6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Cerita Kecil dari Liburan di Bondowoso: Dari Bukit Arak-arak Hingga Situs Glingseran

Mochamad Rifa’ibyMochamad Rifa’i
April 3, 2019
inTualang
Cerita Kecil dari Liburan di Bondowoso: Dari Bukit Arak-arak Hingga Situs Glingseran

Pesona alam Bukit Arak-Arak, Bondowoso (Dokumentasi: Mochamad Rifa’i)

43
SHARES

Baru kusadari. Ternyata saya punya tempat untuk bercerita. Mencurahkan isi hatiku. Berbagi pengalaman, berbagi kesederhanaan. Semua saya tuangkan dalam bentuk tulisan. Salah satunya tulisan amatiranku ini. Entah kapan saya mulai tertarik dengan dunia menulis. Dan terkadang saya bingung. Saya suka menulis tapi tidak tahu dimana genre menulisku. Kemudian setelah saya membaca salah satu buku yang ku pinjam dari teman tetangga kost, saya mempunyai gairah untuk menulis.

Buku itu berjudul “TE-WE (Travel Writer)” karya Gol A Gong. Buku yang sederhana, namun mampu membawa pembaca mengikuti alur cerita. Seakan pembaca perlahan digiring bagaimana mudahnya untuk menulis. Tidak usah bingung-bingung, ketika kamu berpergian itupun bisa kamu ceritakan dalam bentuk tulisan. Luar biasa. Sangat mudah bukan? Itu yang bisa saya petik dari buku itu.

Itulah salah satu alasan kenapa saya tertarik menceritakan perjalananku di liburan Nyepi yaitu Kamis, 8 Maret 2019.

Ini adalah kali ketiga saya merasakan suasana Nyepi selama tinggal di Bali. Bagiku itu adalah pengalaman yang luar biasa, karena dapat merasakan dan menikmati suasana Nyepi. Namun Nyepi kali ini saya memilih untuk meninggalkan Bali sejenak. Bukan karena saya terasa kesepian, yang jelas karena ada suatu alasan.

Dua hari sebelum menjelang Nyepi, saya dan beberapa temanku memutuskan untuk melakukan perjalanan ke sebuah kota yang ada di Jawa Timur. Tepatnya di kota Bodowoso. Selasa, sekitar pukul 17.00 WITA, saya, Jaswanto, dan Zainul Fikri, Alaudin, Achmad Chalim, dan Faruq Hasan berangkat menuju pelabuhan Gilimanuk. Mereka semua berpasang-pasangan kecuali saya dan Faruq menyetir motor sendiri.

Beberapa jam kemudian kami memutuskan untuk makan malam di warteg dekat pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Nasi pecel dicampur sambel lalapan. Nikmat sekali. Setelah makan malam, kami berpisah dengan ketiga teman yaitu Achmad Chalim, Alaudin, dan Faruq. Mereka memang bertujuan untuk pulang ke Banyuwangi. Sedangkan saya, Zainul Fikri, dan Jaswanto melanjutkan perjalanan kami menuju Bondowoso.

            Malam itu pengalaman pertamaku menyusuri jalan di sepanjang Alas Baluran. Sangat panjang ternyata. Namun saya tidak tahu persis berapa panjangnya, sebab saya tak pernah mengukurnya. Hahaha.

            Sepanjang perjalanan itu kami saling bergantian nyetir. Apabila salah satu dari kami bertiga merasa lelah, maka kami mau tidak mau harus ganti posisi nyetir motornya. Memang itu sudah kesepakatan kami di awal.  

Apa yang kamu pikirkan jika mendengar kota Bondowoso? Tape Bondowoso? Ya, benar sekali. Namun selain terkenal dengan kota tape, Bondowos juga memiliki segudang cerita tentunya. Penasaran? Baca tulisan ini sampai tuntas!

Desa Glingseran, Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso adalah tujuan kami. Saya menghela nafas panjang. Karena Jaswanto mengatakan bahwa rumah Taufik sudah dekat lagi. Karena saya sudah tidak sabar untuk meluruskan badanku. Masak badan diluruskan? Apalah itu namanya, saya kira kamu tahu maksdunya. Pantatku panas. Saya juga sudah benar-benar tidak bisa menahan mataku. Seakan terdapat lem yang merekat.

Iya, itulah alasanku pergi ke Bondowoso. Yaitu bersilaturahmi ke rumah Taufik tetangga kostku.

