“What you think, you become. What you feel, you attract. What you imagine, you create.” ~ Buddha
Rasanya sangat pantas untuk memulai tulisan ini dengan kutipan di atas. Pikiran adalah doa, katanya. Namun, orang-orang masih sering menyangsikan kekuatan besar yang pikirannya miliki. Hal ini cukup wajar, mengingat kemampuan pikiran untuk membangun sebuah realita memanglah sebuah pseudoscience (ilmu semu) yang tidak mengikuti persyaratan metode ilmiah pada umumnya.
Kendati susah dijelaskan secara ilmiah, ada banyak kasus dan contoh, meskipun terlihat kebetulan, di mana buah pikiran seseorang menjadi kenyataan. Pada tahun 2006, Rhonda Byrne menerbitkan salah satu buku yang saat ini menjadi salah satu best-seller. The Secret telah terjual lebih dari 30 juta eksemplar dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa.
Buku ini menitikberatkan pemahaman Law of Attraction atau Hukum Tarik Menarik. Dalam buku tersebut adalah Byrne merangkul hampir 30 orang ‘guru’ yang mengafirmasi validitas Hukum Tarik Menarik. Selain itu, Byrne memberikan beberapa contoh keberhasilan penggunaan Hukum Tarik Menarik dalam kehidupan beberapa orang dalam berbagai segi kehidupan seperti finansial, kesehatan dan cinta.
Prinsip dasar dari Hukum Tarik Menarik menyatakan bahwa apa yang manusia pikirkan itulah yang akan terjadi. Pikiran positif menarik hal positif, begitu pula sebaliknya. Namun, pikiran bukanlah satu-satunya hal yang harus disetel, tetapi emosi juga memiliki peran vital dalam praktek Hukum Tarik Menarik. Pada teorinya, apabila seseorang menginginkan sebuah hal positif terjadi, tak hanya pikirannya saja yang perlu disetel ke arah positif, tetapi juga emosi.
Para pendukung Hukum Tarik Menarik memiliki pandangan bahwa semua hal di alam semesta, termasuk manusia (termasuk pikiran dan emosi) berasal dari sumber energi yang sama. Implikasinya adalah, semua hal di alam semesta saling berkaitan dan berhubungan. Segala hal yang saling berhubungan atau berkaitan akan saling mempengaruhi satu sama lain. Paulo Coelho dalam bukunya The Alchemist menyiratkan bahwa saat seseorang BENAR-BENAR menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya akan berkomplot dalam konspirasi untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Hal ini mendukung teori Hukum Tarik Menarik bahwa pikiran dan emosi manusia memiliki sebuah frekuensi tertentu yang bisa diatur yang beresonansi dengan alam semesta mengingat kesamaan sumber energi yang membentuk. Tidaklah gampang untuk dibuktikan, tapi sama halnya dengan hal lain.
Coba saja ambil contoh sederhana misalnya internet. Internet menghubungkan satu komputer ke komputer yang jaraknya jauh. Ada gelombang yang tidak kasat mata yang menghubungkan satu komputer ke komputer lain dan kemudian memunculkan sesuatu yang diinginkan oleh si pengguna komputer. Dari prinsip ini, tidaklah salah jika kita berpikir bahwa pikiran dan emosi manusia memiliki semacam gelombang yang menghubungkannya ke seluruh alam semesta.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang secara sepintas terkesan terjadi atas kehendak pikiran sadar (conscious mind) manusia. Namun, pernahkah kita berpikir, suatu saat tertentu, kenapa kita melakukan hal tertentu? Ada banyak istilah yang digunakan manusia dalam menamakan hal ini mulai dari naluri, insting, intuisi hingga panggilan hati.
Di sinilah sebenarnya pikiran bawah sadar manusia (subconscious mind) sedang dipengaruhi oleh frekuensi alam semesta. Diterima atau tidak, manusia tidak 100% memiliki free will (kehendak bebas) dalam berkehidupan dan sekian persen tindakan manusia dipicu oleh pikiran bawah sadar.
Di sini bisa kita terima bahwa semesta memberikan frekuensi tertentu yang direspon oleh pikiran bawah sadar manusia untuk mengambil suatu tindakan tertentu. Banyak orang yang melakukan berbagai cara untuk mengasah intuisi mereka: untuk mampu menginterpretasikan frekuensi/pesan alam semesta dalam membantu mereka untuk mewujudkan keinginannya.
