Dari mata pasiennya saja, seorang dokter dapat melihat adanya kelainan liver dalam tubuh pasiennya itu. Warna kuning pada mata, dapat merupakan gejala radang hati akibat kenaikan kadar empedu dalam darah yang menyebar sistemik hingga bagian putih mata (sklera).
Jadi betul ungkapan yang mengatakan, dari mata turun ke hati. Maka ia tak hanya untuk sebuah rasa bahagia, akibat aliran cinta dari pandangan mata menuju ke hati dan perasaan manusia, juga ia dapat menjadi suluh untuk analisa suatu penyakit.
Artinya, tanpa kita sadari, segenap organ dalam tubuh kita ini selalu saling terjalin bagai anyaman yang tiada terputus. Baik dalam suasana bahagia ataupun dalam siksa penyakit. Mereka senantiasa terpadu satu. Justru kitalah, manusia mulia ini, yang kerap memungkiri anyaman halus yang telah merajut kehidupan sesama manusia di dunia, dengan membangunkan kembali ide-ide primordial yang tajam mengiris yang lain.
Tubuh manusia, sesungguhnya adalah kitab suci yang siap dipelajari. Karena ia adalah representasi dari alam semesta dan mungkin karena di dalamnya memang ada serpihan Tuhan.
Simaklah dengan baik-baik. Jika otak adalah pemimpin tubuh kita, maka semua organ yang ada di bawahnya adalah pasukan yang siap bekerja menerima perintahnya. Otak hingga saraf tulang belakang adalah merupakan sistem saraf pusat yang kemudian diteruskan ke organ dan jaringan tubuh sebagai sistem saraf tepi.
Maka jika kita salah melangkah, itu bukanlah karena seutuhnya kaki kita yang keliru, namun bisa saja perintah otak yang tak jelas. Maka dari itu berpikirlah yang jernih dan tenang. Artinya, pikiran jangan mudah panas ataupun ngeres, agar tak mendorong kita terperosok ke dalam kubangan lumpur penuh lintah. Dalam segala hal, pemimpilah yang harus bertanggung jawab.
Sungguh sangat menakjubkan, jika kita bisa memahami fenomena organ-organ di dalam tubuh kita. Mereka telah membagi dirinya untuk mengerjakan tugas masing-masing dengan sebaik-baiknya dan sehebat-hebatnya tanpa harus saling mencampuri satu dengan yang lain.
Jantung tiada pernah berhenti, meski untuk beristirahat barang sedetikpun untuk memompa darah. Jika itu terjadi, maka setiap sel di seluruh tubuh akan mengalami keadaan kurang oksigen yang sangat menyiksa. Jangankan berhenti, saat laju degupnya kurang atau melebihi frekuensi normal saja, ia telah mengagetkan tubuh kita. Ia seharusnya berdegup atau memompa darah sebanyak 60 sampai 100 kali per menit. Maka jika ia tiba-tiba berdebar hingga 150 kali per menit dalam keadaan istirahat maka otak akan mengajaknya ke UGD rumah sakit terdekat. Artinya, fokuslah pada urusan kita masing-masing jika ingin peroleh hasil usaha yang terbaik.
BACA JUGA:
- Seks: Barang & Gaya Itu-itu Saja, Yang Rumit adalah Persepsinya
- Ideologi, Demokrasi & Kesehatan Bangsa
- Musuh Dokter itu Bernama Keseriusan
- Evolusi Pasca Darwin
Jika kita salah makan, atau terlalu banyak makan karena gratisan misalnya, kemudian mengalami muntaber dan dehidrasi, maka ginjal serta merta mengurangi produksi kencing kita. Betapa ginjal punya aksi heroik yang begitu mencengangkan, dengan menghemat cairan tubuh lantaran diare akut yang lebih dulu telah mengurasnya. Ini bisa terjdi gara-gara mulut kita yang kalap dan tak hati-hati makan berlebih.
Ginjal yang begitu jauh dari mulut, berbeda saluran dan seakan-akan tak berkaitan, bertegur sapa pun tidak, rupanya adalah organ yang justru paling cepat bereaksi menjaga tubuh kita tetap stabil. Meski ia sedikitpun tak ikut menikmati kuliner yang dikunyah kalap mulut kita.
Organ-organ dalam tubuh telah menunjukkan satu solidaritas dan sikap setia kawan yang luar biasa. Bagai anyaman yang selalu terpadu satu. Bahkan meski kekacauan itu akibat kesalahan satu organ, organ lain tiada ragu untuk membantunya. Adakah kita sesama manusia telah berlaku seperti organ-organ tubuh kita itu? Jangan-jangan yang ada justru sebaliknya, mencederai sesama.
Jika itu yang terjadi, maka kita telah berlaku sebagai kanker atau tumor ganas. Begitulah perangai sang kanker. Ia adalah sel-sel yang tumbuh liar, melabrak pakem biologis yang seharusnya lalu mengambil bahkan menyerang organ-organ lain yang tumbuh normal sebagaimana mestinya. Inilah yang disebut sebuah peristiwa metastase. Ia hanya mau hidup sendiri, tak peduli meski harus menghancurkan induk semangnya sendiri. Begitu mudah rasanya kita dapati hal-hal serupa dalam kehidupan manusia saat ini. Yang mengambil hak orang lain, yang menghisap harta negara dan yang menghancurkan bangsa lain.
Tubuh, yang kita semua miliki ini telah memberi begitu banyak pelajaran berharga. Tak hanya hal baik, juga hal buruk. Maka mari jaga tubuh ini agar terus dapat menjadi suluh kehidupan. [T]
BACA KOLOM DOKTER YANG LAIN: