6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Cerita Tentang Bintang: Memahami Pedagogi sebagai Konsep Kritis, Berpihak, dan Kontekstual

Wayan PurnebyWayan Purne
April 8, 2019
inEsai
Cerita Tentang Bintang: Memahami Pedagogi sebagai Konsep Kritis, Berpihak, dan Kontekstual

Stiker dinding

11
SHARES

Sebagai seorang pendidik, apakah kita memahami pedagogi sebagai konsep yang netral, obyektif, dan universal?

Selain itu, apakah kita memahami pedagogi sebagai konsep yang kritis, berpihak, dan kontektual? Kemudian, pemahaman pedagogi mana yang kita gunakan sebagai seorang pendidik?

Bisa juga kita sama sekali tidak pernah memahami kedua-duanya sebagai seorang pendidik. Kita hanya paham caranya anak didik meraih  nilai angka tertinggi setiap tes yang mereka hadapi. Jika hanya ini modal kita sebagai seorang pendidik, tidak mengherankan jutaan anak-anak disebut sebagai komoditas pasar.

Komoditas pasar Pendidikan yang membelenggu keuangan para orang tua tanpa mengetahui dengan jelas arah proses pendidikan anak-anak mereka. Mereka bahkan mungkin hanya tahu bahwa jika anak-anak bisa meraih semua gelar pendidikan, mereka sudah bisa mengantarkan anak-anaknya meraih pekerjaan tertinggi dengan gajih yang sangat tinggi. Apakah sederhana itu? Apakah justru jika salah memahami Pendidikan, kita akan menjerumuskan bahkan menghancurkan masa depan anak-anak kita?

Bagaimana kita tidak menyesatkan dalam menjalankan pendidikan? Jika sebagai seorang pendidik, tumpukan bahan materi Pendidikan dipahami sebagai bahan konsep yang netral, obyektif, dan universal. Akhirnya, kita hanya terpacu menyelesaikan tumpukan materi pendidikan dan menjejalinya kepada anak-anak didik dengan rasa ketakutan materi tidak akan terselesaikan.

Konsep pondasi dasar dan daya kritis anak pun semakin terlupakan. Mereka pun sebagai anak didik yang tidak mampu melahap tuntutan dari tumpukan bahan materi Pendidikan hanya dikurung dalam permakluman dan kompromi KKM. Dasar personalitas anak-anak pun terlupakan. Kita hanya terjebak pada formalitas pendidikan, yakni sibuk mengurusi ritual adminitrasi sabagai bentuk penyelamatan diri dari teguran pimpinan yang memegang kebijakan.

Siapa sebenarnya yang salah dengan semua ini? Entahlah, aku juga tidak mengerti dengan keadaan ini. Aku terlalu kecil untuk memikirkan permasalahan ini dan tidak akan ada yang mendengarnya. Begitu juga dengan perubahan kurikulum, berakali pun ada perubahan kurikulum yang berubah adalah hanya perubahan adminitrasinya saja. Ritual formalitas Pendidikan pun semakin meningkat dan semakin rumit.

Di sisi yang lain, bagaimana dengan seorang pendidik? Entahlah, mungkin tetap saja nyaman dengan pola setatus quo sampai berkarat. Perkembangan imajinasi, kreativitas, daya kritis, dan personalitas anak pun ikut berkarat.

 “Ahh, yang terpenting aku sudah memiliki sertifikat profesi dan sudah mendapat tunjangan profesi. Terpenting lagi, aku sudah memenuhi semua adminitrasi yang sudah ditentukan. Posisiku tetap akan aman walau ada pendidik muda yang kratif!” Mungkinkah pikiranku itu benar?

Mungkin saja semua itu benar adanya, tetapi kita hanya pura-pura tidak tahu saja. Toh kita melakukanya sudah biasa dan sudah menjadi kebenaran Bersama. Oooh, pikiranku terlalu ngelantur kemana seperti melihat jaman kegelapan di Yunani. Mari kita kembali kepimikiran yang sederhana.

Bagaimana memahami sebuah materi dengan konsep yang kritis, berpihak, dan kontektual? Aku teringat kepada seorang teman, namanya Ngakan Putu Angga Nantha Wijaya. Ia ingin menjelaskan tentang bintang kepada anak-anak PAUD. Ia pun membuat sebuah cerita tentang bintang agar imajinasi anak-anak tetap hidup di masa keemas an anak itu sendiri.

Begini cerita yang dibuat Ngakan Putu Angga Nantha Wijaya yang diberi judul “Sebuah Cerita tentang Bintang”.

 Pada suatu hari hiduplah seorang gadis kecil bernama Starla. Dia tinggal hanya dengan ayahnya. Mungkin karena namanya, dia sangat suka dengan bintang. Setiap malam, sebelum tidur ia selalu duduk di serambi dan menatap bintang yang jauh. Ketika ia melihat bintang jatuh ia selalu berharap suatu hari ia bisa berkunjung ke bintang-bintang.

Suatu malam ada suara ketukan di pintu kamarnya. Ketika ia bangun dan membuka pintu ia melihat seorang peri bintang.

