16 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Ilustrasi foto diolah dari sumber google

Ilustrasi foto diolah dari sumber google

Membaca Pilpres: Solipsisme, Cebong dan Kampret Tak Akan Tertukar

Sabda Ali by Sabda Ali
March 14, 2019
in Esai
10
SHARES

Solipsisme, satu problem (paham) yang menjangkit massa dalam pusaran pilpres semenjak 2014 hingga 2019. Bahwa sayalah (keAKUan) satu-satunya ide dan pemikiran benar itu, yang ada di luar aku ditiadakan!

Solipsisme adalah satu paham yang diungkap oleh Descartes karena sifat ke-AKU-an yang timbul pada diri seseorang. Bahwa “Aku” sebagai satu-satunya (entitas) yang berpikir, dan dengan sengaja menolak realitas dari entitas lain yang lebih banyak.

Pada pemahaman epistemologis, solipsisme menyatakan (bahwa) kesadaran manusia tidak dapat menjangkau (mengetahui) selain dirinya sendiri. Egosentris menjadi pokok persoalan pada hal ini, karena sifat egonya yang mendominasi sehingga tidak cukup mampu menjangkau sesuatu di luar dirinya.

Solipsisme yang terjadi dalam pusaran Pemilu ini, benar-benar menjelaskan keakuan masing-masing kubu bahwa “pikiran saya (internal kelompok) sebagai satu-satunya kesadaran yang berarti (benar)”. Sama artinya bahwa pihak di luar diri atau di luar persekutuan kelompoknya ditiadakan dalam realitas alam pikirnya.

Ini terus diulang-ulang dalam kesempatan pidato Capres 02, “Saya akan mengejar dan bertindak tegas pada pihak-pihak yang merugikan negara-bangsa ini (korupsi)”.

Dalam artian, manifestasi atas sifat meniadakan lawannya dengan mengancam, namun yang lebih menonjol dari solipsisnya adalah peryataan bahwa tidak ada orang lain selain dirinya yang dapat menghantar rakyat pada taraf kesejahteraan (sejati).

Pun demikian pada pihak petahanan (pasangan 01), sama stereotipnya, kaku menilai kompetitor, meski tidak begitu menonjolkan keakuannya sebagai juru selamat akan kesejahteaan rakyat. Pihak-pihak ini juga sedang mengalami paranoid. Ketakutan berlebih bila pihak lain mengambil kendali politik, jika bukan mereka maka “gawat”.

Barangkali tepat, dengan memproduksi ketakutan akan adanya ancaman dari kelompok-kelompok intoleransi, maka kedudukan mereka dalam satu barisan nampak (fatamorgana) seperti sedang mempertahankan NKRI.

Kita bisa hipotesakan seperti ini, dalam analogi, ada dua medan magnet yang bertolakkan pada pemilu semenjak 2014 silam.

Lucunya, yang jelas bertolakan ini dipaksa diadu untuk saling berbenturan satu sama lain. Betapapun ini telah dicoba sedemikian rupa kedua medan magnet yang bertolakan menurut hukum (alam) itu tetap tidak berbenturan (selayaknya domba), karena gaya tolak masing-masing kutub bekerja otomatis. Sampai pada level (massa) pendukung yang terkategori simpatisan dan partisan pemilu pada bilik suara nanti juga turut mengamini.

Menarik sekali mencerna pepatah ini, “resan air ke air, resan minyak ke minyak” yang bisa kita temukan rasionalitasnya dalam MADILOG, Tan Malaka.

Pendekatannya pada Pilpres, antara pasangan calon 01 dan pasangan calon 02 menggambarkan kisah air dan minyak. Tapi kita tidak terlalu tertarik membaca persaingan kedua paslon (sebagai aktor laga), karena bisa saja terjadi pada setiap persaingan politik (praktis). Yang menarik dibaca adalah pada masyarakat sebagai penonton drama laga ini, yang secara suka rela masuk dan menjadi pembela serta pebenar solipsis masing-masing kubu.

