Saat Martcellia Liunic di akun Instagramnya @liunic berbagi tentang prompts (arti: pemicu/tema) untuk ikut berilustrasi/menggambar/membuat karya dalam rangka Nusantara Folklore Week (arti: Minggu Cerita Rakyat Nusantara) selama satu minggu pada bulan Januari 2019, menarik perhatian saya, namun karena kesibukan saya maka tidak bisa ikut. Lalu, hari demi hari Nusantara Folklore Week berlangsung, saya terkagum-kagum.
Postingan Liunic
Tidak terpikirkan bahwa akan ada harinya dimana saya bisa menikmati dan mengapresiasi keberagaman Indonesia. Nusantara Folklore Week, dengan hashtagnya #nusantarafolkloreweek, memiliki prompts Curse (kutukan), Flora, Transformation (transformasi), Fauna, Deity (Dewa/Dewi kepercayaan), Place (tempat) dan Magical Creature (mahluk mistis).
Liunic menggambarkan cerita Timun Mas dengan gayanya
Saya sangat senang melihat kreatifitas warga Indonesia, karena negara ini sangat kaya dengan cerita-ceritanya dan dapat memvisualisasikan dengan gaya mereka sendiri adalah pencapaian yang luar biasa. Apakah saya berlebihan? Mungkin. Tetapi, saya merasakan ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk semua ikut di dalamnya melakukan apa yang mereka sukai dan dapat mengekspresikannya kepada seluruh Indonesia, bahkan dunia.
Faulika bahkan membuat versi tersendirinya mengangkat suatu cerita rakyat – secara visual dan narasinya
F
Saya mempelajari banyak hal dari semua cerita rakyat yang ada dari segala penjuru Indonesia dan kagetnya cerita rakyat Bali sangat populer diilustrasikan selama Nusantara Folklore Week. Selama ini saya mempelajari cerita rakyat dengan ilustrasi yang serius (bahkan terlalu menakutkan) atau diceritakan secara serius, sekarang saya bisa melihatnya secara ceria dan beberapa diinterpretasi secara menyenangkan dan penuh eksplorasi warna.
Kok babi ngepet bisa selucu ini?
Secara tidak langsung, ini mempromosikan Indonesia di tempatnya yang benar. Budaya atau kultur adalah suatu produk yang orang-orang tidak gubris, tetapi adalah satu hal yang tidak akan berhenti. Dan dengan kultur digital yang berkembang, Indonesia juga sudah berevolusi dengannya – namakan: konsumerisme, pelayanan, dan juga, kreatifitas. #Nusantarafolkloreweek adalah satu outlet (tempat) yang dimana kita tidak melihat talenta-talenta saja, tetapi juga bagaimana kita menceritakan kembali cerita-cerita ini, lagi dan lagi, yang juga menceritakan lagi atau mendidik nilai-nilai moril yang penting.
Saya menemukan bahwa Nagini memiliki cerita rakyat di Indonesia!
Saya menemukan bahwa Nagini memiliki cerita rakyat di Indonesia! -> Klik link ini:https://www.instagram.com/p/BsicMckH-pc/?utm_source=ig_embed
Dongeng atau Cerita?
Kita memiliki kata “dongeng” di Bahasa Indonesia, yang artinya cerita fiksi yang diceritakan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dan “cerita” adalah cerita. Teman yang ikut dalam event Instagram ini menanyakan saya hashtag mana yang lebih baik – menggunakan kata “dongeng” atau “cerita” dan ia merasa berlebihan kalau nanti ada yang tersinggung kalau dia menggunakan “dongeng”.
Igorsatumangkok mengilustrasikan cerita Dewi Ratih dengan caranya tersendiri, merupakan hal baru dari apa yang biasa ditemukan pada lukisan-lukisan berbasis wayang Bali – dan saya terkagum dan mengapresiasi cara ia menginterpretasikan cerita tersebut
I
Lalu saya katakan, tidak, itu tidak berlebihan. Itu artinya ia mengerti bahwa cerita-cerita rakyat ini tidaklah sebatas cerita fiksi. Karena ia telah memilih cerita rakyat Bali selama tujuh hari tersebut, saya sebagai orang Bali tidak pernah menganggap cerita-cerita ini cerita fiksi. Maka cerita rakyat tidaklah fiksi untuk saya, lebih ke cerita percaya-atau-tidak. Maka menggunakan “cerita” akan lebih baik karena disini kita juga menceritakannya lagi dan lagi kepada generasi-generasi selanjutnya, sampai hari ini.
Surat untuk Leluhur
Dan paling utama, melihat semua visual yang telah dikreasikan ini, saya merasa kita seperti menulis surat kepada para leluhur. Ya, para perupa dan ilustrator ini telah mengkreasikan kembali narasi pada cerita-cerita rakyat yang sudah ada ini, tetapi juga surat kepada leluhur bahwa kita tidak melupakan cerita-cerita mereka di masa digital saat ini.
Juga, siapa bilang hal-hal tradisi tidak bisa hidup di kehidupan digital? Selama ada keinginan untuk melanjutkan keberagaman ini, tradisi dan kultur seperti ini akan terus hidup.
Selamat kepada enam ilustrator berbasis di Jakarta @r_hakim, @liunic, @marinaesque, @witchkana, @kathrinhonestaa dan @kemasacil, yang telah menginisiasi event Instagram ini. Tidak sabar melihat apa yang akan dikreasikan lagi oleh generasi penerus Indonesia.
Dan berikut posting Instagram terakhir@inicecil dengan tema Magical Creature – cerita Badawangnala – dengan wajah-wajah enam ilustrator inisiator tersebut.
*Tulisan ini terjemahan dari Bahasa Inggrisnya di Medium.com – https://medium.com/@daesavs/nusantarafolkloreweek-a1d85711db6e