______________________________________
BUAH TANGAN DARI KLUNGKUNG
______________________________________
Kau bawakan aku
Buah tangan dari ibu
Cuaca gerimis dan roti selai nanas
Rasanya lembut dan manis
Ada juga selemped basang telur ikan
Dan sekilo beras pandan
Maka masaklah dengan riang
Santap dengan girang
Sekali waktu kita jenguk ibu, katamu
Aku bayangkan rumah kecil itu
Saban malam bulan jatuh di ubun ibu
Kala ia lelah dan rebah di teras
Sehabis menyiapkan segala;
Pintalan janur dan sesaji
Untuk upcara pernikahan nanti
____________________________________
RENCANA BUNUH DIRI SEORANG PENITI TALI
____________________________________
Apa bedanya hidup dan mati
Bila hanya dirundung sepi
Sudah lama aku berkenan pada kematian
Karena tak kutemukan jawab
dari tanya— Adakah tempat untuk pergi
lebih jauh dari mati ?
Maka bila saatnya tiba
Tak akan kupilih tempat suci
Sebab setiap tempat adalah suci
Tak akan kupilih hari baik
Sebab setiap hari adalah baik
Hanya di atas tali ini
Saat mereka berteriak girang
Aku akan berlari lebih kencang
Pada saat yang tepat
Akan kulepas pijakan
Orang-orang terdiam
Dan aku terkapar lebam
dihujam tepuk tangan
Tapi biarlah, orang hanya mengenalku
sebagai peniti tali
Yang celaka
Yang termakan bahaya
_______________
PERPISAHAN
_______________
Hujan telah reda
Saat kau melambai padaku
Belum sempat kukatakan rindu
Tapi peluit kereta lekas membawamu lalu
Tinggal seorang perempuan yang tiba tiba menghampiriku
menggerutu dan menyeru;
Tak ada bahagia dan cinta di sini
Maka kau harus pergi
Dan perempuan itu berulang meyakinkanku.
Cinta adalah dusta rahasia. Sebab itu kita tak mesti percaya.
Sesekali mesti menduga atau berumpama ; Ia adalah perempuan ingkar janji;
semisal enggan berbagi ranjang di hari petang
Ada benarnya barangkali
Tak ada bahagia di sini
Maka kubalas lambaian tanganmu
Selamat tinggal