14 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Meboya – Jejak “Laut” Orang Buleleng?

Putu Hendra Mas MartayanabyPutu Hendra Mas Martayana
April 1, 2019
inEsai
Meboya – Jejak “Laut” Orang Buleleng?

Pelabuihan Buleleng . (Foto: Mursal Buyung)

66
SHARES

Persembahan untuk Hari Jadi Kota Singaraja ke-415 — Glukkige Verjaardag Mijn Stad

Akhir pekan kemarin, 30 Maret 2019, saya bersama kompatriot, Pak Made Pageh menghadiri acara bedah buku berjudul Plitik karya Nanoq da Kansas. Keikutsertaan Pak Made Pageh dalam acara itu bukan tanpa alasan, beberapa pekan sebelumnya, yang bersangkutan mengutarakan kekecewaan karena tidak saya ajak mendengarkan “clotehan” Sugi Lanus tentang filsafat “galang”.

Novel Plitik yang dibedah itu kebetulan sudah saya baca deskripsinya, dan sejauh yang saya tangkap merupakan refleksi terhadap pengalaman pribadi penulis yang menawarkan ulasan politik dalam bentuk satir nan jenaka. Meski demikian, kandungan nilai-nilainya sungguh serius dan berat bila didiskusikan secara frontal. Penulis novel sadar bahwa untuk menjangkau pembaca yang luas, narasi politik yang kaku dan berjarak itu harus disampaikan dengan gaya bahasa yang santai, gembira bahka absurd.

Pun demikian, salah satu pembahas (kebetulan gen Z) yang saya tanya responnya terhadap dinamika politik nasional menjawab pesimistis dan berniat golput (mengaku gusdurian-tetapi mungkin Gusdur sendiri akan kecewa dengan sikapya di alam kubur) menjelang Pilpres 17 April mendatang. Ini artinya, Novel Plitik sebagai satir politik reformasi yang telah dibaca atau mungkin bacaan-bacaan lain, alih-alih mengubah persepsi, namun dianggap gagal meleburkan sekat antara politik dengan milenial yang semakin berjarak dan tabu dibicarakan selama 32 tahun Orde Baru.

Dekolonisasi Orde Baru mungkin saja berlangsung singkat sejak gelombang krisis moneter di Asia sejak 1997 dan mencapai puncak 1998, namun dekolonialisasi terhadapnya berjalan sangat lambat. Jejak-jejak mentalitas Orde Baru masih tercecer, dan dapat disaksikan pada gen Z di atas sekalipun. Atau mungkin saja gaya hidup (baca : fesyen) kekinian sebagai bahasa politik kontestan pilpres demi meraup suara milenial yang diperkirakan 60-a juta, dianggap artifisial, terlalu dibuat dan tentu saja sebatas embedded(baca : tempelan).      

Saat kami tiba di TKP, acara masih belum juga dimulai, padahal sudah telat 30 menit dari jadwal semula pukul 19.00. Kehadiran kompatriot saya, Pak Made Pageh cukup menjadi kejutan, khususnya bagi tuan rumah Tatkala, Pak Ole dan Bu Sonia. Sebab mereka telah saling kenal – Pak Made Pageh mengenal Pak Ole sebagai jurnalis “kakap” di Bali Post, sedangkan Bu Sonia (mantan pacar Pak Ole), pernah menjadi mahasiswi binaan pak Made Pageh di awal tahun 2000-an.

Seperti yang sudah-sudah dan tradisi menyambut tamu ala tua rumah Tatkala, basa basi terlontar dari pak Ole. “selamat datang di rumah Tatkala, tempat diskusi alternatif yang menjadi wadah berkumpul lintas ilmu, dan yang paling penting menjadi “the other” dalam membaca narasi Bali dari “depan” yang berpusat di Bali Selatan – Bali Barat, Utara dan Timur bisa menjadi simpul antitesis terhadap narasi itu ”.

Saya dan Pak Made Pageh saling bertatapan dan mengernyitkan dahi setelah mendengar sambutan tuan rumah. Berbagai pertanyaan muncul bahkan hingga terbawa ke alam mimpi. Keesokan harinya, 31 Maret, dengan berbekal satu gelas air putih, saya nongkrong di ruang inspirasi (baca : WC) sambil menuliskan ide-ide tulisan ini via rekaman hp.

Tulisan ini dibuat dan terinspirasi dari pernyataan AHISTORIS tuan rumah Tatkala. Kompatriot saya, Pak Made Pageh mungkin mengamini pendapat saya karena tesis beliau di UGM membahas salah satu ikon Buleleng, yakni Eks Pelabuhan Buleleng.  