 “Hei, Starla, permintaanmu telah terkabulkan! Kemarilah kita akan terbang menuju bintang, jadi kamu bisa bertemu dengan mereka.”

Peri memegang tangan Starla dan tiba-tiba mereka sudah tinggi, sangat tinggi di langit. Bintang pertama yang ia lihat adalah matahari.

 “Ini adalah bibiku namanya Matahari.” Peri berkata. “Kita tidak bisa mendekatinya karena dia sangat panas.”

“Namun, bukankah itu matahari?” Starla bertanya.

“Ya benar, tapi ia juga sebuah bintang. Dia bintang yang sangat dekat dengan bumi dan orang–orang menamainya matahari. Bintang yang lain letaknya lebih jauh dari bumi. Ayo, aku akan memperkenalkan kamu pada keponakanku.”

Sekarang mereka melihat sebuah bintang berwarna biru yang sangat cantik. “Halo nama saya Starla, kenapa kamu berwarna biru? Aku bahkan tidak tahu kalau ada bintang berwarna biru.”

“Kamu tidak bisa melihatku dari bumi. Aku adalah bintang yang masih sangat muda sehingga aku berwarna biru. Ketika aku sudah tumbuh menjadi lebih dewasa aku akan menjadi seperti bintang lainnya.”

“Oh, aku mengerti,“ kata Starla. “Terimakasih atas penjelasannya, da..da…!”

Bintang selanjutnya yang ditunjukkan peri adalah bintang berwarna merah. “Ini adalah nenek saya yang sudah sangat tua.”

“Tapi kenapa ia sangat merah?”

Bintang merah kemudian menjawab pertanyaan Starla, “Aku berwarna merah karena aku sudah sangat tua, aku tidak kuat lagi untuk bersinar terang dan tak lama lagi aku akan jatuh.”

Starla menangis, “Oh tidak, tolong jangan jatuh!”

Kemudian nenek bintang menjawab, “Itu tidak masalah anak manis, kita semua dilahirkan dan kita akan mati suatu saat nanti. Ketika aku terjatuh orang-orang di bumi bisa melihatku dan mengajukan sebuah permintaan. Itu semua membuat aku sangat senang.” Starla akhirnya mengerti.

Di bumi ayah Starla sedang menatap langit saat nenek bintang merah terjatuh. “Lihat betapa indahnya, sebuah bintang jatuh,” dia berkata. “Aku mohon agar besok, ibuku, neneknya Starla akan datang dan membawakannya hadiah yang bagus.”

Dan kamu tahu? Setelah Starla bangun dari mimpinya yang luar biasa, neneknya datang berkunjung dan membawakannya buku yang paling bagus tentang…, tentu saja tentang BINTANG.

Bagaimana jika materi tentang bintang kita lihat sebagai konsep yang netral, obyektif, dan universal pada anak-anak usia PAUD? tentu bisa jadi kita hanya memberikan pengalaman yang kering.

Kita hanya memberikan, “Bintang adalah….” Kemudian apa yang terjadi pada anak-anak seusia itu? Anak-anak hanya menghapal materi itu saja. Masa keemasan pembentukan daya imajinasi, kreatifitas, kritis, dan personalitas anak akan terlewatkan begitu saja.

Beda halnya jika kita memahami tahap perkembangan umur anak secara psikologi pendidikan. Tentu kita akan dengan tepat menerapkan pedagogi dalam belajar bersama dengan anak-anak. Pengalaman Starla pun akan menjelajahi setiap imajianasi anak-anak. Tanpa disadari, anak-anak sudah belajar tentang rasa empati dan rasa sayang maupun hal lainnya yang akan membentuk karakter mereka.

“Sebuah Cerita tentang Bintang” tidak hanya hanya mengajarkan tentang bintang dengan pengertian yang baku, tetapi menjelajah dan hidup di dalam dunia anak-anak. Begitulah Ngakan Putu Angga Nantha Wijaya menghidupkan bagian kecil topik “Bintang” dengan cerita tentang bintang.

Bagaimana dengan kita sebagai seorang pendidik? Apakah kita sudah memahami perkembangan pedagogi dan psikologi Pendidikan?  

“Eheem, aku hanya tersesat dan terpaksa menjadi seorang pendidik. Hari ini tidak merenungkan jalanku, tapi merenungka jalan menambahkan pendapatanku,” pikiran tersesat.

Bagaimana dengan kamu? [T]

Tags: dongengguruPendidikanpendidikan usia dini
Previous Post

Berita Pagi

Next Post

CHARCOAL FOR CHILDREN 2019: HANDS ON! – Mengasah Kreativitas Anak dan Gaya Hidup Peka Lingkungan

Wayan Purne

Wayan Purne

Lulusan Undiksha Singaraja. Suka membaca. Kini tinggal di sebuah desa di kawasan Buleleng timur menjadi pendidik di sebuah sekolah yang tak konvensional.

Next Post
CHARCOAL FOR CHILDREN 2019: HANDS ON! – Mengasah Kreativitas Anak dan Gaya Hidup Peka Lingkungan

CHARCOAL FOR CHILDREN 2019: HANDS ON! - Mengasah Kreativitas Anak dan Gaya Hidup Peka Lingkungan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co