Pendukung Hukum Law of Attraction memberikan beberapa saran dalam memanifestasikan sebuah pikiran. Yang paling sering disarankan adalah menggunakan visualisasi kreatif. Seseorang yang mengharapkan sesuatu terjadi dalam hidupnya harus memvisualisasikan hal tersebut terjadi dalam pikirannya secara rutin.
Beberapa orang juga menggunakan sebuah papan mimpi di mana mereka menuliskan apa yang mereka harapkan pada sebuah papan dan membacanya berulang ulang setiap hari. Pada tulisan-tulisan tersebut diperlukan juga kebijaksanaan dalam pemilihan kata. Sangat dianjurkan kata-kata yang digunakan adalah kata-kata afirmasi dan bukan kata-kata negasi seperti tidak, belum, jangan, dsb.
Teori Hukum Tarik-Menarik menyarankan agar si praktisi secara konstan memikirkan, mengatakan, dan menyinggung berulang-ulang apa yang dia inginkan dan di saat yang sama memiliki emosi yang stabil dan positif pula.
Merujuk pada The Secret, seseorang yang menginginkan pikirannya terwujud menjadi kenyataan haruslah memiliki keyakinan absolut bahwa apa yang dia pikirkan akan terjadi. Dalam penerapannya seseorang tidak disarankan sekalipun menyangsikan apa yang dia pikirkan akan terjadi. Tahap inilah yang mungkin dirasa paling susah. Sebagai manusia, kita tidak akan pernah jauh dari keraguan.
Namun, di sinilah sisi spiritual manusia menjadi bahan pembelajaran yang sangat penting. Banyak yang berpendapat bahwa salah satu cara untuk memperkuat keyakinan dan memudarkan keraguan seseorang adalah dengan bermeditasi dan memiliki fokus positif dalam pikirannya. Karena dasar Hukum Tarik Menarik adalah pikiran manusia, maka jelaslah jika keraguan dalam pikiran tersebut akan membuat upaya penyesuaian frekuensi ke alam semesta sia-sia. Diperlukan keyakinan bahwa apa yang diinginkan/diharapkan SUDAH DAN SEDANG terjadi dan sedang menuju si pemikir saat ini meskipun perwujudan nyatanya belum terlihat.
Tahap terakhir adalah mewujudkan rasa syukur. Prince Ea, salah satu influencer muda dunia di era digital saat ini sering sekali mengedepankan peran syukur dalam kehidupan. Bahkan dia tidak ragu mengatakan bahwa rasa syukur jauh lebih penting daripada doa. Menurutnya, semesta akan memberi lebih banyak pada orang yang lebih suka berterima kasih daripada orang yang lebih suka meminta (berdoa). Dalam hubungannya dengan Hukum Tarik Menarik, rasa syukur tidak hanya dibatasi pada hal yang sudah dimiliki seseorang, tapi juga rasa syukur terhadap apa yang AKAN diterimanya.
Pendukung Hukum Tarik-Menarik menyarankan penulisan jurnal syukur di keseharian. Hal ini berfungsi untuk memperkuat afirmasi (kata-kata/pikiran positif) yang tertulis dalam papan mimpi yang dijelaskan sebelumnya. Penerapan rasa syukur ini diyakini sebagai pintu yang terbuka bagi segala hal yang diinginkan pada tahap penyesuaian frekuensi dengan alam semesta. Singkatnya, meskipun seseorang membayangkan bahwa harapannya sedang terwujud, namun tanpa rasa yakin hal tersebut akan terjadi dan tanpa rasa syukur akan terjadinya hal tersebut, perwujudan harapan akan menemui beberapa halangan.
Manusia dan pikirannya adalah hal yang misterius. Andaikan seorang manusia bisa hidup 1 juta tahun, rasanya akan tetap susah untuk mendalami misteri dari pikiran manusia. Terlepas dari valid tidaknya Hukum Tarik-Menarik, rasanya tidak ada salahnya jika kita belajar memfokuskan diri pada pikiran dan emosi positif untuk mewujudkan kehidupan yang mudah-mudahan lebih baik dari saat ini. Suatu hal yang tidak merugikan rasanya layak untuk dicoba. Salam damai 😀