Sepanjang perjalanan menuju kampung, banyak terdapat pemakaman. Itu hal biasa. Justru yang membuatku bertanya-tanya, mengapa banyak orang malam-malam di kuburan? Itu saya temui tidak hanya dalam satu tempat saja. Kalau tidak salah sekitar tiga pemakaman terdapat orang-orang berkumpul dan terdapat lampu sebagai penerangnya. Ada apakah itu?

Rabu, sekitar pukul 02.00 WIB, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Kedatangan kami disambut hangat oleh keluarga Taufik. Kami dipersilahkan untuk masuk. Bersalaman sekaligus berkenalan dengan keluarga baru. Ada mbak Titin kakak perempuan, dan ada Cak Yasit suami mbak Titin, jadi sebagai kakak iparnya Taufik.

Kami berbincang-bincang sejenak sembari menunggu Taufik pulang. Kemudian saya bertanya kepada mbak Titin, “kemana Taufik pergi, Mbak?”

Mbak Titin menjawab, “Oh… anu, ada tetangga habis meninggal dan Taufik sepertinya sedang di kuburan sekarang, Dik”

“Baru dikuburkan sekarang Mbak?” Zainul Fikri menimbrung.

 “Ndak… kemarin, cuma orang sini kalau ada orang meninggal kuburannya harus dijagain sampai lima belas hari,” mbak Titin menjelaskan.

Okkay fix, saya sekarang paham. Jadi saya dapat menyimpulkan bahwa sepanjang perjalanan memasuki kampung ini terdapat banyak orang di pemakaman, ternyata mereka sedang menjaga kuburan tersebut. Itu pertanda bahwa ada orang yang baru meninggal.

Kepercayaan warga setempat bahwa jika orang yang baru meninggal lalu dikuburkan, kemudian jika kuburannya tidak dijagain hingga lima belas hari akan terjadi sesuatu pada kuburan tersebut. Sebuah makhluk halus bernama godong akan mencari dan menggali kuburan jenazah yang baru dikuburkan sebelum lewat limabelas hari. Katanya makhluk tersebut sejenis hewan setengah manusia. Ah, agak sedikit susah dijelaskan.

Namun warga sekitar menyakini bahwa mahkluk tersebut benar adanya, dan sukanya mencari jenazah yang baru dikuburkan sebelum lewat limabelas hari. Oleh sebab itu, orang-orang bersedia menjaga menjaga kuburan malam-malam sampai lima belas hari. Bahkan beberapa orang tersebut ada yang dibayar oleh keluarga yang bersangkutan, tapi tidak tahu berapa. Yang jelas penjaga kuburan limabelas hari ini tidak gratis. Mungkin barangkali juga ada yang ikhlas membantu tanpa harus dibayar.

Tak lama kemudian Taufik datang bersama seorang teman. Kehebohan pun terjadi. Padahal kalau tidak salah hari itu sekitar pukul 03.00 WIB dini hari. Kami berbincang-bincang ngalor ngidul. Tapi saya sudah tak sanggup lagi melawan kantukku. Ku putuskan untuk berbaring dan kemudian tidur.

Saya tidur sangat nyenyak, begitupun teman-teman yang lain. Ternyata setelah ku lirik jam di gawaiku jam menunjukkan sekitar pukul 09.00 waktu setempat. Sontak saya terbangun.

Saya merasakan suasana desa yang benar-benar masih alami. Suara kicau burung dipagi hari, sumur yang masih tradisional, kran air yang masih agak langka kebanyakan hanya di masjid saya menemukan banyak kran air. Sisanya hanya warga tertentu yang memiliki kran air sendiri. Selain itu masih banyak orang-orang yang mencuci baju di sungai, mandi di sungai, bahkan orang sekitar masih jarang yang memiliki kamar mandi di dalam. Mereka masih banyak menggunakan jamban. Benar-benar masih suasana desa. Ini mengingatkanku pada jaman sebelum saya sekolah TK dulu.


Bukit Arak-Arak, memiliki udara yang sejuk dengan pemandangan yang sangat indah. (Dokumentasi: Mochamad Rifa’i)

Dan yang paling saya suka dari desa ini adalah udaranya. Sejuk. Karena desa ini terbilang daerah pegunungan. Ya, seperti ala-ala Bedugul gitu. Hehehe. Tapi benar, kok, udaranya sangat sejuk. Bahkan matahari jarang menampakkan diri.

