Dalam konteks mikrokosmos, ada tiga kelompok mukhluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Pencipta yaitu: manusia, hewan/binatang, dan tumbuhan/tanaman.
Dari ketiga kelompok makhluk hidup ini, manusialah merupakan makhluk yang paling sempurna ciptaan-Nya. Kenpa demikian? Karena manusia memiliki apa yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, yaitu akal sehingga manusia dipercayakan oleh Tuhan sebagai kholifah di muka bumi ini.
Walaupun kodrat ini tidak dimiliki oleh tumbuhan bukan berarti tidak memiliki manfaat bagi manusia, keberadaannya menjadi penentu bagi kelangsungan kehidupan manusia dan hewan/binatang. Dan dari ketiga kelompok makhluk tersebut manusialah yang paling menyadari betapa pentingnya keberadaan makhluk yang disebut tumbuhan /tanaman ini.
Karena hanya manusialah yang diberikan akal untuk perfikir dan mengatakan bahwa kelangsungan kehidupan manusia dan hewan tergantung keberadaan tumbuhan/tanaman, atau kata lain, tumbuhan/tanaman mutlak harus ada dalam kehidupan, tanpa keberadaannya kehidupan ini tidak akan pernah seimbang bahkan akan mengalami kepunahan dalam kehidupan.
Selain sebagai penentu kelangsungan kehidupan manusia, tumbuhan/tanaman dilihat dari segi religi, tumbuhan/tanaman juga merupakan salah satu aspek penting bagi, masyarakat agama Hindu pada umumnya menggunakan tanaman/tumbuhan sebagai sarana upacara dan persembahyangan, seperti bebanten yang meliputi empat hal pokok, yakni:dedaunan, bunga-bungaan, buha-buhaan dan air.
Disamping itu, masyarakat di Indonesia yang masih memegang teguh adat istiadat yang diwariskan dari nenek moyang mereka, misalnya upacara perkawinan adat jawa yang juga menggunakan bunga. Begitu pula dengan masyarakat Eropa dan Amerika dalam acara pernikahanya salah satu dari mempelai pasti memakai atau membawa bunga saat melangsungkan acara pernikahannya.
Sedangkan hewan/binatang digunakan bagi agama Islam sebagai Akikah untuk anak yang baru lahir. Akikah diyakini memiliki unsur perlindungan dari setan yang dapat mengganggu anak yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadis, yang artinya, “Setiap anak itu tergadai dengan akikahnya.”
Sehingga, anak yang telah ditunaikan akikahnya Insya Allah lebih terlindung dari gangguan setan yang sering mengganggu anak-anak. Hal inilah yang dimaksud oleh Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah “bahwa lepasnya dia dari setan tergadai oleh akikahnya”.
Bagi manusia adalah normal-normal saja jika hewan/binatang berkelahi dengan sesamanya, seperti adu ayam, adu domba, atau buaya yang merebutkan makanan, tanpa memikirkan resiko, suka-duka, baik-buruk, dan lain sebagainya yang akan menimpa dirinya entah itu karena hewan/tumbuhan tidak memiliki akal untuk berfikir seperti yang dimiliki oleh manusia.
Jika demikian halnya kenapa tumbuhan/tanaman tidak pernah berseteru atau berkelahi dengan sesamanya, bukankah hewan dan tanaman sama-sama tidak memiliki akal untuk berfikir? Paling ironis dan yang paling aneh adalah manusia yang merupakan makhluk yang paling sempurna dan memiliki keistimewaan berupa akal, yang sejarahnya sejak zaman dahulu justru selalu berseteru dengan sesamanya, bahkan melebih perseteruan binatang yang paling buas.
Hal itu dapat di saksikan pada kisah Qabil dan Habil putra Nabi Adam dimana Qabil membunuh Habil dikarenakan tidak menerima keputusan Nabi Adam, kisah tersebut merupakan sejarah pertama pembunuhan. Selain itu dalam kisah Rahmayana dan Mahabarata pada zaman tretayung dan dwaparayuga hingga zaman kaliyuga yang dikatakan sebagai akhir zaman dalam siklus mahayuga.
Perseteruan antarmanusia pada zaman Qabil dan Habil serta zaman kaliyuga ini terus berlangsung dari masa-masa kekuasaan raja-raja, dilanjutkan masa-masa kekuasaan bangsa-bangsa penjajah, hingga zaman kemerdekaan oleh kepentingan dan kekuatan pribadi atau kelompok, seperti: suku, ras, agama dan golongan, dan lain sebagainya.
Perseteruan tersebut menjalar hingga dalam lingkungan keluarga atau saudara, kerabat yang menimbulkan meretakkan atau perpecahan didalamnya. Seperti yang sering kita lihat di TV banyak sekali perseteruan antar manusia, anatar agama, bahkan sesama pemeluk agama.
Dari semua itu tidak bisa dipungkiri manusialah yang menjadi faktor penentu dan titik sentral dari terjadinya sebab-akibat dalam perkembangan dan keamanan lingkungan kehidupannya, apakah perkembangannya itu bernilai baik atau bahkan buruk, tergantung dari manusia yang merupakan kholifah dimuka bumi ini yang ditugaskan oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai pemelihara alam semesta. [T]