Masyarakat sebagai simpatisan pun, mengiyakan dirinya menjadi air atau minyak. Dengan demikian meski air dan minyak disatukan dalam satu wadah, keduanya tidak menyatu, yang terlihat air akan menyatu dengan sekawanan airnya dan minyak akan menyatu dengan sekumpulan minyaknya. Bahasa lucunya, cebong dan kampret beda habitatnya, sulit bagi cebong mengakui kampret sebagai sekawanannya, juga sebaliknya berlaku pada kapret-kampret itu.

Dan telah nyata dan jelas siapa-siapa yang akan menjadi pendukung 01 dan siapa pendukung 02 tidak pernah akan tertukar. Jika berbicara basis massa Islam yang mayoritas, mudah sekali memahaminya, umat Islam berpaham apa sebagai pendukung 01 dan umat Isman berjenis apa yang mendukung 02, semua terlihat terang bukan?

Ada satu realitas yang harus segera kita sadari. Seperti yang di jelaskan oleh Gus Mus, terciptanya hanya dua pasangan calon di pilpres ini telah melahirkan konsekuensi yang buruk sekali. Saya setuju pendapat itu, betapa tidak semenjak pemilu 2014 silam, kubu-kubu ini terpelihara dengan baik hingga puncak ketegangannya ditunpahkan semua pada Pemilu kali ini, tanpa bisa memilih alternatif ketiga, karena pilihan menjadi golput pun bukan jalan keluarnya dari konflik horizontal ini.

Masyarakatpun telah mendikotomi kehidupan, memilih dan memilah siapa sekawanan atau sekumpulannya. Telah menggarisi batas-batas hidup berbangsa dan bernegara di luar kewajaran.

Apa gerangan yang terjadi pada bangsa ini selama kurun waktu lima tahun ke belakang, kedua kubu kembali memaksakan diri untuk bertarung. Dengan sengaja pula untuk saling memanas-manasi satu sama lain, meminjam pertanyaan Sindhunata (dalam buku saku filsafat Haidar Bagir:2005), “Mengapa Kita Menjadi Kekanak-kanakan?” Pihak mana yang sejatinya ‘benar’? akan kembali pada persoalan solipsisme? [T]

Tags: JokowiPilpresPolitikPrabowo
Sabda Ali

Sabda Ali

Tinggal di Singaraja. Pekerjaan: lumayan sibuk

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Cewek-cewek sedang gym [Foto penulis]
Esai

Otewe Gym Otewe Body Goal

Penulis: Ni Komang Dharmi Yudhi Utami ________ Fitness dan olahraga angkat beban atau yang saat ini lebih sering dibilang gym ...

December 22, 2020
Esai

Puspayoga Kalah jadi Menteri, Ahok Kalah jadi Apa?

INGAT Pilgub Bali 2013? Made Mangku Pastika yang kali itu menjadi calon pertahana diusung Partai Demokrat setelah mengetahui partai yang ...

February 2, 2018
Esai

Guru Ketut Sukarya, Pahlawan Tanpa Satyalencana dan Tanda Jasa Lainnya

  PAGI itu Ketut Sukarya seorang pensiunan guru yang kini hidup berhana di daerah Punagayu, Banjar Saren Kaler, Desa Nongan, ...

February 2, 2018
Khas

Panggilan Jiwa dari Batu Karang Art

MERASAKAN  “sense of purpose”,  menemukan panggilan jiwa sebagai pertanyaan dengan peran yang dilakoni. Pertempuran pertanyaan yang mengendap dipikiran, peran perupa ...

September 13, 2020
Pemeran fil Calon Bini (Foto: Google)
Ulasan

Film “Calon Bini”, Menghibur sekaligus Mendidik

Judul Film : Calon Bini Sutradara :  Asep KusdinarPemeran :  Michelle Ziudith, Rizky Nazar, Slamet Rahardjo, Niniek L. Karim, Cut Mini,    Minati ...

July 10, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Cokorda Gde Bayu Putra || Ilustrasi tatkala.co/Nana Partha
Khas

Sosok Alm. Prof. Dr. Tjokorda Rai Sudharta M.A || Pembuka URW Media Tahun 2021

by Cokorda Gde Bayu Putra
January 13, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

RĀGA: MEMUJA KESADARAN UNIVERSAL SIWA DI KEMULAN

by Sugi Lanus
January 15, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1346) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (307) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In