Tak hanya itu saja. Ternyata di desa Glingseran ini terdapat sesuatu yang luar biasa. Sebuah peninggalan sejarah, yaitu sarkofagus terpampang nyata di desa ini. Bahkan tempat ini dijaga oleh juru pelihara Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia.

Untuk menuju ke sana harus jalan kaki melewati sebuah ladang-ladang sekitar lebih kurang 200 meter. Karena memang peninggalan sejarah ini terdapat di tengah ladang masyarakat.

Benar. Sebuah situs sarkofagus dari peninggalan jaman megalitikhum terdapat di Desa Glingseran. Kami memasuki ladang jagung. Batu-batu tersebut terdapat di tengah ladang jagung. Karena pas kami berkunjung di sana, warga sekitar lagi musim menanam jagung.

Batu petama terlihat setengah permukaan saja. Masih belum memperlihatkan ciri-ciri peninggalan sejarah. Hanya terlihat seperti bongkahan batu besar hitam yang sudah lapuk dimakan usia.


Sarkofagus yang pertama yang terdapat tidak jauh dari jalan akses menuju ke Situs Bersejarah Glingseran (Dokumentasi: Taufikur Rahman)

Baru setelah beberapa meter dari batu pertama terdapat batu yang besar. Panjangnya sekitar 3 meteran. Batu yang kedua ini sepertinya terbelah. Karena terlihat kedua sisi batu ditengahnya terdapat jarak yang sedikit terpisah. Namun dalam batu itu dalamnya terdapat seperti bidang ruang. Sarkofagus ini fungsinya sebagai keranda yang terbuat dari batu besar berbentuk lesung atau palung yang terdapat tutup di atasnya.

Saya membayangkan, orang jaman dulu ternyata sudah memiliki pemikiran dan teknologi yang hebat. Bayangkan saja, peralatan apa yang mereka gunakan untuk memahat batu sebesar itu? Hebat bukan? Jelas, luar biasa.

Menginjak batu yang ketiga. Hampir sama bentuknya. Seperti batu yang ke dua. Namun batu yang ketiga ini ukurannya yang agak sedikit kecil dibandingkan batu yang kedua. Dari ketiga batu tersebut yang memiliki ukuran paling kecil adalah batu yang pertama.


Zainul Fikri mengabadikan momen di Sarkofagus yang kedua (Dokumentasi: Taufikur Rahman)

Jadi, dari batu-batu inilah saya bisa menemukan hal baru. Bahwa Indonesia kaya akan sejarah. Tapi sayang, ketika kami ke sana tidak terdapat sebuah papan informasi yang menandakan tulisan singkat batu ini. Namun kata salah satu teman kami asal Desa Glingseran, dulunya pernah terdapat papan informmasi yang berisikan deskripsi dari masung-masing batu. Namun kini sudah tidak ada jejaknya. Rusak ataukah bagaimana, ia mengatakan juga kurang tahu.

  Kabupaten Bondowoso menjadikan Desa Glingseran sebagi objek tujuan wisata sejarah purbakala. Meskipun mengandalkan situs sejarah sarkofagus sebagai daya tarik wisata, pada kenyataanya pemerintah setempat masih kurang memerhatikan akses jalan menuju ke tempat tersebut.

Situs ini sangat cocok sebagai sarana edukasi. Selain itu bagi anak Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) sangat cocok sebagai objek tujuan jelajah. Karena melewati ladang-ladang yang berundak. Penasaran dan tertantang ingin tahu seperti apa situs sejarahnya? Datang langsung ke Desa Glingseran, Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso. [T]

Tags: alamBondowosojawaJawa TimurPariwisata
Previous Post

Belajar dari Tubuh

Next Post

12 Naskah Teater Karya Bung Karno: Soekarno, Frankenstein & Indonesia Tanpa Nyawa

Mochamad Rifa’i

Mochamad Rifa’i

Lahir di Tuban, 12 Juli 1996. Belajar menjadi manusia kuat, dan kokoh tak tertandingi yang bermodalkan nekad dan niat. Bismilah, atas ijin Tuhan semua akan baik-baik saja.

Next Post
12 Naskah Teater Karya Bung Karno: Soekarno, Frankenstein & Indonesia Tanpa Nyawa

12 Naskah Teater Karya Bung Karno: Soekarno, Frankenstein & Indonesia Tanpa Nyawa

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co