Dharma Acarya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Denpasar: IHDN Denpasar

2lihat Supartha, Ngurah Oka. 1993. Karya Panca Walikrama di Danau Batur Sadhana NyegjegangBhatari Danuh. Panitia Pelaksana Karya Agung Candi Narmada, Panca Walikrama ring Segara Danu, Trubhuwana, dan Bhatara Turun Kabeh Pura Agung Besakih Tahun 1993

3lihat Ariana, I Ketut Eriadi. 2016. “Kearifan Ekologis dalam Tradisi NgusabaKalima Desa Pakraman Batur sebagai Upaya Kemandirian Pangan”. Makalah dibawakan dalam Pemilihan Mahasiswa Berprestasi tahun 2016 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

Tags: agamaBaturGunung BaturhindulingkunganPura Batur
Previous Post

Pemilu, Politik & Stres

Next Post

Puisi-puisi IDK Raka Kusuma # Ranjang Bagi Leluhur

Jero Penyarikan Duuran Batur

Jero Penyarikan Duuran Batur

Memiliki nama lahir I Ketut Eriadi Ariana. Pemuda Batur yang saat ini dosen di Prodi Sastra Jawa Kuna Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana. Senang berkegiatan di alam bebas.

Next Post
Puisi-puisi IDK Raka Kusuma # Ranjang Bagi Leluhur

Puisi-puisi IDK Raka Kusuma # Ranjang Bagi Leluhur

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

by Gede Maha Putra
May 15, 2025
0
Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

SIANG terik, sembari menunggu anak yang sedang latihan menari tradisional untuk pentas sekolahnya, saya mampir di Graha Yowana Suci. Ini...

Read more

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co