Saya setuju jika Bali Utara dianggap sebagai “the other” dalam narasi Bali kontemporer yang memposisikan industri pariwisata sebagai pusatnya. Riset kecil dalam sub bab di dalam tesis saya di kawasan hutan Bali Barat yang dibiayai sepenuhnya oleh Universitas Adger Norwegia memperkuat hal itu. Akan tetapi, jika beranjak pada fakta historis, Bali Barat dan Bali utara justru garda depan  kebudayaan Bali. Artefak manusia purba berupa porselen dan keramik dari Cina di Situs Gilimanuk, Situs Candi Budha di Lovina hingga kemasyuran Eks Pelabuhan Buleleng pada medio abad XVIII hingga awal abad XX memberi bukti bahwa bagian utara pulau Bali ini adalah kawasan maritim yang ramai dikunjungi bahkan sejak awal abad masehi sehingga menghasilkan interaksi antarperadaban di masa lalu.

Tulisan ini tidak hendak menguraikan kejayaan Bali utara thus Bali Barat di masa lalu, namun lebih dari itu memperlihatkan karakteristik air (baca : laut) yang pernah dimiliki orang Buleleng. Di era kontemporer, karakter khas itu mengarah pada stigma negatif, alih-alih positif. Spirit kebaharian sengaja saya ketengahkan karena selama ini masyarakat Buleleng khususnya terkesan abai terhadap diskursus “air” (laut) sehingga narasi tentang nya selalu “absen” ketika memikir ulang Buleleng sebagai kesatuan identitas.

Fakta historis di masa lalu membuktikan kota Singaraja pernah menjadi pusat pemerintahan Bali dan Lombok sejak era Kolonial.  Eks pelabuhan Buleleng dan tempat-tempat lain di seputaran jalan Diponegoro, Hasanudin, Imam Bonjol, Surapati, Pramuka hingga Ngurah Rai menjadi saksi bisu masa-masa kejayaan laut yang dibalut budaya urban kota yang mulai bertumbuh seiring persentuhannya dengan peradaban Barat sejak takluk dari Belanda pasca Puputan Jagaraga 1849.

Dikuasainya Singaraja dan juga kota-kota lain di Bali oleh pihak Belanda  yang menghasilkan Puputan Badung 1906 dan Klungkung 1908 bukan tanpa alasan, sebab di tahun-tahun kekuasaan Inggris di bawah Raffles (1811-1815) yang sempat berkunjung ke Bali, telah merencakan akan menjadikan Bali sebagai sea port– sejenis pelabuhan transito mirip negara Singapura (baca : Tumasik) sekarang, dan Pelabuhan Buleleng sebagai pusatnya yang menghubungkan aktivitas niaga Pantai Utara Jawa dengan Makassar.

Namun kekuasaan Inggris yang singkat itu segera digantikan oleh Belanda diikuti pula dengan pemindahan pusat pemerintahan dari Singaraja ke Denpasar. Sejak saat itu, sandi kala pelabuhan Buleleng  telah di depan mata, orientasi laut kota pelabuhan Buleleng  beralih menjadi orang “darat”.

Meskipun Buleleng di era koloial Belanda mengalami disorientasi laut, jejak kebaharian itu hingga kini masih bisa disaksikan dalam praktik sosial- sikap meboya.  Sikap ini dianggap sebagai respon “alamiah” ketika orang Buleleng diajak berkomunikasi oleh pihak tertentu yang bertujuan menyampaikan himbauan, ajakan pendapat dan sejenisnya. Reaksi pertama – dahi mengkerut, mulut munju, geleng-geleng kepala yang dibalut senyum sinis pertanda ketidaksetujuan. Pun begitu sikap ini bertaut dengan taglineegalitarianisme orang Buleleng dalam merespon kebudayaan Bali.

Jika budaya Bali diekspresikan dengan simbol-simbol kepiawaian dalam ukiran, tarian, ketaatan adat dan agama, serta lukisan, maka hal tersebut adalah hal yang sulit ditemukan pada diri orang Buleleng. Orang Buleleng seakan ingin terus mendefinisikan ulang budaya kebaharian meboya yang tidak harus lemah lembut dalam bertutur kata, tunduk dengan feodalisme kasta dan tidak harus piawai mengukir. Orang Buleleng menjadi komunitas bahari sebagai antitesis agraris yang membedakannya dengan komunitas Bali di luar Buleleng. [T]

Tags: bulelenglautSingaraja
Previous Post

Counscious Healthy Eating

Next Post

Evolusi Pasca Darwin

Putu Hendra Mas Martayana

Putu Hendra Mas Martayana

Lahir di Gilimanuk, 14 Agustus 1989, tinggal di Gerokgak, Buleleng. Bisa ditemui di akun Facebook dan IG dengan nama Marx Tjes

Next Post
Nyepi: Terapi Kesehatan, Terapi Kita, Bumi dan Peradaban

Evolusi Pasca Darwin

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co