SUBUH
DI JAKARTA
Adzan pagi ini membangunkanku
Suaranya masuki keheningan hati
Orang-orang terbangun dari tidur
Berangkat mencari penghidupan
Syahadat menggema di langit pagi
Keesaan tuhan seperti diajarkan-Nya
Aku menyaksikan doa dipanjatkan
Damailah diri dan semesta abadi
Kau bergegas menuju masjid itu
Bersujud atas segala suka-duka
Kulihat sisa purnama di ujung sana
Ingatanku terbang jauh ke asalku
Pergilah segala cemas dan gelisah
Jalani apa yang menjadi takdir kita
Kusongsong matahari di kota asing
Cahaya terangi diri penuh kegelapan
Mari memulai hari dengan cinta hakiki
Jalan menuju terang dan kemilau hati
Jakarta, 25 Oktober 2018, 04.22 AM
NOCTURNO JAKARTA
Lupakan soal buku-buku
Uang adalah hal penting
Buku tak bisa tunda lapar
Ia hanya untuk kaum kaya
Lihatlah, menjelang pagi
Jalanan tetap sibuk-riuh
Entah kemana mereka
Apa yang dicari tak tahu
Begitulah perangai kota
Di kamar aku tetap jaga
Tak bisa pejamkan mata
Pikiran penuhi kepalaku
Kau yang terlelap di sana
Berbahagialah dalam tidur
Esok pagi aku ingin keluar
Hirup doa subuh muadzin
Di sini orang rajin berdoa
Ingatkanku pada kampung
Loloan yang jauh di pulau
Ribuan kilometer aku terbang
Demi seuntai mimpi tertunda
Aku menang, kau senang tentu
Rencana akan kita jalani nanti
Kupinang kau dengan bahagia
Teleponlah aku jika kau bangun
Kurindu suara dan tawa riangmu
Dua hari lagi aku akan pulang
Tunggu aku di ruang kedatangan
Tempat akhir pecinta seperti kita
Kubayangkan kita menikah
Dua manusia memberi saksi
Anak-anak lahir dari rahimmu
Kita namai dengan kesunyian
Seperti tuhan ciptakan dunia
Peluk-kucup diri penuh cinta
Bisikkan kata mesra di telinga
Genggam tanganku kian erat
Arungi hidup penuh keajaiban
Cinta tempat pulang-berlabuh
Jakarta, 25 Oktober 2018. 03:17 AM
SONETA JAKARTA
Tak kulihat mentari di kota
Seribu kenangan menyergap
Mampir di ingatan yang tua
Kuhembuskan asap rokok
Di deru jalan berangin ini
Aku ingin menemu malam
Di emperan taman seniman
Punguti kata-kata berserak
Sajak yang menjadi nyata
Kuhirup nyawa sejati puisi
Di manakah kau wahai ibu
Aku ingin melihat tawamu
Gadismu bersamaku kini
Kubayangkan pernikahan
Kan kupinang anakmu, ibu!
Jakarta, 24 Oktober 2018
INSOMNIA IBU KOTA
Apa yang kau dengar
Ketinggian begitu sepi
Kulihat sungai cahaya
Jalan raya yang ramai
24 jam tak pernah diam
Kota penuh kendaraan
Melingkar bagai ular
Rel-rel dan halte bisu
Orang tak menyapamu
Makhluk asing terasing
Penyejuk udara di kamar
Tak buatku tidur nyenyak
Aku teringat kau yang jauh
Sudahkah tertidur ini malam
Adakah kau merindukan aku
Kotamu kusinggahi sebentar
Angin terasa kian menyakitkan
Kuhirup racun di udara polusi
Kabut di langit seperti malam
Tipuan sempurna kita semua
Aku ingin tidur tanpa obat lagi
Kutulis ini dan lupakan semua
Cahaya temaram di kamar hotel
Teman sekamar menggambar diri
Ditemani senandung penyanyi tua
Kuingin susuri jalanan kotamu
Debu menempel di kemejaku
Sungai-sungai hitam dan kelam
Anak-anak riang mandi di sana
Suaranya begitu memilukan hati
Ramalan tak berarti di kota ini
Hidup penuh ketidakpastian
Nasib di tangan kita sendiri
Janji-janji politikus bohong
Tak merubah kehidupan kita
Jakarta, 25 Oktober 2018. 01:19 AM
KEBERANGKATAN
Tak kutemukan pelangkiran di sini
Berpamitan pada dewa dan leluhur
Orang-orang berpeluk-cium selalu
Merayakan kepergian entah siapa
Kaukah yang menciumku pagi ini?
Kulihat cinta di matamu yang tajam
Tempat ini membawa sedih-bahagia
Dulu saat kita terpisah ribuan jarak
Hendak ke manakah aku tanpamu
Kota-kota menanti penuh cemas
Kulihat kegembiraan datang di sini
Saat kau tertawa di ujung telepon
Aku ingin lagi menghisap tembakau
Sebelum masuki ruang keberangkatan
Kau pun akan pergi berlibur, bukan?
Kabari aku jika rindu penuhi dirimu
Denpasar 24 Oktober 2018
SENI pewayangan di Bali adalah panggung yang selalu hidup, ladang subur di mana kreativitas para dalang dapat tumbuh dan berkembang....
Read more